Someone on Your Side
"Bahkan dengan keadaanmu seperti ini, kau harus ikut makan bersama di ruang makan?" Ed terdengar kesal.
"Karena aku masih bisa berjalan. Kau saja yang memaksa menggendongku, kan?" balas Licia dari punggung pria itu.
"Lalu, menurutmu apa yang akan mereka katakan jika aku membiarkanmu berjalan-jalan di tangga dengan kaki seperti ini?" desis Ed.
"Karena itu kan, aku berkeras untuk ikut turun denganmu," sahut Licia. "Jadi, mereka tidak akan mengatakan hal-hal buruk tentangmu."
Ed menghentikan langkah di tengah tangga. "Kau ... melakukan ini untukku?"
"Bukan karena aku ingin. Tapi, aku sudah cukup merasa dipermalukan oleh keluargaku di hadapanmu. Lagipula, kau berada di sini karenaku. Mana mungkin aku justru mengirimmu ke medan perang sendirian tanpaku?" Licia beralasan.
Ed mendengus pelan. "Aku memang agak terkejut dengan medan perangnya, tapi kurasa, aku mulai terbiasa dengan itu."
Ganti Licia yang mendengus, tak percaya. "Apa kau tahu, dengan menggendongku seperti ini kau sudah memasang bom waktu di bawah kakimu sendiri?"
"Aku hanya harus memutus kabel timer-nya sebelum waktunya habis, kan?" sahut Ed enteng.
Licia mendesis kesal.
"Kau mau tahu sesuatu?" tanya Ed ketika ia melanjutkan langkah menuruni tangga.
"Apa?" Licia tak bisa menahan rasa penasarannya dan mencodongkan kepala ke depan.
Ed menghentikan langkah di depan tangga, lalu menoleh. Detik berikutnya, pria itu mendaratkan ciuman ringan di pipinya.
Licia menoleh kesal ke arah Ed yang sudah menatap ke depan, senyum menang tersungging di wajahnya.
Pria itu melanjutkan langkah ke arah ruang makan. "Apa kau tahu, jika tadi aku tidak menoleh ke depan, kita pasti sudah berciuman?"
"Apa?"
"Mau bukti?" tantang pria itu, hendak menoleh ke arahnya, tapi tangan Licia bergerak cepat dan menahan wajah pria itu.
Berikutnya, Licia mendengar tawa riang pria itu. Meski begitu, Licia tanpa sadar juga mendapati bibirnya melengkung tersenyum. Namun, senyum itu segera dilenyapkannya saat menyadari mereka sudah berada di ruang makan, dengan semua orang sudah duduk di depan meja makan dan sedang mengawasinya. Dan Ed.
"Licia?" panggil Ed pelan.
"Hm?"
"Tidak bisakah kau meminta para pelayan untuk mengabsenkan pisau ketika tidak ada daging dalam menu makannya?" sebut pria itu, membuat Licia menyembur tertawa. Namun, ia segera menghentikannya dengan paksa mendapati tatapan tajam hampir semua orang tertuju padanya.
"Itu untuk buah, sepertinya," Licia berbisik pada Ed. "Jangan khawatir, mereka masih suka daging sapi daripada daging manusia," ia menambahkan, membuat Ed menoleh padanya, melotot kesal.
Licia tersenyum geli. Siapa juga yang tadi memulai becanda keterlaluan seperti itu?
***
Ed baru saja menempatkan Licia di kursinya, ketika pria itu berdiri lagi. Licia menoleh bingung melihat pria itu berjalan ke dapur. Tak lama kemudian, ia sudah kembali membawa sebuah piring berisi telur ... orak arik?
"Meski bentuknya seperti ini, tapi ini omelette," Ed menjelaskan, membuat Licia menyembur tertawa. Namun lagi-lagi, segera dihentikannya ketika mendapati tatapan tajam pria itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Into You (Dark Marriage Series #1) (End)
RomantizmLicia tidak pernah tahu jika Ed, si playboy menyebalkan yang baru pindah ke kantor tempat ia bekerja, akan berakhir menjadi tunangan pura-puranya. Demi bisa pergi dari rumah neneknya dan mendapatkan hidupnya sendiri, Licia harus meminta bantuan Ed...