🍁 5- Canggung🍁

3.2K 199 3
                                    

Vote dan komen untuk menghargai karya penulis ;)

Cinta sama seperti keadaan, kita nggak bisa maksa keadaan itu sendiri mengikuti posisi kita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cinta sama seperti keadaan, kita nggak bisa maksa keadaan itu sendiri mengikuti posisi kita. Tapi, kita sendiri yang harus pintar mengatur posisi agar keadaan nggak menyebabkan kesalahpahaman.

-Paracetalove-
•••


Keesokan harinya...

Mata Mery perlahan membuka, cahaya dari gorden yang disingkap membuat cewek itu silau, kepalanya masih pening, mungkin efek alkohol malam tadi yang belum hilang.

Beralih ke mata cewek itu yang terlihat bengkak efek menangis semalaman. Ia tidak bisa tidur nyenyak, sesekali meracaukan nama Aldevan lalu menangis sesegukan.

Ingatannya pun masih belum penuh, Mery hanya ingat ketika Aldevan mencium bibirnya, lalu membawanya ke mobil, setelah itu... ia tidak ingat apa-apa lagi.

Rasanya sakit jika harus mengingat semua, tak mau ambil pusing, Mery bersandar pada sandaran kasur. Ia mengernyit, tatkala menemukan orang yang menyingkap gorden itu yang ternyata-Marina-bundanya.

"Bun-bunda?" tanya Mery, Bundanya yang memakai cardigan abu itu tersenyum. Bagi Mery, setua apa pun bundanya, bahkan hampir menginjak umur 38 tahun wanita paruhbaya itu semakin cantik, meski dengan rambut yang digulung.

"Udah nangisnya?" Marina mendekat, duduk di samping Mery, lalu mengusap lembut rambut cewek itu.

Mery menunduk, matanya seketika perih. Dadanya seolah tertusuk ribuan jarum.

"Bunda sejak kapan ada di sini?" tanya Mery.

"Sejak pacar kamu nelpon, Bunda udah tau masalah kalian," jawab Marina, ia memeluk Mery. "Kamu nggak sadar ini kamar siapa?"

Mery mengernyit, ia mengedar pandang, mulutnya menganga menyadari di kamar siapa ia sekarang, Aldevan.

"Kamar Aldevan, Bunda kenapa nggak bawa aku pulang? Aku nggak mau di sini, aku mau pulang, Bunda. Aldevan jahat! Dia nggak sayang lagi sama aku," rengek Mery. Tatapannya berubah sendu.

"Sayang, Aldevan itu nggak jahat, dia cuma mau kamu ngerti keadaan dia, Aldevan bentak karena nggak bisa mengontrol emosi. Wajarlah kalian remaja, masih labil, tapi satu yang harus kamu ingat, kalau Aldevan itu sayang banget sama kamu, dia nggak mau kehilangan kamu."

"Kok Bunda malah belain Aldevan, sih?"

"Bunda bukan belain Mery, bunda hanya meluruskan apa yang sebenarnya pengen pacar kamu katakan. Kalian hanya salah paham." Marina membawa kepala Mery bersandar di bahunya, mengusapnya penuh kasih sayang. "Kadang, kita juga harus ngerti keadaan orang yang kita sayang, kita nggak harus maksa buat orang itu ngerti keadaan kita. Kamu masih ingat, kan kata Aldevan kalau cinta itu nggak bisa dipaksakan?"

PARACETALOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang