Kita masih punya waktu untuk bersama, setidaknya hari ini saja.
-Mery Thevania-
•••
"Asik banget ya pacarannya?"
Mery dan Aldevan lantas menjauhkan mulut mereka dari perman kapas tadi, lalu saling berpandangan. Mery menunduk malu-malu, sedangkan Aldevan mengusap tengkuk salah tingkah. Sial, kenapa harus ketahuan sih?
Marina dan Riko tersenyum geli, sebelum mereka sampai Mery lebih dulu berlari menghampiri lalu memeluk bundanya. "Huwaa, Bundaa, kangenn."
"Lho kenapa nggak dilanjutin yang tadi?"
"Bunda ih!"
Sedangkan Aldevan refleks berdiri kemudian menyalimi tangan Riko sepenuh hati.
"Kalian udah lama datang?" tanya Aldevan.
Riko menepuk pundak Aldevan pelan. "Nggak juga. Lumayanlah bisa ngintip kalian pacaran."
"Papa ih!" sungut Mery, menahan pipinya agar memerah.
"Lah, kalau emang tadi itu kalian bukan pacaran terus apa? Karaokean?"
"Papa!"
"Udah-udah. Duduk dulu nih, bunda pegel berdiri lama-lama," sela Marina. Perdebatan Mery dan Riko lantas terhenti. Mereka mengambil duduk seperti tadi, bedanya Aldevan dan Mery memilih berhadapan saja. Mereka masih malu mengingat kejadian tadi.
"Kalian mau pesen apa? Papa yang traktir," tanya Riko. Menatap ketiga orang di hadapannya.
"Serius papa mau traktir nih?"
"Seriuslah. Masa papa bohong."
Mery memekik antusias, Aldevan menaikkan alisnya sekilas. Sementara Marina yang sudah biasa dengan sikap Riko yang itu hanya mengulum senyum geli.
"Oke, kalo gitu Mery mau pesen yang ini, ini, sama ini," ucap Mery seraya menunjuk daftar makanan di buku menu. Ada Mix fruit salad, burger steak, dan orang juice pilihan cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARACETALOVE
Romansa-Kepercayaan itu seperti sebuah kaca, jika sudah pecah, tidak ada yang bisa membuatnya kembali sempurna.- **** Berawal dari ketidaksengajaan Mery menemukan surat beramplop biru di nakas milik Aldevan. Sejak itu semuanya berubah, rasa ragu Mery atas...