Mengejar kebahagiaan

11 4 0
                                    

Dia memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu, duduk ditempat itu beberapa menit lalu terus berjalan sambil berpegangan pada dinding kasar yang berdebu itu. Lalu dia jatuh tersungkur, kali ini Gerd  benar-benar kehabisan tenaganya.

Lalu beberapa saat kemudian dia sudah tak sadarkan diri, wajar saja bocah seumuran Gerd cepat lelah tapi keberaniannya sudah sangat luar biasa. Gerd menjalani semuanya dengan senang hati meskipun terpisah dengan keluarganya.

Tuk tuk tuk..

Sesuatu sedang bergerak didalam kotak yang ada dikantong baju Gerd, itu membuatnya terbangun dan tersadar. Percaya atau tidak, Gerd baru saja pingsan karena kelelahan namun dia masih cukup kuat untuk melanjutkan perjalanan mencari jalan keluar dari tempat gelap itu.

"Apa ini ?" gumam Gerd sambil meraba kotak dikantongnya. Lalu tiba-tiba benda itu berhenti berbunyi. Gerd pun dibuat penasaran, ingin sekali melihat ada apa di dalam kotak misterius itu.

Berbaring beberapa menit setelah tersadar lalu Gerd melanjutkan perjalanannya, semangatnya bergejolak karena penasaran akan  sesuatu didalam kotak itu.

"Aduh kenapa kepalaku pusing lagi" ucap Gerd memegang kepalanya yang terasa berputar.

"Aku harus kuat!!" Gumam Gerd menyemangati dirinya sendiri, dia terus berjalan di dalam kegelapan. Hingga dia sampai di ujung, terlihat pancaran cahaya yang berasal dari sebuah lobang di dinding tempat itu. Lantas Gerd langsung berlari sekuat tenaganya menuju sumber cahaya itu.

"Mataku tak sakit lagi" gumam Gerd mengucek matanya. Matanya sedikit sakit karena terlalu lama di dalam tempat gelap tanpa cahaya itu. Namun, sekarang dia telah memetik hasil dari usahanya mencari jalan keluar agar dia tidak tersesat.

Gerd langsung mengintip di lobang yang berukuran satu kepalan tangan orang dewasa, seketika dia terkejut dan mulutnya terbuka lebar tanpa basa basi terlebih dahulu. Matanya juga lama tidak berkedip, itu adalah ekspresi takjup dari Gerd.

"Tempat apa itu, indah sekali!" Haru Gerd. Dia masih mengintip di lobang itu dengan ekspresi yang sama, seumur hidupnya dia belum pernah melihat tempat seindah itu karena sejak dia lahir selalu saja ada serangan dari Gestries yang membuat Centrales hancur.

Tiba-tiba Gerd teringat pada kotak yang tadi dia temukan, Gerd segera mengambil kotak itu dari kantongnya. 'Kira-kira ada apa ya?' Batin Gerd. Ada rasa takut ketika akan membuka kotak kecil itu namun Gerd tetap memberanikan dirinya.

Krek. Kotak itu telah terbuka dan Gerd mendapati sehelai kertas putih kusut dan benda bulat seukuran kelereng berwarna biru. Siapa sangka kalau itu adalah batu ajaib. Gerd mengambil benda itu lalu mengamatinya beberapa saat. 'Benda apa ini?' Batin Gerd.

Lalu dia mengambil kertas kusut itu dan membukanya.
"Wah ini seperti petunjuk arah saja!" Ucap Gerd. Ada beberapa tulisan di kertas itu, namun Gerd belum bisa membaca.

"Ah sial sekali aku! Andai saja aku bisa membaca.." kecewa Gerd. Dia menatap kertas itu dengan wajah cemberut dan sesekali mengibaskan kertas itu ke wajahnya.

Tiba-tiba benda bulat itu mengeluarkan cahaya, sontak Gerd terperanjat dan menjauh beberapa meter dari benda itu.

"Astaga kenapa benda itu bercahaya!!" Ucap Gerd dengan nafas tersengal-sengal.

Kemudian cahaya itu redup begitu saja hingga akhirnya kembali menjadi seperti biasanya. Gerd berjalan dengan hati-hati mendekati lalu mengambil benda itu. Memegangnya, bahkan menekannya. Sama sekali tak berubah bentuk.

"Keras sekali! Sepertinya ini batu yang ajaib!" Ucap Gerd meneliti tiap permukaan benda bulat itu.

"Dimana kertasnya?!!" Gerd tidak lagi melihat keberadaan kertas itu, lalu dia mencari disekitar kotak itu.

"Yaa itu dia!" Ucap Gerd tersenyum dan memungut kertas itu.  Lalu Gerd kembali melihat tulisan yang ada disana, tanpa sadar Gerd telah membaca tulisan itu.

"Kau pasti berada di titik hitam ini. Ikuti arah ini lalu kau akan menemukan kebahagiaan". Ucap Gerd.

"APA??!!!" teriak Gerd. Dia kembali menatap kertas itu lekat-lekat.

"Bagaimana aku bisa membaca?" Gerd terharu dan meneteskan airmatanya.

"Hm baiklah, aku akan mengejar kebahagiaan itu!" Gerd memotivasi dirinya sendiri.

"Ke arah mana sekarang ya?" Pikir Gerd sambil melihat peta itu.

"Hah bagaimana bisa aku lewat di lobang sekecil ini?" Ucap Gerd. Lalu dia memungut kotak itu dan memasukkan batu serta kertas itu kedalamnya. Gerd menutup kotak itu rapat-rapat dan memukulkannya pada lobang itu agar menjadi lebih besar sehingga dia bisa masuk ke tempat yang indah itu.

Sepertinya Gerd belum menyadari kehebatan batu itu, betapa mudahnya memasuki tempat itu jika dia mengucapkan keinginannya.

Tiga puluh menit telah berlalu namun usaha Gerd memukul lobang itu agar menjadi lebih besar tak ada hasilnya. Gerd sangat lelah lalu dia memutuskan untuk istirahat beberapa menit. Gerd duduk tepat dibawah lobang kecil itu dengan keringat yang membasahi dahinya.

"Andai saja ada orang yang membantuku untuk melewati lobang itu atau ada suatu benda yang bisa membantuku memperbesar lobangnya." Gerutu Gerd.

Tuk tuk tuk. Benda itu kembali bergerak di dalam kotak pada genggaman Gerd. Spontan Gerd melemparkan kotak itu tepat didepannya membuat kotak terbuka dan batu itu tergeletak di tanah. Batu itu langsung mengeluarkan cahaya, kali ini Gerd tidak bergerak menjauhi batu itu lagi karena dia yakin batu itu tidak akan menyakitinya.

Grrrrrtttttttttt.

Ada getaran yang sangat kuat berasal dari dinding tempat Gerd meletakkan punggungnya, dia terperanjat lalu berlari menjauhi sumber getaran itu. Seperti gempa, pikiran Gerd sudah melayang ke angkasa. Dia pikir akan mati konyol tertimbun reruntuhan tempat itu.

Dia sudah berlari 5 meter dari sumber getaran itu lalu menoleh ke belakang, alangkah terkejutnya Gerd melihat alam yang terang benderang dibelakang sana. Lobang itu sekarang sudah menjadi sebuah gerbang ke dunia yang sangat indah.

"Woow" bisik Gerd. Matanya tak berkedip membuatnya merasa begitu sesak. Kupu-kupu beterbangan dimana-mana, langit yang cerah seakan tersenyum menyambut kedatangan Gerd.

"Ibu..." ucap Gerd tanpa menyadari apa yang telah dia ucapkan. Dia tak mengerti bagaimana hatinya saat ini. Sedih, bahagia, haru, terasa bercampur semaunya.

Matanya terasa panas, dadanya sesak. Namun dia tak mengizinkan air matanya terbuang terlalu banyak. Gerd berjalan menuju "gerbang" itu dan tak lupa memungut kotak beserta isinya yang berserakan di tanah. Gerd menyimpannya dengan hati-hati kedalam kotak. Dan kembali melihat dunia yang indah itu lalu berjalan mendekatinya.

"Kebahagiaan.. tunggu aku datang menjemputmu.." gumam Gerd.

***

The VasteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang