I Can See You Only
"Kenapa kita tidak bertemu di apartemenmu?" tanya Ed saat pria itu sudah duduk di depannya, di meja di sudut kafe tak jauh dari apartemen Licia.
"Aku tidak suka ada orang asing masuk ke apartemenku," jawab Licia.
"Aku bisa meminta Jason menunggu di mobil," sahut Ed.
"Dan kau?" sengit Licia.
Akhirnya, pria itu sadar, siapa pria asing disebutkan Licia tadi. Namun, bukan Ed namanya jika tidak berkomentar,
"Dan entah sudah berapa kali kau berciuman dengan pria asing itu."
Licia tidak menanggapi dan malah melemparkan berkas kontrak pernikahan mereka ke atas meja di depan pria itu.
"Baca dan pelajari itu. Begitu kau menandatanganinya, kirimkan kembali padaku," ucap Licia seraya berdiri. "Aku sudah memesan dua kopi. Kau bisa meminumnya bersama asistenmu. Aku yang traktir," katanya lagi.
"Jika aku langsung menandatanganinya di sini, maukah kau duduk lagi dan menemaniku setidaknya selama satu jam?"
Pertanyaan Ed membuat Licia mengerutkan kening. Ia menunduk hanya untuk melihat bahwa Ed serius dengan penawarannya barusan.
"Kau tidak akan membacanya?" tanya Licia ragu.
Ed tak menjawab, tapi ia lalu mengambil bolpoin dari saku jasnya dan membuka halaman terakhir kontrak. Tanpa ragu, ia menandatanganinya. Pria itu mendongak dan berkata,
"Sekarang duduklah. Aku lebih suka minum kopi denganmu."
Tepat saat itulah, pesanan kopi Licia datang dan Licia terpaksa duduk juga.
"Ada hal lain yang ingin kau bicarakan?" tanya Licia.
"Tidak ada. Aku hanya ingin bersamamu, melihatmu," jawab Ed enteng. Pria itu lalu tersenyum.
Licia mendengus. "Kau akan menyesal karena menandatangani tanpa membacanya."
"Tidak masalah. Aku bisa menyesalinya nanti. Tapi yang jelas, aku sama sekali tidak menyesali keputusanku tadi. Selama enam puluh menit ke depan, aku bisa menatap wajahmu sepuasku."
"Lima puluh sembilan menit," ralat Licia.
Ed menghela napas berat. "Tak bisakah kau memberi diskon?"
Licia nyaris saja tersenyum mendengarnya, tapi ia menjaga ekspresinya. Ia memang masih marah pada Ed, tapi tingkah pria ini benar-benar membuat Licia sulit mengabaikannya sepanjang minggu.
Sepanjang minggu kemarin, seluruh karyawan di perusahaan diserbu kepanikan ketika Ed memutuskan kunjungan rutin setiap hari, di pagi dan sore hari. Tidak sedikit karyawan yang menggerutu bahwa CEO baru mereka pasti tidak punya banyak pekerjaan. Namun, Licia tahu, setiap jam pulang kantor, Ed masih belum meninggalkan kantornya, bahkan hingga larut malam, untuk mengganti jam kerja yang ia gunakan berjalan-jalan berkeliling kantor. Licia pun tahu, Ed melakukan itu hanya untuk ... sekilas melihat Licia saat ia berjalan melewati meja Licia.
Di hari kedua kunjungan rutinnya, ia berpura-pura tersandung di depan meja Licia. Hari ketiga, ia mengaku keseleo, hari keempat ia mendadak pusing, dan di hari kelima, ia berhenti hanya untuk mengikat tali sepatunya. Namun, setiap kali pria itu berhenti, Licia tak sekali pun memandangnya, tak peduli apa pun yang ia lakukan.
"Aku tidak akan membiarkan siapa pun menyakitimu lagi di rumah itu, Licia," ucap Ed tiba-tiba, membuat tubuh Licia menegang.
"Aku bisa mengurus masalahku sendiri. Selama kau tidak tergoda oleh rayuan para sepupuku yang cantik itu," sinis Licia. "Sudah cukup kau mengkhianatiku dengan menerima uluran tangan nenekku. Jangan tante atau sepupuku juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Into You (Dark Marriage Series #1) (End)
DragosteLicia tidak pernah tahu jika Ed, si playboy menyebalkan yang baru pindah ke kantor tempat ia bekerja, akan berakhir menjadi tunangan pura-puranya. Demi bisa pergi dari rumah neneknya dan mendapatkan hidupnya sendiri, Licia harus meminta bantuan Ed...