🍁 21- Mimpi 🍁

1.5K 113 8
                                    

Mimpi itu cuma bunga tidur, nggak memiliki kemungkinan besar mimpi itu menjadi nyata.

-Paracetalove-
•••

Hampir dua jam menikmati wisata malam kota Bandung Mery dan Aldevan akhirnya memilih pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hampir dua jam menikmati wisata malam kota Bandung Mery dan Aldevan akhirnya memilih pulang. Aldevan melirik jam tangannya, pukul 21.30. Itu artinya Aldevan harus cepat-cepat mengantar Mery pulang. Sebab, batas waktu jalan-jalan mereka hanya sampai jam sepuluh malam.

Cewek itu sendiri, sekarang bersandar nyaman di bahunya. Sesekali menggesekan hidung yang membuat belakang Aldevan terasa geli.

"Kok ngendus-ngendus?" Tanya Aldevan. Dari kaca spion, dia melihat Mery cengengesan.

"Ngantuk banget, pacar. Pengen tidur tapi takut jatuh," jawabnya.

Aldevan mengulum senyum geli. Cowok itu menghentikan motornya di pinggir jalan. Mengeratkan pelukan Mery di perutnya. "Ini alasannya kenapa aku jemput kamu lebih awal, kamu pasti ngantuk kalau pulangnya lewat jam sembilan."

"Pacar tau aja," sahut Mery mengiyakan. Dia kembali bersandar di bahu Aldevan.

Aldevan pun lanjut melajukan motornya, kali ini dengan kecepatan sedang saja. Membelah jalanan kota Bandung yang masih ramai oleh pengendara.

Mery memeluk Aldevan erat, bahu yang ia sandari ini terasa sangat nyaman. Empuk sekaligus menghangatkan. Suatu hari nanti ia akan merindukan bahu ini. Membayangkannya, membuat hati Mery mendadak galau. Aku nggak mau pisah pacar, nggak mauuu.

Lima belas menit kemudian, motor Aldevan berhenti di depan pagar rumah Mery.

"Sudah sampai. Ayo turun," pinta Aldevan.

Mery mengangguk lemah. Turun dari motor Aldevan dengan perasaan gundah.

Aldevan yang melihat wajah masam pacarnya, kontak menunduk untuk menyamakan tinggi mereka. "Kok cemberut? Nggak seru ya jalan-jalannya?"

"Seru kok seru. Besok lagi ya," jawab Mery antusias. Sialnya, cewek itu tidak sadar sudut matanya menggenang air. Membuat mata Arga menyipit.

"Kamu nangis?" Ibu jari Aldevan tergerak menyapu sudut mata Mery. "Kenapa?"

Mery tidak menjawab. Dia hanya menunduk, tak lama kemudian menangis sesegukan sembari mencengkram baju Aldevan.

"HUWAA. NGGAK MAU PISAH PACARRRR. NGGAK MAU! NGGAK MAU! NGGAK MAU! AKU NGGAK MAU PISAH SAMA KAMU! AKU SAYANG KAMU PACAR. KALAU KITA PISAH. NGGAK ADA LAGI YANG AKU PELUK. NGGAK ADA LAGI YANG TRAKTIR AKU ES KRIM. NGGAK ADA LAGI YANG AKU AJAK JALAN-JALAN. HIKS. NGGAK MAUU. NGGAK MAU PISAHH. HUWAA," ucap Mery menangis sesegukan. Air matanya jatuh deras menuruni pipi mulusnya.

PARACETALOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang