Tawa dan senyumnyu adalah hal yang kutunggu-tunggu.
-Paracetalove-
•••Penjelasan Aileen barusan berhasil menumbuhkan rasa sakit di kepala Aldevan. Membuat dirinya dilanda bimbang yang luar biasa. Di satu sisi, dia ingin memberitahu fakta ini pada Mery, sementara di sisi lain dia juga tidak mau membuat pacarnya itu sakit hati. Cukup sudah masalah dalam hubungan mereka. Untuk hari ini saja Aldevan ingin Mery tersenyum tanpa sedikit masalah pun.
Maka dari itu, Aldevan mampir di salah satu warung tidak jauh dari sekolah. Berniat menenangkan diri dengan meminum secangkir coffe di sana. Ditambah lagi, Aileen memaksanya nebeng pulang. Mau tak mau Aldevan mengantarnya dengan malas-malasan.
Sekali lagi, Aldevan merasa bersalah pada Mery. Maafin, aku ya, Ry, maaf.
"Ini teh kopinya, Mas Kasep, mangga diminum."
Seorang wanita tua berdaster pink menyodorkan secangkir kopi susu pesanannya, Aldevan reflek menerima sembari melempar senyum. Cowok itu duduk di kursi panjang tepat di depan warung.
"Makasih, Bu."
Respon wanita tua itu tersenyum tipis. Ia meneliti penampilan Aldevan dari atas ke bawah. "Sama-sama. Tétéh rayi ieu mangrupikeun seniman. Beungeutna kasep pisan. ngalembereh ibu."
Aldevan meggeleng pelan, pipinya memerah malu. "Enggak, Bu. Saya hanya orang biasa."
"Walah-walah. Kalau gitu foto dulu sama ibu yuk! Nggak papa bukan artis yang penting kasep."
Kini, Aldevan hanya bisa pasrah ketika wanita tua itu mengajaknya foto bersama. Yakali dia menolak, nanti ujung-ujungnya malah tidak enak.
Selesai berfoto bersama Aldevan, wanita tua itu tersenyum sambil memeluk ponselnya. "Sekali lagi makasih teh sudah mau ibu foto. Lumayanlah buat koleksi. Hihi."
Aldevan tersenyum lagi, semoga saja fotonya bukan menjadi alasan pertengkaran ibu itu dengan suaminya nanti, sabarr, resiko orang ganteng ya gini.
Dengan rasa senang, wanita tua itu menyingkir dari hadapan Aldevan. Cowok itu menghela napas kedua kalinya lalu duduk. Meniup-niup kopinya yang panas, sambil sesekali menatap langit yang hampir senja.
Pikirannya masih berkenala pada pengakuan Aileen tadi, Aldevan berdecak sebal sekali lagi. Terutama saat mengetahui fakta, kalau Aileen itu ternyata...
☆☆☆
Pukul setengah delapan malam, ketika Mery melirik jam dinding di kamarnya. Cewek itu bergelung gelisah dalam selimut. Tak sabar menanti waktu jalan-jalannya bersama Aldevan. Jujur, ia sudah berpakaian rapi. Sayangnya, perjanjian mereka jam delapan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARACETALOVE
Roman d'amour-Kepercayaan itu seperti sebuah kaca, jika sudah pecah, tidak ada yang bisa membuatnya kembali sempurna.- **** Berawal dari ketidaksengajaan Mery menemukan surat beramplop biru di nakas milik Aldevan. Sejak itu semuanya berubah, rasa ragu Mery atas...