-Kepercayaan itu seperti sebuah kaca, jika sudah pecah, tidak ada yang bisa membuatnya kembali sempurna.-
****
Berawal dari ketidaksengajaan Mery menemukan surat beramplop biru di nakas milik Aldevan. Sejak itu semuanya berubah, rasa ragu Mery atas...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
-PARACETALOVE- •••
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mery duduk di kursi pinggir kolam, gadis itu dengan bosan memperhatikan gerak teman-temannya. Arlan dan Kevin sibuk menata minuman ke meja, sementara Raya dan Tasya tampak asik memanggang daging sambil sesekali tertawa. Sedangkan Aldevan—cowok itu menaruh gitar ke sisi panggung kecil tidak jauh di depan sana.
Mery menarik napasnya, jika bukan karena Aldevan memintanya duduk saja, Mery tidak akan sebosan ini.
"Tamu spesial duduk aja di situ, nggak boleh capek-capek."
"Nggak mau. Ntar bosen pacar."
"Nih mainin hp aku."
Seketika, Mery menepuk jidatnya, dia hampir lupa gawai Aldevan ada padanya. Gadis itu lantas mengambil benda pipih berlogo apel setengah digigit itu dari sling bagnya.
Pilihan Mery, jatuh menelusuri aplikasi whatsapp Aldevan, didapatinya history chat cowok itu penuh dengan pesan tak terbaca dari grub apalah namanya. Ah, Mery yakin grub itu pasti buatan Arlan dan Kevin.
Menelusuri chatnya sampai ke bawah, Mery tidak menemukan apa pun yang mencurigakan, selain pesan-pesan tak berfaedah dari junior-junior cowok itu di eskul fotografi.
Mery tersenyum, kayaknya gue terlalu curiga berlebihan deh sama pacar ganteng. Hehe.
Kemudian, Mery menelusuri kontak Aldevan, lagi-lagi ia dibuat terkekeh kala menemukan nama MERYANG tercetak jelas dengan capslock di sana.
"MERYANG lagi, kenapa sih pacar nggak diganti? Aku kan nggak suka masuk angin. Sebel deh," gumam Mery. Bibirnya mengerucut kesal. "Apa gue tanya aja ya?" Mery mengusap dagu, kalo dipikir-pikir nggak ada salahnya juga kan nanya? Kali aja ada alasan tertentu cowok itu menamai kontaknya seperti itu.
Mery pun menghampiri Aldevan, cowok yang mengenakan kaos putih dengan celana jeans sebatas lutut itu kini beralih sibuk mengipas daging panggangnya.
