Ruangan rahasia

12 5 0
                                    

"Hei..!"

Suara itu membuat tangis Gerd terhenti, itu adalah suara Neil sahabatnya.  Gerd menoleh pada Neil dan langsung menghapus air matanya. Ternyata Neil telah berdiri disamping Gerd dengan membawa dua botol minuman disertai wajah cemasnya.

"Kenapa kau menangis?" Tanya Neil.

"Aku... mm.. kau darimana?" Jawab Gerd mengalihkan topik pembicaraan.

"Aku dari toilet lalu mengambil minuman ini. Ini untukmu." Ucap Neil sambil menyerahkan sebotol minuman pada Gerd.

"Terima kasih, ayo kita ke lapangan!" Ajak Gerd lalu sahabatnya pun mengangguk.

Dua anak perempuan itu terlihat sangat gembira pagi ini. Mereka menyusuri tiap lorong hingga akhirnya sampai di sebuah lapangan yang cukup luas. Lapangan itu terletak ditengah penampungan, dimana bangunan melingkari lapangan itu.

Lima menit kemudian seorang penjaga atau layak disebut pelatih meniup peluit membuat anak-anak yang masih berdiri dan sekedar mengobrol dipinggir lapangan langsung lari untuk berkumpul dan berbaris dengan rapi. Pelatih itu meminta agar anak-anak mengikuti gerakan pemanasan yang mereka lakukan.

Gerd dan Neil berbaris dibarisan paling belakang sehingga saat mereka mengobrol, pelatih tidak akan bisa melihatnya karena pelatih itu berdiri didepan.

"Neil, apa kau senang?" Tanya Gerd yang sedang membentangkan tangannya seperti sayap.

"Mm ya, aku sangat senang karena kita dipindahkan ke kamar yang baru lalu mempunyai banyak teman dan..." ucap Neil sambil tersenyum aneh pada Gerd dan tidak melanjutkan ucapannya.

"Dan apa?" Tanya Gerd yang sedang penasaran.

"Dan yang paling membuatku sangat senang adalah memiliki sahabat sepertimu" jawab Neil disertai tawa riangnya.

"Aku juga senang punya sahabat sepertimu" balas Gerd tersenyum pada Neil.

Pemanasan telah selesai, sekarang pelatih meminta agar anak-anak membuat kelompok berdasarkan usianya.
Gerd dan Neil terpisah karena usia mereka berbeda, namun Gerd sendirian, hanya dia yang berusia paling muda, empat tahun. Akhirnya pelatih memutuskan agar Gerd bergabung dengan kelompok lain. Siapa sangka kalau Gerd dimasukkan kedalam kelompok Neil, mereka selalu bersama.

"Hari ini kalian akan memainkan sebuah permainan!!" Seru pelatih yang berdiri didepan.

"Permainan?" Tanya anak-anak serentak.

"Ya, saya tahu kalian pasti lelah beberapa hari terakhir ini." Ucap pelatih.

"Horeeee!!" Teriak anak-anak yang suaranya menggema keseluruh penjuru penampungan.

Dengan mengikuti intruksi dari pelatih, anak-anak pun bermain lempar tangkap bola. Tentu saja anak-anak sangat senang dan permainan itu diwarnai tawa riang mereka.

Hari sudah mulai petang, anak-anak telah dibubarkan beberapa menit yang lalu. Gerd dan Neil masih berdiri dipinggir lapangan, Gerd ingin melihat seluruh bangunan itu tapi Neil mencegahnya.

"Jangan.. nanti kita bisa dimarahi " rengek Neil.

"Ayo, tak apa-apa!" Ajak Gerd

Setelah lama berdebat akhirnya Neil memutuskan untuk mengalah dan mengikuti Gerd melihat seluruh bangunan itu.

'Semua ruangannya dikunci' batin Gerd saat menekan tombolnya.

Setelah hampir mengeliling semua ruangan dipenampungan itu, mereka melihat sebuah ruangan yang pintunya terbuka lebar tepat tiga ruangan didepan mereka. Gerd langsung lari ke ruangan itu diikuti Neil yang wajahnya mulai pucat, khawatir jika penjaga melihat mereka.

"Tempat apa ini?" Ucap Gerd saat berjalani memasuki ruangan

"Entahlah, ayo kita kembali!" Ajak Neil cemas.

Gerd tak peduli, lalu menjelajahi seisi ruangan kosong itu dengan matanya. Matanya terhenti saat melihat dua tombol yang cukup besar berwarna merah dan biru dipojok ruangan itu. Gerd hampir saja menekannya namun Neil menahan tangan Gerd.

"Jangan..itu berbahaya" bisik Neil.

Gerd diam tak bergeming menginterogasi Neil dengan tatapannya.

"Ayo, ini sudah gelap. Nanti akan kuceritakan padamu" Ucap Neil berpura-pura mengetahui tentang tombol itu agar Gerd tidak memaksa untuk menekannya.

***

Mereka sudah sampai didepan kamarnya lalu melambaikan tangan dan masuk kekamar masing-masing.

Setelah membersihkan diri, sekarang waktunya untuk makan malam. Penjaga tak memanggilnya lagi karena mereka sudah cukup lama di penampungan itu dan sudah cukup tahu tentang aturan disana. Gerd yang sedang melamun diranjangnya dikejutkan oleh kehadiran Neil yang telah berdiri diambang pintu sedari tadi.

"Gerd, ayo kita makan malam" ajak Neil.

Gerd hanya diam lalu berdiri dan berjalan mendahului Neil. Disepanjang lorong menuju ruang makan mereka tak bicara sepatah kata pun, sunyi. Tak seperti biasanya mereka selalu bersenda gurau hingga tertawak terbahak-bahak.

'Gerd kenapa ya? Apa dia merajuk?' batin Neil. Mereka tak berbicara sejak didalam ruangan aneh itu tadi sore. 

Gerd menyantap makanannya dengan malas, Neil yang memperhatikannya sedari tadi hanya bisa diam. Tak sekalipun Gerd melihat kearah Neil, membuat Neil merasa bersalah pada Gerd. Dan sampai akhirnya setelah menyelesaikan makannya Neil langsung menarik Gerd meninggalkan ruang makan.

"Ayo, aku akan memberitahumu tentang ruangan dan tombol itu." Ucap Neil tergesa-gesa.

"Ruangan apa itu?" Akhirnya Gerd berbicara membuat Neil merasa sedikit lega.

"Kau berjanji tidak akan merajuk lagi?" Pinta Neil.

"Ya aku janji" ucap Gerd dengan nada malas.

"Kris pernah memberitahuku tentang sebuah ruangan. Katanya itu ruang rahasia, aku tidak tahu apakah yang dia maksud ruangan itu atau bukan." Jelas Neil pada Gerd. Kata-kata itu telah dia karang saat makan malam tadi, Neil memakai nama Kris yaitu salah satu temannya di penampungan itu.

Gerd terlihat sedang mencerna kata-kata Neil. 'Ruang rahasia?' Batin Gerd. Dan beberapa detik kemudian rasa penasaran Gerd kembali bergejolak.

"Ayo! Aku mengantuk." Ucap Gerd membalikkan fakta.

Mereka berjalan sambil terdiam tidak jauh berbeda dengan suasana berjalan saat akan keruang makan tadi. Gerd terdiam karena memikirkan ruang rahasia itu sedangkan Neil terdiam karena telah membohongi Gerd dan Gerd sepertinya juga percaya pada ucapannya.

Mereka memasuki kamar tanpa menyapa satu sama lain. Gerd membaringkan badannya dan memikirkan kapan waktu yang pas untuk kembali ke ruang itu. Dia pikir sahabatnya, Neil tidak akan mau lagi menemani pergi ke ruang rahasia.

Sementara Neil masih duduk terdiam dipinggir ranjangnya, merasa berdosa karena telah membohongi Gerd padahal dia tidak tahu apapun tentang ruangan itu. Dia juga khawatir jika Gerd nekat pergi ke ruangan itu tanpa sepengetahuannya.

'Bagaimana ini?' Batin Neil.

Neil akan terus mengawasi Gerd agar tidak kembali ke ruangan itu. Dia yakin bahwa ruangan itu memang berbahaya. Bagi Neil ruangan itu juga misterius, seperti ada hal ganjil di dalamnya.

Neil selalu khawatir pada Gerd yang sudah dianggapnya seperti adiknya sendiri. Gerd terlalu kecil untuk menyelidiki ruangan aneh itu. Sebenarnya Neil juga sangat penasaran sama seperti Gerd hanya saja Neil takut akan dipergoki oleh penjaga saat mereka menyelidiki ruangan itu.

'Sebenarnya ruangan apa itu? Apa mungkin ruangan itu ruang rahasia?' Batin Neil.

Jangan lupa vote dan comment :*

The VasteriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang