"Baiklah, baiklah, jika kau benar-benar ingin tahu semuanya," ujar duncan beberapa hari yang lalu, "Temui aku besok di kamar mandi cowok, oh iya kau bukan cowok, temui aku di kamar mandi cewek, sendirian, jangan ajak siapapun,"
Hal itulah yang saat ini membuat andara mengendap-endap untuk menemui duncan. Sejauh ini tidak ada yang mengusik perjalanannya hingga ia tanpa sengaja ada seorang seorang lelaki yang kelihatannya tergesa-gesa menabraknya.
"Perhatikan langkahmu... diggory." dengus lelaki itu, wajahnya yang pucat makin bertambah pucat.
"Kau yang menabrakku, malfoy." sahut andara ketus. "Dasar aneh."
"Jelas-jelas kau yang menunduk saat berjalan." malfoy tidak ingin kalah.
"Jika kau tahu aku menunduk, kenapa kau tidak menghindar?" tantang andara.
"Karena aku baru tahu bahwa kau berada di depanku, lagipula siapa yang ingin menabrak orang sepertimu, lebih baik aku diterjunkan dari menara astronomi daripada harus berurusan denganmu."
"Kau bajingan." ujar andara seraya mengacungkan tongkatnya ke arah malfoy. Emosinya sudah tak lagi terbendung, tetapi matanya masih berusaha untuk membendung air mata, walaupun matanya mulai memanas.
"Mau menyerangku, diggory?" malfoy menyeringai, "Sama seperti temanmu itu, sama seperti si potter?"
"Jangan membawa-bawa harry! Dia tidak ada hubungannya sama sekali dengan masalah ini."
"Wow, jadi kau membelanya... oh aku lupa, kau memang selalu membelanya."
Andara menurunkan tongatnya kemudian pergi meninggalkan malfoy. Kenapa? Kenapa ia harus mencintai seorang bajingan yang bahkan seperti tidak pernah mencintainya.
"Duncan." ujarnya saat memasuki kamar mandi. Duncan pun meluncur tepat di depannya.
"Jadi apa saja yang ingin kau ketahui?" tanya duncan tidak sabar.
"Beritahu apapun yang kau tahu." jawab andara.
"Jadi lelaki itu adalah seorang... aku lupa, apa namanya, intinya dia adalah pengikut voldemort, dan dia harus membunuh profesor dumbledore." ujar duncan.
"Tidak mungkin, kau pasti salah... dia tidak mungkin- "
"Itu benar andara." ujar malfoy yang tiba-tiba masuk, "Ia mengatakan yang sebenarnya, aku adalah seorang pelahap maut... dan itulah yang membuatku menjauhimu, menyakitimu, dan membuatmu membenciku agar... agar aku tidak menjadi beban untukmu."
Ia berjalan mendekati andara kemudian melanjutkan, "Aku sangat... sangat," malfoy menunduk, ia menangis, "... Sangat mencintaimu, andara... aku sama sekali tidak ingin kehilanganmu, tapi jika aku tidak menjauh darimu, aku hanya akan menyulitkanmu, kau pasti membenciku."
"Sssh... tatap aku," andara mengusap pipi malfoy, "Jangan menangis... jangan membuatku ikut menangis, aku tidak pernah membencimu, aku hanya akan mencintaimu." ia memeluk lelaki itu.
"Terima kasih andara, tapi aku harus pergi." ucapnya kemudian mengecup dahi andara dan mulai melangkah pergi, tetapi andara mencegahnya.
"Apapun yang akan kau lakukan, kumohon jaga dirimu." ucapnya seraya tersenyum.
"Tentu." jawab malfoy, kemudian ia teringat alasan pertama mengapa ia mencari andara. "Sepertinya ini milikmu."
"Trims." andara menerima gelang miliknya yang ia yakin terjatuh karena melonggar.
Malfoy tersenyum kemudian melanjutkan langkahnya, meninggalkan gadis yang sangat ia cintai untuk menjalankan tugasnya untuk membunuh salah satu penyihir besar. Ia tidak tahu kapan ia akan bertemu lagi dengan gadis itu, gadis yang selalu memasuki fikirannya, yang selalu ber legilimens kefikirannya.
Gadis itu memperhatikan setiap langkah malfoy. Berjanji di dalam hatinya bahwa suatu saat ia akan bertemu dengan lelaki itu lagi.
⚡⚡⚡⚡
"Dimana harry?" tanya andara. Saat sampai di ruang rekreasi gryffindor.
"Bersama dumbledore mungkin." jawab hermione, ia tersenyum, "Senang rasanya, sekarang kau lebih sering menghabiskan waktu dengan kami."
"Mulai sekarang." jawab andara, "Aku akan terus bersama kalian."
Ron dan hermione tersenyum, andara juga ikut tersenyum. Ada kebahagiaan yang sangat besar sedang mengelilingi mereka saat ini. Dan tanpa mereka sadari, saat ini teman mereka sedang berjuang untuk mendapatkan salah satu horcrux milik voldemort.
~THE END~
KAMU SEDANG MEMBACA
Legilimens
FanfictionSelama ini ia tidak pernah mengira bahwa ia akan mencintai musuh bebuyutan sahabat sekaligus mantan kekasihnya sendiri. Setiap ia berada di dekat laki-laki itu, ia selalu merasakan kehangatan yang selalu ia rindukan. Namun disaat perasaannya untuk l...