Pindah

15 8 0
                                    

Sepuluh hari telah berlalu, Gerd dan Neil menjalani hari-harinya seperti biasa dipenampungan. Tak ada yang menarik, setiap hari mereka selalu mengikuti kegiatan dilapangan karena itu diwajibkan untuk semua anak-anak dipenampungan.

Awalnya mereka selalu mengeluhkan rasa lelah karena kegiatan itu, namun sekarang mereka sudah terbiasa dan tak pernah mengeluh lagi. Gerd dan Neil juga sudah mempunyai banyak teman disana. Sangat menyenangkan, Gerd pikir penampungan ini sama seperti sekolah di Centrales.

***

Gerd sudah bersiap-siap untuk makan malam, dia hanya menunggu aba-aba dari penjaga agar segera menuju ke ruang makan. Tak lama kemudian, seorang penjaga datang ke kamar Gerd dan memintanya untuk segera ke ruang makan. Dengan semangat, Gerd melangkahkan kakinya dan tak lupa untuk menunggu Neil didepan kamarnya karena beberapa hari terakhir mereka selalu bersama kemanapun mereka pergi.

Akhirnya Neil muncul dan mereka segera ke ruang makan. Disana semua anak telah berkumpul dan terlihat tengah menyantap makan malamnya. Gerd dan Neil langsung mengambil makanannya di pojok ruangan lalu bergabung dengan anak-anak lain. Sekarang mereka semua seperti saudara.

Gerd yang awalnya mengira bahwa tempat ini adalah tempat pembunuhan anak ternyata dia salah besar, tempat ini adalah tempat dikumpulkannya anak Centrales untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan.

"Apa kalian tidak kesepian dikamar itu?" Tanya salah seorang anak yang duduk dihadapan Gerd.

"Ya tentu saja kami kesepian." Jawab Gerd sambil menunjukkan ekspresi sedihnya yang kemudian diiringi dengan anggukan dari Neil.

"Awalnya aku juga dikamar itu, tapi setelah beberapa hari aku disuruh pindah kekamarku yang sekarang" kata anak itu lagi.

"Waah berarti kita juga akan pindah dari kamar itu!!" Jawab Gerd sedikit berteriak.

"Tapi kapan kita akan pindah?" Tanya Neil.

"Mungkin sebentar lagi." Jawab salah seorang anak.

"Sudah berapa hari kalian disini?" Tanya anak yang lain.

"Sudah lama, mungkin 10 hari." Jawab Gerd sambil menghabiskan makanannya, Neil mengangguk lagi.

"Waktu itu aku sudah dua minggu disini lalu disuruh untuk pindah." Kata anak itu lagi.

"Aku tidak sabar untuk pindah kamar, aku kesepian dikamar itu." Jawab Gerd.

"Kalian tunggu saja kapan kalian disuruh untuk pindah " kata anak itu sembari berdiri dan berlalu meninggalkan Gerd dan beberapa anak yang lain.

***

Gerd sudah berbaring dikamarnya, dia tak sabar akan pindah kamar. 'Pasti disana menyenangkan' gumam Gerd dalam hati. Ya, jika Gerd pindah dia akan dipindahkan ke deretan kamar yang ramai penghuninya bersama anak-anak yang lain.

Gerd bisa membayangkan saat dia dipindahkan ke kamar lain, dia tersenyum dan hanyut ke alam mimpi. Beberapa menit kemudian, seseorang membangunkan Gerd.

"Hei, bangun!!" Kata wanita itu sambil menggoyangkan lengan Gerd.

Dengan malas Gerd membuka matanya, wanita tua yang seram itu telah berdiri disamping ranjang Gerd. Seketika itu juga kesadaran Gerd terkumpul dan dia langsung duduk.

"Kemaskan pakaianmu, besok kau akan pindah!" Kata wanita itu dengan nada tinggi.

"Baik." Jawab Gerd datar.

Wanita itu berlalu keluar kamar Gerd, sekarang kegembiraannya tak bisa disembunyikan lagi. Gerd melompat-lompat diatas ranjangnya. Kemudian wajah Gerd berubah menjadi sedikit lesu. 'Bagaimana dengan Neil? Apa dia akan pindah juga?' Batin Gerd.

Gerd segera berlari menuju kamar Neil. Sekali lompatan, pintu langsung terbuka. Neil yang sedang berjalan mondar-mandir disamping ranjangnya tak menyadari bahwa Gerd telah berdiri diambang pintu kamarnya.

"Neil" panggil Gerd. Neil langsung menoleh dan berjalan kearah Gerd.

"Ada apa kau datang kesini, Gerd. Nanti penjaga melihatmu!" Kata Neil penuh kekhawatiran.

"Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu." Ucap Gerd serius.

"Aku juga ingin memberitahumu tentang sesuatu." Kata Neil sambil menarik tangan Gerd masuk ke kamar agar tak ada penjaga yang melihatnya.

"Kau sedang apa tadi?" Tanya Gerd.

"Aku sedang berpikir bagaimana aku bisa menemuimu untuk memberitahumu, tapi kau lebih dulu ke kamarku." Jawab Neil.

Gerd tersenyum.

"Aku takut jika aku ke kamarmu, penjaga akan melihatku dan menghukumku." Kata Neil.

"Sudahlah, kau ingin memberitahuku tentang apa?" Tanya Gerd penasaran. Neil memegang pundak sahabatnya itu dengan penuh harap.

"Gerd, aku akan pindah kamar." Ucap Neil sedih.

"Apa? Kau tidak bercanda?" Teriak Gerd, matanya berbinar.

"Hei, pelankan suaramu" ucap Neil.

"Aku juga ingin memberitahumu, aku akan pindah kamar juga. Tadi penjaga datang ke kamarku dan menyuruhku untuk mengemas pakaian karena besok aku akan pindah!" Jelas Gerd panjang lebar.

"Kita akan bersama!" Ucap Neil memeluk sahabatnya, air mata keduanya jatuh bercucuran. Ya, air mata kebahagiaan. Itulah namanya.

"Neil, aku harus kembali ke kamarku sebelum penjaga melihatku." Ucap Gerd melepas pelukan sahabatnya.

"Baik. Sampai jumpa, Gerd" jawab Neil sambil melempar senyuman pada Gerd.

"Jangan lupa matikan lampumu!" Kata Gerd, Neil hanya mengangguk dalam senyumannya.

Gerd berjalan kearah pintu dan melambaikan tangan pada Neil. Gerd lega ternyata Neil juga akan pindah, sepertinya malam ini Gerd tidak bisa memejamkan matanya sesaatpun. Gerd tidak sabar menunggu besok pagi.

Hari sudah larut, dia berbaring dan mengamati loteng kamarnya. Rasa kantuk pun menghampiri Gerd, sehingga beberapa menit kemudian Gerd sudah pergi ke alam mimpinya.

***

Paginya Gerd terbangun dari tidur dan Gerd teringat bahwa dia harus mengemas pakaiannya untuk pindah kekamar barunya. Baru saja Gerd selesai mengemasi pakaiannya, seorang penjaga telah menghampiri Gerd.

"Ayo, kutunjukan kamarmu!" Ucap penjaga itu.

Gerd berjalan dibelakang penjaga itu dan akhirnya sampai didepan sebuah kamar. Penjaga itu telah membuka pintu kamar.

"Ini kamarmu, masuklah!" Kata penjaga itu sambil meninggalkan Gerd.

"Tunggu, dimana kamar Neil?" Tanya Gerd menghentikan langkah Si penjaga.

"Neil? Siapa Neil?" Tanya penjaga itu.

"Dia... akan pindah juga hari ini!" Jawab Gerd.

"Disini." Jawab penjaga sambil menunjuk kamar disamping kiri kamar Gerd.

"Terima kasih." Ucap Gerd tersenyum.

Penjaga itu tak menghiraukan senyuman Gerd dan berlalu meninggalkannya. Gerd meletakkan barangnya dan berbaring di ranjang. Gerd tak henti-hentinya tersenyum, karena kamar Neil tepat disamping kamarnya.

'Sebaiknya aku kekamar Neil dulu dan mengajaknya pergi ke lapangan' batin Gerd.

Dengan semangat, Gerd meraih tombol pintu untuk keluar dan pergi kekamar Neil. Sekarang Gerd telah membuka pintu kamar Neil, barang Neil ada dipojok kamar namun tak menemukan Neil dikamar itu. Gerd juga sudah memanggil Neil berkali-kali tapi tak ada jawaban dari Neil.

Gerd mulai khawatir pada sahabatnya itu. 'Kemana Neil' batin Gerd. Dia memutuskan untuk menunggu Neil beberapa saat, sudah hampir setengah jam namun Neil tak muncul juga.

Gerd semakin khawatir, tidak mungkin Neil kelapangan tanpa dirinya. Akhirnya Gerd pun menangis.



The VasteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang