I Can Do Anything For You
Saat Ed membuka mata, ia tersenyum puas mendapati Jason mengantarnya di tempat yang seharusnya. Ia menoleh ke samping. Dilihatnya kepala Licia terteleh di tempat tidur, tak jauh dari tangannya. Sementara, wanita itu duduk di lantai dengan tidak nyaman.
Perlahan Ed beranjak duduk, tapi ia kembali merasa pusing. Padahal ia ingin bertindak sok keren dengan memindahkan Licia ke atas tempat tidur. Betapa menyenangkannya jika wanita itu bisa berbaring di sebelahnya sepanjang malam. Memikirkan itu, Ed menolak untuk menyerah.
Ia sudah akan beranjak turun ketika Licia bergerak. Detik berikutnya, wanita itu mengangkat kepala, lalu tatapannya bertemu dengan Ed.
"Apa yang kaupikir akan kau lakukan?" Suara wanita itu terdengar mengantuk.
Ed berdehem. "Aku baru saja akan memindahkanmu ke atas tempat tidur."
"Tidak perlu," Licia menukas seraya menegakkan tubuh. Wanita itu meregangkan tubuh seraya menguap.
Bagaimana bisa wanita itu tetap begitu cantik, apa pun yang ia lakukan?
"Kau bisa tidur di atas tempat tidur, Licia. Jika berbagi tempat tidur denganku mengusikmu, aku akan tidur di ruang tamu," Ed berkata.
Licia menatapnya tajam. "Tidak perlu," tolaknya. "Lagipula, aku harus berangkat kerja."
Ed mengerutkan kening, lalu menoleh ke arah jam dinding di kamar itu. Ia mengumpat pelan. Ini sudah jam enam pagi. Kenapa pula ia harus tidur selama itu? Memalukan sekali.
"Kau, yang sebaiknya tidur lagi," kata Licia seraya beranjak berdiri. Wanita itu membungkuk untuk mengulurkan tangan dan menyentuh kening Ed. Ed harus menahan diri untuk menyambar tangan itu dan menciumnya. Ia benar-benar merindukan wanita ini. Ed mengerang nelangsa dalam hati.
"Demammu sudah turun, tapi kau masih demam. Tidurlah lagi. Nanti begitu asisten kurang ajarmu itu sudah datang, pastikan dia membawamu pergi dari sini," ucap Licia seraya berjalan ke pintu kamarnya.
"Kau mau ke mana?" panik Ed. Ia mulai mendapat trauma wanita itu akan meninggalkannya ketika melihat punggungnya.
"Ke dapur, menyiapkan sarapanmu. Kau harus meminum obat," jawab Licia tanpa menghentikan langkah.
Ed menghela napas lega. Meski ia masih pusing, ia menolak berbaring lagi dan malah turun dari tempat tidur. Ia menoleh ke arah tempat tidur, melihat handuk kecil yang terlipat di bantalnya, juga handuk kecil lain yang terendam di baskom berisi air di meja samping tempat tidur.
Licia pasti semalaman tidak tidur karena menjaganya. Ed tahu, seharusnya ia merasa bersalah karena menyusahkan wanita itu seperti ini. Namun, ia tak bisa mencegah kelegaan dan rasa senangnya karena mendapati wanita itu masih mempedulikannya. Bahkan meskipun hanya terpaksa.
***
Licia tersentak kecil ketika tiba-tiba seseorang menyandarkan kepala di bahunya.
"Aku merindukanmu," ucap Ed pelan.
"Kau mau mati?" balas Licia kesal. "Kau masih demam, jadi jangan berkeliaran dan cobalah tidur lagi!"
Alih-alih mendengarkannya, Ed kini malah melingkarkan lengan di pinggang Licia.
"Aku ingin menciummu, tapi aku tidak ingin kau sakit juga karenaku," ucap pria itu lagi.
Licia tak mengatakan apa pun, tapi ia menarik lepas tangan Ed dari pinggangnya.
"Berbaringlah di sofa. Apa kau tidak pusing berdiri seperti ini?" omel Licia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Still Into You (Dark Marriage Series #1) (End)
RomanceLicia tidak pernah tahu jika Ed, si playboy menyebalkan yang baru pindah ke kantor tempat ia bekerja, akan berakhir menjadi tunangan pura-puranya. Demi bisa pergi dari rumah neneknya dan mendapatkan hidupnya sendiri, Licia harus meminta bantuan Ed...