13. kenangan 🎵

146 10 0
                                    

Aku ingat bagaimana kedua orang tuaku menyuapi ku saat aku masih kecil. Aku ingat saat mereka diam-diam membuat acara perayaan ulang tahunku.

"Eoma, appa hiks....hiks.... Kenapa kalian harus pergi untuk selamanya? Hiks.....hiks......hiks aku masih ingat saat eoma dan appa nganter aku ke sekolah untuk yang pertama kalinya. Aku juga masih ingat saat kalian memakaikan aku seragam sekolah. Aku..... Aku..... Hiks..... Hiks..... Hiks....." Kataku sambil menangis di posisi yang sama yaitu duduk. Aku tak bisa melanjutkan kalimat terakhirnya. Aku tak sanggup melanjutkannya.

Aku sangat sedih karena kejadian di sini. Di bandara ini. Kalian bisa bayangkan. Bagaimana seorang anak yang sudah sangat lama menunggu kepulangan kedua orang tuanya? Pasti sangat senang bukan?

Ya! Awalnya aku senang. Bahkan sangat senang. Aku merasakan euphoria yang sangat besar hingga aku merasa ada di Utopia. Aku sangat senang dan bahagia.

Namun, para werewolf jahat itu menghancurkan kebahagiaan ku. Karena mereka, kedua orang tuaku kini telah tiada. Aku tidak tahu harus bagaimana sekarang.

Aku sangat merindukan kebersamaan ku dan kedua orang tuaku yang sudah ku nantikan sejak lama.

Dua tahun. Jika itu diibaratkan tanaman, tanaman tersebut pasti telah tumbuh dan sudah memiliki daun. Seperti itulah rasa rinduku kepada kedua orang tuaku. Bahkan rasa rindu ini melebihi rindu Milea kepada Dilan.

Aku masih ingat saat mereka menyuapi ku sebelum berangkat sekolah. Saat itu, aku masih duduk di bangku SD. Mereka juga yang mengantar dan menjemput ku setiap harinya.

Aku juga masih sangat ingat saat mereka memberiku hadiah berupa sepeda baru saat aku baru pertama kali mendapat peringkat satu di sekolah. Saat itu, aku merasa sangat senang mendapat hadiah dari kedua orang tuaku.

Kini aku sudah tak bisa melakukan apapun selain menangis dan memikirkan kenangan indah bersama kedua orang tuaku.

Rasanya, aku masih sangat ingin memeluk mereka berdua. Aku sangat ingin berbagi cerita dengan mereka berdua.

Pertama kali saat kedua orang tuaku pergi ke luar negri, saat aku masih kelas satu SMA. Saat itu, aku merasa sedih dan berat hati atas kepergian mereka berdua. Aku sangat kesepian atas kepergian mereka berdua. Tak ada lagi orang yang bisa ku ajak bicara di rumah.

Karena itu, aku pergi larut malam untuk bermain bersama teman-temanku. Bukan karena tanpa alasan. Hal ini kulakukan agar aku tak terlalu merindukan mereka berdua.

Kalian tahu? Saat aku sedang sendirian di rumah, aku selalu memandangi foto kedua orang tuaku. Dan kalian tahu apa yang terjadi? Tentu saja aku menangis karena merindukan mereka berdua.

Aku sangat rindu akan dekapan mereka, Omelan mereka, perhatian mereka, kasih sayang mereka, serta segalanya yang mereka berikan hanya untukku. Aku sangat rindu dengan itu semua. Seandainya aku bisa merasakannya sekarang.

Tapi, itu sangat tidak mungkin. Karena kini kedua orang tuaku sudah meninggal. Aku sangat ingin ada seseorang yang datang dan memelukku. Setidaknya untuk memberi semangat. Tapi, saat ini yang kupikirkan adalah, lebih baik aku mati bersama kedua orang tuaku.

Author POV

Multi geng sekolah

Pak Namjoon
Anak-anak, dari pelacak werewolf di komputer bapak, tadi ada segerombolan werewolf yang menyerang bandara. Namun, saat ini sinyal werewolf tersebut hilang.

Eoma Jin Tomang
Kok bisa? Berarti werewolf itu udah pindah tempat.

Kokok Jongkok
Bisa jadi

Nchimol bantet
Bisa jadi wae! Gak ada kata lain apa?

Kokok Jongkok
Bisa jadi

Pak Namjoon
Jangan bercanda! Soalnya Bella juga ada di bandara.

Kokok Jongkok
WHAT! Serius pak?

Pak Namjoon
Iya kook. Beneran. Soalnya di komputer bapak ada sinyal dari Bella. Bapak juga gak tau soalnya baru liat.

Sarkutet alien
Coba telepon Bella dia ada dimana

Soobin
Tumben hyung pinter

Sarkutet alien
Gw gitu loh

Pak Namjoon
Yaudah! Bapak aja yang telepon ya!

Pak Namjoon lalu menelepon Bella berkali-kali. Namun, telepon dari pak Namjoon di abaikan oleh Bella.

Pak Namjoon
Gak diangkat

Kokok Jongkok
Trus gimana?

Nchimol bantet
Pak! Saya susulin aja ke bandara ya!

Pak Namjoon
Good ide! Kamu juga sekalian cek keadaan di bandara ya!

Kokok Jongkok
Saya juga ikut!

Pak Namjoon
Yaudah! Bapak serahin urusan ini ke kalian. Karena bapak akan mengecek lokasi lainnya.

Setelah itu, Jungkook dan Jimin pergi ke bandara dengan caranya masing-masing. Jimin pergi ke bandara dengan cara berlari cepat menggunakan kekuatan werewolf nya. Sedangkan Jungkook, ia ke bandara dengan cara berteleportasi.

Siapa yang akan sampai duluan? Ya! Tentu saja Jungkook. Karena durasi berteleportasi itu sangat singkat.

Setelah sampai di bandara, Jungkook melihat banyak sekali mayat manusia dan werewolf yang berserakan. Ia memikirkan kira-kira monster sekuat apa yang mampu membunuh semuanya? Apakah lebih dari satu?

Ia terus berjalan ke dalam bandara. Firasatnya mengatakan bahwa ada Bella di sekitar sini.
Ternyata benar. Ia mendapati Bella dari kejauhan yang sedang menangis dengan posisi duduk sambil memegang serpihan kaca di tangannya.

"BELLA JANGAN!" Teriak Jungkook saat Bella mencoba melukai dirinya sendiri. Lalu ia berteleportasi agar posisinya dekat dengan Bella. Setelah itu, ia menahan tangan Bella yang hendak melukai dirinya sendiri.

"Lepasin tangan aku!" Kata Bella dengan nada marah sambil mencoba melepaskan tangannya dari genggaman tangan Jungkook.

"Gak akan! Aku gak bakal biarin kamu bunuh diri." Kata Jungkook sambil menatap serius wajah Bella dan masih menggenggam tangannya.

"Kamu... Hiks..... Hiks.... Gak ngerti." Kata Bella sambil menangis.

"Aku ngerti Bella. Kamu abis kehilangan kedua orang tua kamu kan?" Tanya Jungkook karena ia bisa membaca pikiran seseorang.

Mendengar hal tersebut membuat Bella menangis sejadi-jadinya. Lalu Jungkook menarik tubuh Bella agar jatuh pada pelukannya.

"Kalau kamu mau nangis, nangis aja! Aku bakal tetep meluk kamu sampai kamu tenang." Kata Jungkook sambil terus memeluk Bella. Sedangkan Bella menangis dalam pelukan hangat Jungkook.

Sementara itu, Jimin yang baru sampai melihat adegan Jungkook yang sedang berpelukan dengan Bella. Melihat mereka berdua, membuat hati Jimin terasa sangat sakit.

Jimin menjauh dari tempat kejadian yang sangat menyakitkan untuk dilihat nya tersebut. Ia tak bisa menahan air matanya melihat adegan tersebut.

Bersambung


Jangan lupa vomen!

Blood sweat and tearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang