My Sweet Princess
Suara ketukan ringan di pintu kamarnya membuat mata Ed seketika terbuka. Namun, ia masih berbaring di sofa ketika pintu kamar itu terbuka. Apakah di rumah ini sudah menjadi kebiasaan untuk sembarangan membuka pintu? Mereka bahkan hanya merasa perlu mengetuk sekali dan membukanya begitu saja. Pantas saja Licia berkeras meminta Ed mengunci pintu kamarnya.
Namun, saat melihat siapa yang berdiri di pintu kamarnya, Ed segera melompat berdiri. Fransisco yang tadi membuka pintu menepi dan nenek Licia masuk ke kamar. Mata wanita itu menyipit marah saat tatapannya mendarat di atas tempat tidur Ed.
"Dia hanya tidur di sana. Kami tidak melakukan apa pun," Ed buru-buru berkata, mengakibatkan tatapan tajam nenek Licia tertuju padanya.
"Aku tahu cucuku. Tapi, kuharap kau bisa menahan dirimu," ucap nenek Licia tajam.
Ed mengangguk. Entah kenapa ia merasa bersalah. Bukan ia yang tidak berusaha menahan diri, tapi Licia yang tiada henti menyerang Ed. Dan Ed masih pria normal, astaga!
"Maaf, Tuan. Tadi saya pergi ke kamar Nona Licia untuk memanggilnya makan malam, tapi Nona tidak ada di kamar. Ketika saya melapor pada Nyonya Besar, Nona Nania mengatakan bahwa Nona Licia ada di kamar Tuan," Fransisco menjelaskan, meski itu tak membantu Ed sama sekali.
Ed berdehem. "Licia hanya beristirahat di sini. Seperti yang kalian tahu, beberapa sepupunya menyempatkan mampir kemari. Karena itulah, Licia merasa perlu menemani saya di sini. Sebenarnya, saya juga terganggu dengan kunjungan mendadak sepupu-sepupu Licia kemari. Mereka bahkan masuk tanpa mengetuk pintu. Sekarang saya mengerti, kenapa Licia mengingatkan saya untuk selalu mengunci pintu kamar saya."
Nenek Licia tampak terkejut mendengar cerita Ed. Wanita itu lalu berdehem.
"Bangunkan dia. Semua sudah menunggu di ruang makan," nenek Licia berkata.
"Maaf, tapi Licia tampaknya sangat lelah. Mungkin kami akan makan nanti saja," Ed menjawab.
"Maaf, Tuan. Tapi, di rumah ini, seluruh anggota keluarga diharuskan makan bersama," Fransisco menerangkan.
Ed menghela napas berat. "Baiklah. Kami akan makan di luar saja. Saya bukan anggota keluarga ini. Belum. Dan saya berencana mengajak Licia makan malam bersama saya."
"Jangan membuat masalah ini menjadi semakin besar dan bangunkan dia!" nenek Licia memberi perintah. "Fransisco." Ia memanggil orang kepercayaannya itu.
Fransisco sudah berjalan ke arah tempat tidur, tapi Ed menghalangi jalannya.
"Apa kalian tidak sadar, sejak ia datang kemari, kalian sudah menyambutnya dengan luar biasa? Licia sedang sangat lelah. Jadi tolong, jangan ganggu istirahatnya. Dia toh sudah menuruti kalian untuk datang ke rumah ini betapa pun ia tidak menginginkannya," ungkap Ed.
Giliran Fransisco yang terkejut karena kata-katanya. Sementara, nenek Licia tak mengatakan apa pun lagi dan berbalik. Fransisco lalu membungkuk padanya, sebelum mengikuti nenek Licia meninggalkan kamar itu.
Ed menghela napas ketika memutar tubuh menatap Licia yang masih lelap di atas tempat tidurnya. Wanita itu sepertinya benar-benar lelah, hingga perang yang terjadi hanya beberapa meter dari tempatnya saja tak mengusiknya.
Ed berjalan ke tempat Licia masih tidur. Ia tersenyum lembut saat menyentuh helaian rambut Licia yang jatuh di wajahnya. Menyingkirkan helaian rambut itu, Ed lalu menunduk di atas wanita itu. Ia harus mati-matian menahan diri untuk tidak menyentuh bibir Licia. Di tengah perang batinnya, mata Licia terbuka.
"Kaupikir apa yang akan kau lakukan?"
***
Licia bahkan tidak heran ketika Ed malah tersenyum ketika Licia memergokinya, entah apa yang akan dilakukannya jika Licia tak membuka matanya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Into You (Dark Marriage Series #1) (End)
RomanceLicia tidak pernah tahu jika Ed, si playboy menyebalkan yang baru pindah ke kantor tempat ia bekerja, akan berakhir menjadi tunangan pura-puranya. Demi bisa pergi dari rumah neneknya dan mendapatkan hidupnya sendiri, Licia harus meminta bantuan Ed...