Bonus Chapter #3

2.2K 215 0
                                    

  Perang telah usai, voldemort telah di kalahkan, pihak harry menang, tentu semua orang bahagia, tetapi masih ada yang mengganjal di fikiran andara.

  Ia dan hermione memutuskan untuk menyelesaikan tahun ajaran terakhirnya di hogwarts, susah sekali membujuk harry dan ron untuk ikut, tapi pada akhirnya mereka mau.

"Tahun ini pasti sangat berbeda." ucap andara pelan. Ia menatap keluar jendela hogwarts express, membayangkan bagaimana jadinya hogwarts tanpa orang-orang yang telah pergi meninggalkan mereka lebih dahulu.

Harry tersenyum kecil, "Yeah, pasti berbeda sekali." jawabnya.

Tersenyum kecil, andara pun menggengggam tangan harry, "Kau tahu kan... Apapun yang terjadi... Asalkan kita bertiga tetap bersama, semuanya akan baik-baik saja." ucapnya lembut.

  Ia kembali menatap ke arah jendela. Fikirannya kembali menerka-nerka apakah draco malfoy juga kembali ke hogwarts untuk menyelesaikan pendidikannya. Jujur, ia sangat merindukan lelaki itu, ia sudah tidak pernah bertemu lagi dengannya sejak keluarga malfoy melarikan diri dari perang besar itu.

  Sudah beberapa kali ia berusaha untuk mencari tahu tentang keadaannya, tetapi nihil... Kini lelaki itu seperti bayangan misterius... Seperti keberadaan lelaki itu hanyalah sebuah mitos.

"Apa yang sedang kau fikirkan?" tanya ron seraya menggigit berttie botts miliknya kenudian bergidik, sepertinya ia mendapatkan rasa yang tidak ia inginkan.

"Entahlah, hanya saja... " andara terdiam, tidak mungkin kan dia mengatakan kalau dia sedang memikirkan draco.

"Sudahlah ron, kita semua tahu bahwa yang difikirkan andara adalah apa yang akan terjadi padanya di hogwarts disaat semua orang tahu bshwa ia adalah keturunan dari voldemort," sela hermione," maksudku, walaupun voldemort telah kalah dan musnah, mereka akan tetap waspada apabila andara akan menjadi seperti voldemort."

  Andara mengangguk. Perkataan hermione membuatnya teringat akan pengakuan voldemort bahwa ia adalah keturunannya dan voldemort- secara terang-terangan - mengajaknya untuk bergabung bersama para death eaters.

  Bergidik, andara pun kembali menatap ke arah jendela, ia sedang tidak ingin terlibat dengan percakapan apapun.

⚡⚡⚡⚡

  Dengan langkah yang malas, andara dan ketiga temannya mulai memasuki aula besar. Ia dapat merasakan kehangatan yang sangat familiar kembali menjalari tubuhnya. Ia sangat merindukan hogwarts.

  Ia menyapukan pandangnnya keseluruh penjuru aula besar, terutama di meja slytherin, ia sedang berusaha untuk mencari draco, namun ia sama sekali tidak melihat lelaki itu.

  Ketika ia tahu bahwa apa yang ia harapkan adalah sesuatu yang sia-sia, ia pun mulai mengembalikan fokusnya kepada harry, ron, dan hermione sembari terus menanamkan di dalam hati bahwa ia tak perlu banyak memikirkan si pirang itu.

"Sialan, aku melupakan sesuatu di koperku," ujar andara saat telah menghabiskan makan malam miliknya kemudian segera beranjak untuk mencari kopernya.

  Setelah mendapatkan apa yang ia cari, ia pun segera kembali ke aula besar. Kebetulan koridor-koridor sedang sepi, jadi ia memutuskan untuk memutar arah ke arah menara astronomi.

  Ia sudah tak tertarik dengan sambutan dari kepala sekolah yang pastinya akan dilakukan oleh profesor mcgonagall... Dan bukannya dumbledore. Semua perubahan ini membuat hatinya sakit karena entah kenapa semua ini hanya mengingatkannya kepada orang-orang yang telah meninggalkannya.

  Pandangan gadis itu mulai menyapi seluruh pemandangan yang dapat ia lihat dari atas menara astronomi, ai rindu hogwarts yang dulu... Walaupun sejak dulu ia selalu terlibat di dalam masalah.

"Andara?"

  Ia memejamkan mata. Berharap suara yang baru saja ia dengar itu bukan halusinasinya. Ia ingat, semua yang ia lakukan dengan pemilik suara itu dimulai di tempat ini... Dimulai di menara astronomi.

  Perlahan andara membuka mata saat merasakan sentuhan dari lelaki itu. Keadaan lelaki itu masih sama seperti terakhir kali mereka bertemu.

  Rambutnya yang pirang, wajahnya yang runcing, kulitnya yang pucat... Ia merindukan semua itu.

"Draco?" ucap andara lirih, ia segera menghambur kedalam pelukan lelaki itu. "Kufikir kau tidak akan kembali kesini."

Draco tersenyum seraya membalas pelukan gadis itu, "Sebenarnya aku tidak ingin kembali, tapi... Yeah, kau tahu..." ia menatap setiap inci dari wajah andara, "... Aku kembali untukmu, maksudku... Aku sudah banyak kehilangan setelah perang usai, teman-teman, reputasi, banyak hal. Awalnya kufikir kau tidak akan mau menerimaku lagi tapi melihat reaksimu tadi, aku yakim fikiranku itu salah."

"Kau memang salah, mana mungkin aku tidak menerima seseorang yang sangat kucintai." ujar andara tanpa melepaskan pelukannya.

"Trims andara, aku tidak tahu apa yang akan kulakukan jika aku tidak memilikimu."

"Kalau begitu kau harus berjanji kepadaku."

"Apa?"

"Bahwa kau tidak akan pernah meninggalkanku."

"Aku berjanji bahwa aku tidak akan pernah meninggalkanmu andara, aku juga berajnji bahwa aku akan melakukan apa saja untuk menjagamu, tidak peduli apakah itu berarti harus menukar nyawaku."

Andara terkikik, "Kau terlalu dramatis." cemoohnya.

"Dramatis? Bukankah itu yang terjadi kepada seseorang jika ia sedang jatuh cinta."

"Jadi kau sedang jatuh cinta?" goda andara.

Draco tersenyum kemudian mendekatkan wajahnya ke wajah andara hingga jarak diantara mereka hanya tersisa beberapa centi, "Aku sangat sangat mencintaimu andara diggory." dan beberapa saat kemudian andara dapat merasakan bibir dingin draco menyapu bibirnya.

 

LegilimensTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang