Olahraga???

26 11 0
                                    

Gerd terbangun dari tidurnya karena merasa ada tangan dingin menyentuh pundaknya, dia membuka matanya malas dan melihat siapa yang ada dikamarnya itu. Seketika Gerd langsung duduk tanpa disuruh, alangkah terkejutnya Gerd saat wanita tua itu telah berdiri ditepi ranjangnya.

"Bersiaplah, ini sudah pagi" wajahnya datar.

"Apa? Sudah pagi?" Gerd celingukan mencari cahaya mentari, nihil kamarnya ada ditengah bangunan itu. Mustahil sekali ada cahaya lain selain cahaya lampu  dikamarnya.

"Ambil sarapanmu diruang makan dan bawa kekamarmu!" Wajah wanita itu mulai menampakkan sisi seramnya.

"Baik" jawab Gerd pendek. Wanita itu berlalu keluar kamar Gerd dengan santainya. Gerd menatap punggung wanita itu hingga akhirnya dia lenyap dari pandangan Gerd.

Dengan lamunan beberapa menit dan melangkahkan kaki dengan malas menuju ruang makan. Gerd menyusuri tiap kamar yang ada, mengambil sarapan dan kembali kekamarnya. Gerd menghabiskan makanan itu dengan lahapnya.

Gerd kembali mengantarkan tempat makanan tadi dan tak sengaja lewat didepan kamar Neil. Gerd berhenti sesaat sebelum melanjutkan langkahnya.
'Kira-kira Neil sedang apa ya?' Batin Gerd.

Akhirnya Gerd memutuskan untuk mengantar tempat makanan dulu dan selanjutnya akan kekamar Neil. Beberapa saat kemudian, Gerd melompat untuk meraih tombol pintu kamar Neil dan seketika itu juga kamarnya terbuka.

Gerd melihat Neil sedang mondar-mandir disamping ranjangnya. Gerd mendekatinya lalu duduk ditepi ranjang sambil mengamati temannya itu.

"Kau sedang apa? " tanya Gerd sembari membetulkan posisi duduknya.

"Aku sedang berpikir" jawab Neil menekan dagunya berulang-ulang dengan telunjuknya.

"Apa yang kau pikirkan?" Gerd penasaran.

"Apa yang aku lakukan nanti dengan penampilan seperti laki-laki ini" Neil terdiam dan menatap Gerd  lalu memegang kedua pundak Gerd, Matanya terlihat berkaca-kaca.

"Gerd aku takut" tangisnya pecah dihadapan Gerd, Gerd memeluk temannya itu seraya menenangkannya.

Ditengah pertunjukan drama itu, rasa penasaran Gerd kembali bergejolak.

"Apa yang mereka bilang padamu?" Gerd melepaskan pelukannya dan menatap Neil lekat.

"Mereka menyuruhku untuk datang kelapangan ditengah penampungan, apa mereka akan menyiksaku? Atau membunuhku?" Neil menangis sejadi-jadinya dan memeluk Gerd lagi.

"Boleh aku ikut? " tanya Gerd pelan, menghentikan tangisan Neil.

"Kau tidak bercanda kan?" Senyum Neil terukir dibibir tipisnya itu.

Gerd menggeleng dengan semangatnya. Lalu mereka kembali berpelukan hangat.

"Sebentar" Gerd pikir dia akan meminta izin penjaga dulu untuk menemani Neil daripada dia akan dimarahi nantinya.

Gerd berjalan menyusuri lorong dan akhirnya sampai didepan sebuah ruangan. Ya, itu ruangan penjaga. Tombolnya terlalu tinggi untuk Gerd dan dia tak akan pernah meraih tombol itu, Gerd mengetuk pintu itu dengan ragu-ragu. Pintu itu terbuka. Seorang pria berbadan kekar telah berdiri dihadapan Gerd. Gerd mendongak, pria itu menaikkam alis matanya.

"Aku ingin ikut dengan Neil" ucap Gerd pelan.

"Neil? Siapa dia?" Kata Pria itu dengan suara kerasnya.

"Dia temanku, dia berpakaian seperti anak laki-laki dan akan berkumpul ke lapangan sebentar lagi" jawab Gerd cukup keras.

"Ohya? Tentu saja kau boleh ikut" katanya sembari tersenyum. Gerd sangat senang .

"Terima kasih" ucap Gerd lalu berlari ke tempat Neil namun pria itu menahan tangannya. Gerd ketakutan dan menoleh ke belakang ke arah wajah pria itu.

"Tidak begitu saja" ucap pria itu menyeringai. Lalu menarik Gerd masuk keruangan nya.

"Duduk disini" kata si pria lalu meninggalkan Gerd, dia kembali dengan membawa kostum dan sebuah gunting.

"Apa yang akan kau lakukan?" Tanya Gerd lirih.

"Diamlah jika kau ingin ikut dengan temanmu" ucap pria itu datar.

Dia mulai menggunting rambut Gerd hingga akhirnya Gerd terlihat seperti anak laki-laki juga setelah mengenakan kostumnya.

"Pergilah kelapangan" kata pria itu sambil berlalu meninggalkan Gerd.

Gerd berlari keluar dan masuk kekamar Neil dengan mata berbinar karena hatinya yang sangat senang.
Neil terkejut melihat keberadaan Gerd dikamarnya, dan akhirnya mereka saling melempar senyuman.
"Ayo!" Ajak Gerd menarik tangan Neil.

Neil mengangguk dan mereka pun berlari dengan riang ke lapangan yang terletak ditengah penampungan. Mereka menyusuri lorong-lorong bangunan itu dan mereka sampai dilapangan. Cukup ramai, semua anak-anak ada disana dan diawasi beberapa orang penjaga. Mereka bergabung pada kerumunan anak-anak lain.

Terdengar suara peluit yang sangat nyaring berasal dari penjaga, seketika anak-anak berbaris dengan rapi. Gerd dan Neil mengikuti yang lainnya dengan sukacita.

Lalu mereka melakukan pemanasan layaknya olahraga, rasa takut yang menyelimuti hati Neil sirna seketika karena mereka sangat menikmati kegiatan ini.

Segala jenis pemanasan telah dilakukan mulai dari yang mudah hingga yang sulit sekalipun. Lalu berlanjut ke gerakan berguling-guling ditembok, dan gerakan sulit lainnya.

Gerd mendongak, menatap langit yang cerah. Sudah hampir 3 hari Gerd tidak melihat langit, Gerd tersenyum membayangkan wajah sang ibu dan kakaknya. Kali ini Gerd tak akan sedih lagi, dia yakin akan berkumpul dengan keluarganya lagi suatu saat nanti.

"Hei" seseorang memegang pundak Gerd yang membuat Gerd tersadar dari lamunan indahnya. Ternyata itu Neil.

"Kau tidak minum?" Tanya Neil menatap Gerd Heran. Dia menyodorkan sebotol minuman pada Gerd.

Waktu istirahat telah habis, mereka kembali berbaris dilapangan. Kali ini melakukan gerakan layaknya latihan militer. Beberapa jam telah berlalu, hingga akhirnya mereka dibubarkan dan kembali kekamar masing-masing untuk istirahat.

Diperjalanan menuju kekamar, Gerd dan Neil berbincang-bincang dan sesekali mereka tertawa lepas.

"Kau gerah tidak. ?" Tanya Gerd.

"Iya, aku gerah dan ingin mandi" jawab Neil.

"Selama disini aku belum mandi" kata Gerd sambil tertawa.

"Aku juga" jawab Neil, akhirnya mereka tertawa terbahak-bahak.

Setelah sampai dikamar Neil, mereka memutuskan untuk mandi terlebih dahulu sebelum istirahat dan makan malam. Ya, mereka memang tidak makan siang. Mereka hanya diberikan beberapa kue dan sebotol minuman. Neil dan Gerd tidak mengambil kuenya tadi.

Gerdpun kembali kekamarnya untuk mencari pakaian ganti, tapi dia tidak menemukannya. Tak mungkin Gerd harus memakai kostum itu setiap hari. Gerd memutuskan untuk meminta pakaian kepada penjaga, akhirnya penjaga memberikan 5 helai pakaian pada Gerd.

Neil sepertinya sudah diberikan pakaian dan Gerd mengajak temannya itu untuk mandi terlebih dahulu. Mereka sampai dideretan kamar mandi, disana ada 5 kamar mandi. Dan semuanya kosong, akhirnya Gerd dan Neil pun segera mandi.

Beberapa menit kemudian, mereka berjalan ke kamar masing- masing. Merekapun istirahat hingga penjaga memanggilnya untuk makan malam.

Seperti biasanya, Gerd dan Neil selalu berduaan. Mereka sangat akrab. Makan malam telah usai, setiap anak akan kembali kekamarnya untuk berisitirahat. Di perjalanan menuju kamar, Gerd dan Neil mengobrol dan sesekali tertawa terbahak-bahak.

Hallo readers!! :*

Akhirnya 1001 kata, yehee

Vomment dong, biar aku semangat nulis ceritanya :*

Kalau ada masukan silahkan tulis dikomentar yaa. Byee :**

The VasteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang