14. Park Jihoon🎵

169 11 3
                                    


Jimin POV

Aku tidak tahan melihat kejadian tersebut.

Tidak!

Aku tidak kuat melihat Bella dengan pria lain selain aku.

Aku tidak rela.

Aku sangat mencintai Bella bahkan saat kami pertama kali masuk SMA.

Saat pertama kali aku melihatnya aku sudah sangat menyukainya.

Dia adalah segala-galanya bagiku. Semenjak kepergian mantan pacarku Park Hyeri, aku tak pernah bisa tersenyum sedikit pun. Tapi Bella, walaupun ia pendiam, aku selalu bisa tersenyum hanya dengan melihat wajahnya.

Saat aku bersama Bella, aku merasa bahwa Park Hyeri yang merupakan mendiang pacarku ada di sisiku.

Aku sangat tidak kuat melihat kejadian tadi. Tapi, aku juga tak bisa melakukan apa-apa. Yang bisa ku lakukan hanyalah berlari dan menangis.

Aku terus berlari dengan kecepatan manusia pada umumnya tanpa menggunakan kekuatan werewolf ku.

Hujan turun dengan sangat deras. Sama halnya seperti air mata yang terus mengalir membasahi pipiku.

Yang ku lakukan saat ini adalah berlari sambil menangis. Walaupun hujan turun dengan sangat deras, aku tak peduli. Aku tetap berlari sambil menangis walaupun setelah ini aku akan sakit sekalipun.

Bugh!

Aku terpeleset karena menginjak kulit pisang dan kepala ku masuk ke dalam tong sampah. Aku berusaha mengeluarkan kepalaku dari tong sampah yang ukurannya lumayan kecil tersebut. Yang setidaknya hanya seukuran kepalaku. Bahkan sangat pas sampai aku agak sulit mengeluarkan kepalaku dari sana.

Entah siapa yang membuang kulit pisang tersebut. Tapi, orang tersebut sangatlah tidak bertanggung jawab. Karenanya lagi-lagi aku terjatuh dan kepalaku masuk ke dalam tong sampah.

Setelah kepalaku bebas dari tong sampah yang baunya seperti ketiak petinju yang belum mandi selama 1.000 tahun, aku terduduk di jalan. Aku menunduk sambil menangis sejadi-jadinya.

"Huaaaaaaaa.......Kenapa hiks....hiks....nasib gua gini amat sih?.....hiks.....hiks.....kemarin kepeleset terus kepala gua masuk ke tong sampah. Trus sekarang musti keulang lagi gitu?"

Aku mengoceh sendiri sambil menangis. Aku memejamkan mataku sesaat. Air mataku terus mengalir tak henti-hentinya seperti air terjun di Curug yang mengalir begitu derasnya. Lalu aku membuka mataku lagi.

"Dulu gua jadi Jodi alias jomblo ditinggal mati. Trus sekarang gua harus jadi jones juga gitu? Jomblo ngenes. Hiks....hiks....hiks kenapa nama gua harus Jimin? Kenapa gak sekalian jomblo aja biar sama kayak nasib?"

Aku mengubah posisi dudukku. Aku merentangkan kakiku dan sedikit membukanya. Tanganku kebelakang sambil menopang tubuhku. Aku menenggakan kepalaku keatas. Aku hanya duduk terdiam membiarkan hujan membasahi tubuhku.

Kini suhu di sekitarku menjadi sangat dingin karena hujan lebat. Namun, menurutku nasib ku jauh lebih dingin daripada hujan yang membasahi tubuhku.

Kau tahu bagaimana perasaanku saat melihat Bella dengan pria lain?

Rasanya sangat sakit. Hati ku rasanya seperti di bom. Tepatnya seperti bom yang menyerang Nagasaki di Jepang. Ya! Kini hatiku hancur seperti Nagasaki di Jepang saat di bom.

Aku memegangi dadaku. Rasanya sangat sesak. Di tambah lagi dengan hujan lebat yang terus-menerus mengguyur ku. Aku menangis sambil menundukkan kepalaku. Lalu aku melihat atas lagi. Tepatnya aku melihat ke arah hujan turun yaitu di langit.

"Langit, lu tahu? Gua itu anak yatim-piatu. Dari kecil gua gak punya orang tua. Orang tua gua meninggal karena kecelakaan. Satu-satunya keluarga yang gua punya cuma satu. Yaitu adek kesayangan gua Park Jihoon. Tapi, sekarang juga dia ilang gak tahu kemana. Langit, kenapa gua selalu kehilangan orang yang gua sayang? Why? Kenapa langit? Wae? WAE? WAEEEEE!"

Aku menceritakan semua keluh kesah ku kepada langit. Memang aneh. Tapi beginilah kenyataannya. Jika ada orang yang melihatku seperti ini, pasti mereka akan menganggap ku orang gila.

Benar. Aku gila. Sepertinya aku sudah benar-benar gila sekarang.

Kini aku sangat berharap appa Daniel ku ada di sini. Tidak! Lebih tepatnya aku berharap adik kesayanganku yang telah hilang dapat kembali kepadaku. Aku sangat membutuhkannya saat ini.

Dari kejauhan aku mendengar ada suara seseorang yang memanggilku. Agak samar-samar. Namun, lama-kelamaan suara tersebut semakin terdengar jelas. Sepertinya ada seseorang yang berlari kearah ku.

"Jimin Hyung! Jimin Hyung!" Kira-kira seperti itulah suara yang ku dengar.

Tunggu! Sepertinya aku mengenal suara tersebut. Aku menyipitkan mataku untuk melihat orang tersebut. Karena sedang hujan deras, aku agak sulit melihat orang di sana.

Dia berlari semakin dekat kepadaku. Dugaan ku benar. Dia adalah adikku Park Jihoon. Aku berlari dengan kecepatan manusia normal pada umumnya dan langsung memeluk satu-satunya adik kesayanganku tersebut.

"Jihoon! Kamu dari mana aja? Hyung khawatir sama kamu. Udah bertahun-tahun kita kepisah dan sekarang akhirnya bisa ketemu lagi. Hyung kangen kamu Jihoon." Aku semakin erat memeluk tubuh adikku tersebut karena tak ingin kehilangannya lagi untuk yang kedua kalinya.

"Jihoon juga kangen banget sama hyung." Kata Jihoon yang membalas pelukanku.

Author POV

Hujan semakin deras sedangkan kedua kakak beradik tersebut tengah asik berpelukan untuk melepas rasa rindu mereka.

Salah satu dari mereka tidak ada yang mau melepas pelukan tersebut seolah tak ingin berpisah untuk selamanya.

Namun, di tengah pelukan hangat dalam hujan kakak beradik tersebut, diam-diam Jihoon mengambil sesuatu dari sakunya.

Tak lain dan tak bukan itu adalah sebilah pisau tajam untuk membunuh orang. Ia menggerakkan tangannya secara perlahan agar Jimin tidak menyadarinya.

Ia hendak menusuk jantung Jimin dari belakang secara perlahan-lahan dan diam-diam.

Kini tangannya sudah sampai di tempat yang ia inginkan. Hanya tinggal menancapkan pisau yang ia pegang ke bagian yang ia inginkan tersebut.

Ia akan menghunuskan pisaunya.
Dan........

Bersambung

Maaf ceritanya pendek soalnya lagi males bikin cerita.
Jangan lupa vomnnya ya! Jangan jadi silent reader!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 30, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blood sweat and tearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang