Now playing- Sempurna- Andra thebackbone.
Diputar lagunya ya, sumpah! Ngena banget.
Sesempurna apa pun aku, jika tanpa kamu, aku hanyalah debu.
•••
"Kak Mery?"
Mery menoleh, sementara Aldevan membuang napas berat.
"Eh, Syifa? Sini-sini, duduk sama kakak." Mery menepuk space kosong di sampingnya.
Syifa, tengah berdiri tidak jauh sambil merekah senyum. Gadis berkepang itu kemudian mendekat bersama boneka teddy bearnya.
Aldevan hanya bisa menghela berat, padahal sore ini ia berniat menghabiskan waktu bersama Mery. Tapi, enyahlah niat itu karena ada Syifa di sini.
"Kak Mery lagi pacaran ya di sini? Hayo ngaku ... " goda Syifa, matanya memicing, sementara Aldevan terkekeh.
Pipi Mery memerah malu. "Eng ... enggak kok. Kakak mampir aja tadi beli es-krim. Terus karena capek, kita milih duduk deh."
"Oh. Terus kakak ini ... siapa sih namanya? Aku lupa nih. Oh iya, Kak Devan, ya, kan? Yang sering nganter Kak Mery pulang."
Aldevan mengangguk, diacaknya gemas rambut Syifa. Gadis bergaun pink itu tersenyum lalu mengambil duduk di antara keduanya. Aldevan nyaris saja protes karena Syifa berdesakan antara ia dan Mery. Aldevan pun pasrah dan menggeser sedikit duduknya.
"Ganggu bentar nggak papa, nih? Soalnya papa lagi bicara sama temennya," kata Syifa.
Mery menaikkan alis lalu menatap Aldevan yang menghembuskan napas berat. "Nggak papa, kok. Terus Syifa sendirian aja ke sini? Nggak takut dicariin sama papa?"
Syifa menggeleng. "Syifa udah bilang mau jalan-jalan bentar, nanti balik lagi. Jadi, papa nggak bakal nyariin."
"Oh."
"Kak Mery nggak mau main lagi ya sama, Syifa? Udah jarang banget lho Kak Mery ke rumah," tanya Syifa, nadanya terdengar kecewa.
"Kak Mery lagi ujian, makanya nggak ada waktu buat main." Kali ini Aldevan yang menjawab, cowok itu mengusap lembut rambut Syifa. "Syifa harus ngerti ya."
Syifa mengangguk. Ia menatap Aldevan lamat-lamat. "Terus kenapa sama Kakak, Kak Mery ada waktu? Katanya ujian," tanya Syifa polos. Aldevan pun bingung menjelaskannya bagaimana pada seorang bocah seperti Syifa.
Mery hanya tersenyum menatap Aldevan, sebelum akhirnya Mery bersuara. "Syifa nggak mau jalan-jalan?"
"Jalan-jalan?" tanya Syifa. "Kemana emang?"
"Ya sini-sini aja, daripada duduk mulu, kan bosan. Yuk!" ajak Mery.
Anggukan pasti dari Syifa, ia segera turun dan menggandeng tangan Mery. Namun Aldevan, mengerucutkan bibir sesaat ia ditinggalkan begitu saja. Tapi, Mery sempat memberi isyarat lewat delikan mata agar Aldevan ikut dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARACETALOVE
Romance-Kepercayaan itu seperti sebuah kaca, jika sudah pecah, tidak ada yang bisa membuatnya kembali sempurna.- **** Berawal dari ketidaksengajaan Mery menemukan surat beramplop biru di nakas milik Aldevan. Sejak itu semuanya berubah, rasa ragu Mery atas...