14. Busan

16 1 0
                                    

          Hari berganti, dan pagi mulai menjelang siang. Jimin harus pulang dari rumah sakit. Dengan ditemani wanita tercintanya, sementara dalam perjalanan pulang.

          Lelaki itu, Park Jimin membawa gadis itu pulang bersamanya. Apartementnya yang bertempat di Busan sangatlah mewah. Dia tidak ingin dibawa pulang di Big Hit tempat dia dan keenam member lainnya menetap. Dan mungkin ada alasan lain dibalik itu.

          Waktu tidak terasa membawa lelaki dengan gadis itu sampai di tempat tujuan mereka.

          Dan setelah semua barangnya diturunkan dari mobil yang mereka tumpangi, Minri langsung membawanya dalam apartement Lebih tepatnya Jimin yang mengarahkannya.

          Menyusuri lantai demi lantai. Apartementnya ada di lantai lima. Cukup tinggi juga ternyata.

          Dan saat pintu apartementnya terbuka, dokter itu melongo. Sempat dibuat takjub oleh tempat itu. Bagaimana tidak, baru masuk saja dia sudah disambut dengan barang-barangnya yang fantastis. Berlian, emas dan barang lainnya yang begitu indah.

          Jimin tersenyum menatap wanita itu yang terkagum-kagum dengan isi apartemennya.

          "Kau kenapa, kagum?" Suara Jimin memecah atensinya terhadap seisi ruangan megah itu.

          "Ini apartemenmu Jim? Besar sekali. Dan iya, aku kagum dengan ini." Minri membalas ucapan Jimin.

          Jimin tersenyum manis. "Iya, ini apartemenku."

          Kening Minri berkerut bingung,
"Tapikan kau tinggal di Big Hit, dan tempat ini, siapa yang tempati? Ini besar sekali."

          Jimin melipat kedua tangannya di depan dada, "Sebenarnya ini pemberian ayahku, tapi aku tidak berminat, ini terlalu mewah, dan aku tidak terlalu menginginkannya. Saat kontrakku berakhir, aku akan menjual apartement ini dan aku akan membeli rumah yang aku inginkan, dan aku ingin kita tinggal bersama suatu saat nanti. Di rumah impianku Minri, aku ingin kita berdua bersama tinggal bersama," Kemudian tangan kecilnya meggenggam erat tangan Minri.

          Kalimat terkahir Jimin juga sempat membuatnya takjub, dan tidak tahu lagi harus jawab apa. "Ehh, iya, dan sekarang kau istirahat, aku akan mengantarmu ke kamar." Dia gugup mendengar itu. Kata kata Jimin membuatnya sangat gugup.

          Keningnya berkerut samar."Lalu, kau bagaimana?"

          "Aku akan pulang setelah membereskan barang-barangmu." Balas Minri.

          Tapi, Jimin ingin bersama Minri lebih lama lagi. "Tidak, kau belum boleh pulang. Dan jika kau ingin istirahat, ada satu kamar di sebelah kamarku, kau bisa istirahat di sana jikalau kau mau." Dan melarangnya untuk pulang. Mungkin ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan dokter itu.

          "Terserah kau saja." Ucap wanita itu dingin.

          Padahal jika dipikir pikir, dia sangat bahagia, bahkan sampai melewati batas. Hampir setiap kali dia ingin pulang, Jimin selalu menahannya. Dan dia masih tidak menyangka semua impiannya terwujud bahkan sampai sejauh ini. Minri bersama Jimin sekarang.

          Kalimat terakhir yang terlontar dari mulut Jimin sangat mengubah suasana hatinya. Jimin ingin mereka berdua tinggal bersama di rumah impiannya, dan itu berarti Jimin ingin lebih serius dari ini. Pikirannya melayang. Dia berpikir sampai sejauh itu.

          Entahlah, dia pasrah saja dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

          Bayangkan saja, Tuhan seperti tidak memikirkan seberapa banyak dosa yang dia perbuat sehingga terus mengabulkan doa wanita itu sampai saat ini. Dia sangat bahagia, dan selalu mengucapkan syukurnya pada yang kuasa.

*****

          Pagi datang mengganti malam, memancarkan sinarnya yang sangat indah. Bersyukur mereka masih bisa ada dihari yang baru ini.

          Dua sejoli ini, Jimin dan Minri menghabiskan malam mereka bersama kerlap kerlip bintang malam. Membawa keduanya larut dalam suasana, namun tetap tidur di ruangan yang berbeda, yang bersebelahan. Dan pagi ini, Minri menyambut Jimin dengan senyuman manisnya. Makanan sarapan mereka sudah tersedia di meja makan, dan Minri menunggunya untuk sarapan bersama.

          Suara indah Jimin mengundang perhatian wanita itu. "Selamat pagi Minri, kau sudah memasak rupanya."

          Minri mendongak menatap Jimin yang sudah ada di depannya. "Selamat pagi Jim, kau sudah bangun. Ayo kita sarapan, kau harus makan tepat waktu." Balas wanita itu dengan bahagia.


          Dengan sigap, Jimin langsung melahap makanan yang sudah tertata di atas meja. Mengambil satu persatu makanan yang ada di setiap tempatnya.

          Hingga pada suapan pertama pun, dia sangat terkejut dengan makanan yang dibuatkan Minri untuknya.

          Matanya melotot, seakan melihat hantu, "Woaah, ini enak sekali. Kau sangat pandai memasak ternyata." Jimin dibuat kagum dengan masakan Minri.

          Minri pun pada akhirnya tersenyum malu, "Terima kasih, lanjutkan sarapanmu."

          Jimin hanya tersenyum bahagia, tidak menyangka masakan dokter itu sangat enak, dan dia sempat kagum dengan itu.

          Jimin jadi berpikir bahwa dia tidak salah lagi, Minri adalah orang yang sangat tepat untuknya. Dia bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik nantinya. Dan jika Jimin sakit, sudah pasti Minri yang akan merawatnya. Dia seorang dokter yang punya talenta besar.

Dan Jimin, memilih orang yang tepat.









-bersambung-

Thank you for reading and voment
Seeyuuu🤣

Dreams Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang