"Jangan bicara!" Bisik Gerd.
Neil mengangguk lagi, wajahnya sudah pucat karena ketakutan.
"Oh tidak, dimana pintu itu?" Bisik Gerd sambil mengamati seluruh loteng toilet. Dia tidak menemukan pintu itu.
***
Gerd terus berusaha menemukan pintu itu, dia yakin pintunya masih ada disana barangkali hanya tersamarkan oleh dinding karena pintu itu transparan.
"Sebenarnya apa yang akan kita lakukan disini?" Tanya Neil menatap Gerd yang sedang kebingungan mengamati seluruh dinding toilet itu.
"Pintunya hilang.." jawab Gerd
" Pintu apa?" Tanya Neil.
"Diam lah" jawab Gerd kesal karena Neil terus bertanya.
Neil diam membisu dan terus memperhatikan Gerd yang masih mengamati dinding toilet.
"Kotaknya!" Teriak Gerd mengagetkan Neil dan juga didengar oleh penjaga yang terus mengetuk pintu toilet.
Gerd langsung merogoh kantung bajunya dan mengeluarkan sebuah kotak, sayangnya batu itu tertinggal saat Gerd bergegas memasuki "pintu" itu sebelum sampai di penampungan.
"Tidaak, batunya !" Ucap Gerd.
"Batu apa.." tanya Neil ragu, namun Gerd tak menghiraukan sahabatnya itu.
Gerd hanya bisa tertunduk menatap lantai toilet karena pintu itu benar-benar telah hilang. Gerd menyesal tidak memungut batu ajaib itu terlebih dahulu sebelum masuk ke pintu ajaib. Ditengah penyesalan Gerd, Neil dikejutkan oleh kemunculan cahaya dari dalam air ditoilet itu.
"Oww apa itu!!" Teriak Neil, Gerd langsung terperanjat dan mencari sumber cahaya itu.
"Itu pintunya!" Teriak Gerd, dia langsung menarik tangan Neil masuk ke dalam air yang bercahaya itu.
"Apa yang kau lakukan?" Tanya Neil tak percaya bahwa Gerd mengajaknya untuk mati konyol dengan menenggelamkan diri di bak toilet penampungan.
"Kita akan selamat!" Balas Gerd meyakinkan sahabatnya.
Mereka menenggelamkan diri ke dalam air dan menghilang begitu saja meninggalkan penjaga yang tengah berteriak memanggilnya dari luar toilet.
Mereka merasa berputar-putar dan jatuh ke suatu tempat yang dikenali oleh Gerd. Ya, tempat yang indah itu.
Braakk. Mereka jatuh diatas rumput hijau yang lembut, membuatnya merasa terjatuh diatas sebuah kasur yang empuk. Mereka langsung berdiri sempoyongan karena sedikit pusing. Lalu Neil menatap ke sekelilingnya. Neil kelihatan masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat, sesekali mengedipkan mata dan memukul kepalanya kalau saja dia sedang bermimpi. Kupu-kupu yang indah beterbangan diatas kepala mereka dan sesekali hinggap di kelopak bunga yang merekah indah di sampingnya.
"Gerd, tempat apa ini?" Tanya Neil tanpa melihat ke arah Gerd dan masih memperhatikan sekelilingnya.
"Ini adalah jalan menuju kebahagiaan" jawab Gerd tersenyum lebar.
"Apa maksudmu?" Tanya Neil menatap Gerd bingung.
"Ya, kita akan menemukan kebahagiaan nantinya." Jawab Gerd.
"Terserah apa katamu" ucap Neil tak mengerti apa yang sedang dikatakan Gerd.
Neil berlari kesana kemari mengejar kupu- kupu yang sedang beterbangan. Gerd hanya tertawa melihat tingkah lucu sahabatnya.
"Gerd, apa belum pernah melihat tempat se indah ini sebelumnya!" Teriak Neil.
"Aku juga!!" Balas Gerd.
Gerd tertawa geli melihat sahabatnya, karena baru kali ini dia melihat Neil sebahagia itu. Gerd juga ikut bahagia melihat sahabatnya bahagia. Tiba-tiba Gerd teringat pada batu ajaibnya, dia bergegas mencari batu itu disekitar tempat batu itu mengeluarkan cahaya.
"Dimana ya.." gumam Gerd sambil mencaru batu itu disela-sela rumput.
Gerd tidak menemukan batu itu, dia sudah menyerah. Dia berjalan gontai ke arah batu besar tempat dia duduk saat dia melihat batu itu terakhir kalinya sebelum batu itu menghilang.
"Bagaimana ini??" Keluh Gerd sembari mengelap keringat yang bercucuran di dahinya.
"Hei!!" Neil mengangetkannya sehingga hampir saja Gerd jatuh ke rerumputan itu.
"Kau sedang apa? Sepertinya serius sekali" tanya Neil pada Gerd
"Aku sedang mencari batu ajaibku, tapi aku tak menemukannya" balas Gerd.
"Apa? Batu ajaib? Hahahaaha. Kau bercanda?" Neil menertawakan sahabatnya karena menurutnya candaan Gerd terlalu berlebihan.
"Aku tidak bercanda" balas Gerd dengan muka datarnya.
"Mau ku bantu?" Tanya Neil yang masih memperlihatkan ekspresi mencela.
"Ya, kau harus membantuku!" Ucap Gerd.
"Baiklah, akan ku cari... haha ha" Neil masih merasa lucu karena ulah sahabatnya yang katanya kehilangan "batu ajaib".
Gerd memperhatikan Neil yang sedang membantunya menemukan batu itu walaupun wajah Neil masih kelihatan menahan tawanya. Tetapi Gerd tak menghiraukannya lalu dia juga ikut mencari batu itu bersama Neil.
Sudah setengah jam mereka mencari batu ajaib itu dan hari pun sudah mulai gelap, namun usahanya tidak membuahkan hasil. Gerd duduk dengan wajah kecewanya dan penyesalan kembali muncul diwajahnya karena tidak memungut batu itu terlebih dahulu sebelum menjemput Neil.
"Sudahlah, jangan sedih. Aku akan membantumu menemukannya" ucap Neil sembari duduk di samping Gerd.
"Hari sudah gelap, kita akan kedinginan disini. Aku tidak punya lampu." Jelas Gerd menakuti Neil yang takut akan kegelapan.
"Apaa? Aku takut gelap Gerd.. bagaimana ini, aku akan menemukan batu itu lalu kita pergi dari sini" ucap Neil sambil bergegas mencari batu ajaib itu lagi.
Gerd tertawa lepas karena berhasil menakuti Neil, lalu dia berpikir harus menemukan batu itu secepatnya dan bergegas meninggalkan tempat itu sebelum hari benar-benar gelap.
'Kumohon kembali lah!' Batin Gerd sambil mencari batu ajaib itu.
Neil sepertinya juga belum menemukannya karena dia masih sibuk mencari batu itu disela-sela rumput.
Gerd berdiri dan menekuk badannya karena sudah terasa pegal berjongkok terlalu lama. Dia juga memutar pinggangnya ke kiri dan ke kanan, tanpa sengaja dia melihat setitik cahaya diantara dedaunan rumput tak jauh dari tempatnya berdiri. Gerd langsung berlari dan memungut benda bercahaya itu, dan ternyata itu bukan batu yang dicari Gerd. Batu yang ditemukannya lebih kecil dari yang seharusnya.
"Ini bukan batu ajaibku!" Ucap Gerd sambil mengusap batu itu.
Plak. Batu itu melompat dari tangan Gerd, tentu saja hal itu membuatnya terkejut dan menjauh dari batu itu. Kali ini batu itu mengeluarkan cahaya berwarna ungu dibalik rerumputan.
'Batu ajaibku mengeluarkan cahaya putih, bukan ungu' batin Gerd.
Gerd sudah tahu bahwa itu bukan batu yang dicarinya. Lalu itu batu apa? Dan milik siapa?
"Hai bocah!" Suara berat itu mengejutkan Gerd begitu juga Neil. Neil langsung berlari kearah Gerd dan memeluknya.
"Suara apa itu?" Tanya Neil sambil memeluk Gerd erat. Gerd tahu suara itu pasti berasal dari batu bercahaya ungu yang masih tergeletak di rerumputan.
"Ini suaraku, bocah jelek!" Batu itu berbicara lagi.
"Hah? Batu itu... batu itu.. bicara?" Tanya Neil terbata-bata.
"Kau tenanglah! Kau aman bersamaku, jangan takut" Ucap Gerd menenangkan sahabatnya yang penakut itu.
"Kenapa? Kau terkejut melihatku bisa bicara hai bocah jelek?" Ucap batu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Vasterius
FantasyCover by : voiryover #1 Neil (08-07-2019) Menceritakan tentang pertikaian antara penghuni planet Gestries dan Centrales yang sudah berlangsung selama dua puluh tahun dan selama itu juga prajurit Gestries menyerang Centrales tanpa henti yang akhirnya...