🍁 27- Kenangan Hujan 🍁

1.7K 119 9
                                    

Tonton dulu nih video buat kalian. Lagunya ngena banget.👇

•••

Keesokan harinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keesokan harinya...

"HUWAAA KAK MERY. SYIFA NGGAK MAU KAK MERY PERGIII," rengek Syifa yang baru saja datang dengan berlari. Gadis berseragam SD itu langsung memeluk Mery.

Mery yang tadinya sibuk memasukkan koper dan barang-barang yang lain ke bagasi terpaksa berbalik kemudian membalas pelukan Syifa. Cewek bershall abu itu mengelus-ngelus punggung sahabatnya. "Cup-cup. Syifa jangan sedih. Kak Mery pasti pulang kok. Kak Mery kan juga punya nomor Syifa. Kita masih bisa kontek-kontekan. Oke?"

Bukannya menjawab, Syifa malah menggeleng dengan bibir mengerucut lucu. Gadis berkepang satu itu mengacungkan kelingkingnya. "Janji yaa."

"Janji," Mery membalas tautan kelingking Syifa. "Syifa mau dibeliin apa? Barang di Amerika nanti bagus-bagus lho. Nanti kakak kirim barangnya. Hmm?"

Syifa menggeleng lagi. "Nggak mau apa-apa. Maunya Kak Mery aja. Biar bisa main bareng lagi."

Mendapat jawaban seperti itu lidah Mery mendadak terasa kelu. Dia pun memberikan satu pelukan lagi untuk Syifa. Mery tahu gadis itu sangat sedih. Wajar mereka sudah berteman lama semenjak Syifa memakai popok dia yang menemani. Meskipun umur mereka terpaut sepuluh tahun itu bukan masalah bagi Mery.

Dia menyayangi Syifa begitu juga sebaliknya.

"Nak Syifa, ayo berangkat sekolah dulu." Itu suara Pak RT--ayahnya Syifa, perlahan berjalan mendekat ke arah mereka.

Beliau menatap Mery sebentar lalu menggenggam tangan Syifa. "Kami berangkat dulu ya, Mery. Jaga diri kamu baik-baik. Kami di sini selalu menunggu kamu kembali," ujarnya. Kemudian tersenyum kepada Riko yang sedang menyusun sesuatu di bagasi. "Sukses untuk anakmu ya, Rik."

Riko membalas kalimat itu dengan senyum lebar sekilas. Ayah dan anak itu pun melangkah pergi menuju motornya yang terparkir tidak jauh dari rumah Mery. Dalam gendongan ayahnya, Syifa menoleh kemudian melambaikan tangan pada Mery.

"DAHH KAK MERY!! CEPET BALIK YAAA."

"Iya. Daaahh," balas Mery. Ikut melambaikan tangan juga. Sudut mata cewek itu menggenang air. Mery menyekanya menggunakan ibu jari, lalu menghembuskan napas berat. Sesaat kemudian sebuah sentuhan mendarati pundaknya.

"Udahlah. Jangan terlalu dibawa sedih. Kalian pasti ketemu lagi."

"Papa nggak sedih Mery bakalan pergi?"

PARACETALOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang