Vania

13 4 0
                                    


'Sebenarnya ruangan apa itu? Apa mungkin ruangan itu ruang rahasia?' Batin Neil.

Dia membaringkan badannnya dan akhirnya beberapa menit kemudian Neil sudah tertidur pulas.

Dikamar sebelah, Gerd masih memikirkan waktu yang tepat untuk kembali ke ruangan "rahasia" itu. Satu jam telah berlalu, tapi Gerd belum menemukan waktu yang tepat untuk kesana tanpa diketahui oleh siapapun termasuk sahabatnya, Neil.

'Sebaiknya aku pikirkan besok saja' gumam Gerd. Matanya sudah setengah tertutup dan sesekali Gerd menguap. Ini sudah larut waktunya Gerd tidur, dan akhirnya Gerd benar-benar terlelap.

***

"Bangun sayang.." seorang wanita paruh baya itu telah berulang kali membangunkan putranya.
Tak ada jawaban apapun, matanya masih tertutup.

"Nanti kita terlambat, nak." Gumam sang Ibu dengan lembut.

Rill yang awalnya membelakangi memutar badannya kearah sang Ibu.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Rill yang masih memejamkan matanya.

"Ini sudah jam 8, ayo bersiap-siap!" Pinta sang Ibu.

"Iya, bu." Jawab Rill.

Ya, hari ini adalah hari pertama Rill bersekolah di sebuah sekolah dasar yang terletak cukup jauh dari rumahnya. Disana cukup aman dan prajurit Gestries jarang sekali menyerang tempat itu, oleh karena itu Ibunya menyekolahkannya disana.
Rill sudah tak sabar untuk berangkat ke sekolah, dia yakin sekali disana pasti menyenangkan karena dia akan memiliki banyak teman.

15 menit kemudian....

"Ayo kita berangkat, bu!" Ajak Rill bersemangat.

"Hei, kau harus sarapan dulu. Ayo cepat makan!" Kata sang Ibu.

Rill yang mendengar ucapan sang Ibupun hanya bisa mendengus kecil dan akhirnya berjalan mendekati meja makan dengan lesu.

"Ini, kau harus minum susu juga!" Ucap sang ibu menyodorkan segelas susu coklat ke hadapan Rill yang sedang melahap rotinya.

"Aku sudah kenyang, Bu. Sebaiknya kita berangkat sekarang ya, Bu?" Pinta Rill pada Ibunya.

"Kau harus minum susu dulu. Setelah itu kita langsung berangkat." Ucap sang Ibu dan Rill menuruti perintah Ibunya.

"Ayo, Bu!!" Ucap Rill penuh semangat sambil berdiri dan berlari keluar.

"Tunggu, Rill!!" Kata sang Ibu sambil menyusulnya keluar.

Perjalanan ke sekolahnya cukup lama, sekitar setengah jam jika mereka berangkat dengan kendaraan seperti bus.

Di sepanjang jalan, Rill menikmati pemandangan yang seketika dapat menggores luka dalam dihatinya. Seluruh bangunan dikota itu hancur berantakan, hanya ada beberapa bangunan yang tetap berdiri.

'Prajurit Gestries itu sangat kejam' batin Rill. 

Dan tiba-tiba Rill teringat adiknya, Gerd yang beberapa minggu yang lalu dibawa oleh prajurit Gestries. Air mata Rill menetes begitu saja sembari melihat bangunan yang telah roboh disepanjang jalan.

Kini semangat Rill untuk berangkat sekolah sudah hilang dan sirna. Hanya dendam yang mengisi benak Rill saat ini, dendamnya pada Gestries karena telah merampas kebahagiaannya.

"Hei ayo turun!" Ucap sang Ibu yang membuyarkan lamunan Rill.

"Ah..iya, Bu" ucap Rill bergegas turun dari kendaraan itu.

Mereka berdiri di depan gerbang sebuah gedung yang cukup besar, berwarna kecoklatan dengan halaman yang luas.

Gedung itu adalah sekolah Rill, sekolah itu telah berdiri sekitar 30 tahun yang lalu. Bangunan yang berdiri diatas tanah tandus itu telah ramai oleh siswa-siswi dan juga orangtuanya. Para orangtua mengantar anaknya karena hari ini adalah hari pertama sekolah.

The VasteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang