PART 1

75 5 0
                                    

Awal semester dua yang begitu cerah, kembali untuk mengawali setiap rumus hidup yang harus terpecahkan. Mencoba untuk memperbaiki nilai bahkan memperbaiki diri. Tak banyak diantara seribu murid di sekolah ini tidak memperdulikan nilai mereka yang jelek atau sikap mereka yang merugikan. Lantas, kemanakah murid berprestasi di sekolah ini? Apakah sekolah ini hanya memuat anak-anak nakal dan tidak memiliki prestasi?

Ada. Ada murid berprestasi di sekolah ini, hanya beberapa. Dibandingkan dengan anak nakal, yang berprestasi di sini bisa dihitung oleh tangan kalian. Terdapat dua anak berprestasi yang mampu mengharumkan sekolah ini. Mereka berdua saling bersaing untuk mendapatkan peringkat pertama di sekolah dengan nilai terbaik.

Ingin tahu siapa mereka? Mereka adalah Alya dan Dela berasal dari kelas 11 IPS-2, keduanya sangat unggul dalam mata pelajaran ekonomi. Padahal bagi temannya, pelajaran ekonomi adalah pelajaran yang paling dihindari. Karena apa? Karena banyak teori yang memusingkan dan juga banyaknya angka gaib yang harus dihitung.

"Gimana liburan lo? Seru gak?" Tanya Sela pada ke dua temannya yang sedang membaca satu buku paket tebal yang berisi beribu-ribu tulisan dan juga berjuta-juta angka. Tak jauh dengan Alya yang terus menghitung jarinya, lantas ia menyamakan hasil hitungannya dengan hasil yang ada di buku paket.

Bagi Sela sendiri sudah terbiasa ketika dirinya menjadi nyamuk disaat dua temannya terus berkutat dengan buku tanpa bisa ditanya apapun itu. Merasa kesal pertanyaannya tidak kunjung dijawab, Sela mengambil ancang-ancang untuk menggebrak meja kantin hanya sekadar menyadarkan kedua temannya yang terus fokus menatap buku.

BRAK!

"Woy!" Teriak Sela yang membuat Alya dan Dela terkejut setengah mati. Hingga membuat apa yang ditulis oleh Dela tercoret panjang karena kaget dan buku yang sedang dibaca oleh Alya kertasnya menjadi kusut karena tangannya refleks terkejut.

"Apa Sela?! Habisnya lo nanya ke siapa?! Gue apa Alya? Mangkanya kita berdua kagak jawab pertanyaan lo." Jelas Dela sambil membenarkan kacamatanya yang sedikit jatuh.

"Gue nanya ke lo berdua KUTU! Lo pada liburan ke mana?!" Sela mengulangi pertanyaan dengan hati kesal atas perlakuan si kutu buku yang merupakan panggilan untuk Alya dan Dela.

"Paling juga liburan ke perpustakaan. Hidup mereka berdua kan nggak bakal jauh dari yang namanya buku." Tiba-tiba Anwar ikut nimbrung.

Cowok satu ini namanya Anwar, sahabat karib Dela semenjak keduanya duduk di kelas tiga SMP. Tanpa diduga saat keduanya kembali dipertemukan di SMA, sayangnya mereka berbeda jurusan. Anwar mengambil jurusan IPA dan Dela jurusan IPS. keduanya sangat karib hingga timbul cinta terlarang antara tiga orang. Untuk satu orangnya lagi adalah teman kelas saat SMP. Sayangnya Dela harus rela mengalah untuk teman, ia membiarkan rasa sukanya sirna untuk memuaskan keegoisan dalam diri. Ia tidak ingin pertemanan hancur hanya karena sama menaruh hati pada orang yang sama. Lebih baik Dela duluan yang mengibarkan bendera putih dan membiarkan lampu hijau dimiliki oleh temannya.

"Nah tau! Lagian ini udah semester dua, lo semua mau naik kelas tiga dan bakal ngehadepin yang namanya UN." Jelas Alya.

"Ummi pesen teh tobros satu!" Teriak Anwar pada pedagang di kantin dengan lantangnya tanpa rasa malu ataupun etika. Lihat saja sikapnya ketika memesan makanan atau minuman. Mulutnya terus mengunyah permen karet, kancing baju yang selalu terbuka, satu kaki naik ke atas kursi. Sungguh tidak sopan.

Alya, Dela dan Sela menatap Anwar tanpa ekspresi. Oh Shit! Lihat saja wajah Anwar yang begitu polos, mengundang tiga tinju dari tiga perempuan yang kini sedang menatapnya. Tapi tenang, dibalik sikap pecicilan nya ini, ada jiwa solidaritas pada Anwar. Orang yang lebih mendahulukan teman daripada dirinya sendiri. Ia belajar dari masa lakunya yang kelam, dimana dulu semasa SMP Anwar dibully habis-habisan oleh temannya. Sampai suatu hari Dela melihat baju Anwar lusuh penuh dengan noda tanah, wajah pria itu berubah merah juga garang, beberapa diantaranya terdapat memar dibagian tangan juga wajah. Sampai saat pria itu berjalan pun seperti berusaha kuat menahan pilu dibagian kaki.

Jelas semua murid perhatiannya tertuju pada Anwar, padahal saat itu Anwar baru saja datang ke sekolah dan sudah diserang habis-habisan di WC pria. Sampai akhirnya mereka dipisahkan oleh ketua OSIS, kabar perkelahian ini pun sampai terdengar ke ruang guru, membuat semua anak yang merundung Anwar dikenakan hukuman berat.

Syukur nya, seiring waktu dengan keberanian Anwar membuat keadaan berbalik. Orang yang sering merundung Anwar berubah menjadi kawannya bahkan menjadi tameng untuk Anwar bila ada orang yang tidak suka pada Anwar. Sejak saat itu jiwa solidaritas Anwar terjunjung tinggi, ia sering melindungi murid yang sering terkena bully, bahkan merangkul nya dan memberi kekuatan. Tak memandang pria atau wanita, Anwar pasti akan menolongnya.

"Lo bolot atau gimana sih War? MANA ADA TEH TOBROS?! Yang ada juga teh tubruk onta!" Pekik Sela tepat di telinga Anwar. Spontan Anwar mengusap telinganya yang terasa pengang.

"Eh buset! Lo kalau ngomong biasa aja, jangan pake teriak! Coba lo ngomong pelan-pelan, kan mantap ngedengernya." Keluh Anwar yang langsung berdiri untuk menyantap beberapa gorengan panas di depan matanya.

"Woo mantap bener nih gorengan, udah pada cakep nih. Gak kayak si Dela baca buku terus!" Monolog Anwar, cukup membuat Dela melirik dengan kacamata yang tidak tertata dengan benar.

"Sinting tuh anak." Gerutu Dela lantas ia kembali membaca buku dan berdiskusi dengan Dela mengenai pelajaran Ekonomi yang akan dibahas pada saat nanti bel berbunyi.

_______

Bel masuk kini telah berbunyi, semua murid di sekolah ini berhamburan menuju kelas barunya. Kali pertama yang menjadi perbincangan murid saat ini hingga membuat keriuhan hebat disetiap kelasnya adalah pemilihan tempat duduk. Mereka mendiskusikan siapa yang harus duduk di depan? Banyak murid memilih tempat duduk di belakang terutama di pojok, karena itu merupakan tempat aman untuk melakukan hal yang berbau kemalasan. Dimana di tempat itu, murid yang malas akan menyembunyikan dirinya dan tertidur ketika guru sedang menerangkan beberapa materi.

Sedangkan bagi murid yang pintar didesak agar menempati bangku paling depan, karena mereka tahu guru selalu menganggap murid yang duduk di depan adalah anak pintar dan mampu menjawab segala pertanyaan yang dilontarkan oleh guru tersebut.

"Gue mau duduk di belakang!"

"GAK MAU! Gue nggak mau duduk di belakang!"

"Pokonya gue pengen duduk di pojok sana biar bisa tidur!"

"Bagi yang pintar diharap duduk di depan!"

Begitulah ocehan anak 11 IPS-2 ketika memilih bangku. Betapa ribetnya ketika memilih bangku hanya karena rasa takutnya terhadap guru. Pada akhirnya yang pintarlah menduduki bangku paling depan.

Wali kelas 11 IPS-2 akhirnya telah masuk dan duduk begitu manis di tempatnya. Kini wali kelas mereka adalah Ibu Lily yang merupakan guru ekonomi mereka semasa kelas satu. Seisi kelas bersorak tidak menyetujui, banyak diantara mereka membuang nafas kasar, karena mereka sudah tahu perhatian wali kelasnya akan tertuju pada Alya dan Dela saja.

"OK anak-anak! Sekarang kita mulai pembagian ketua kelas. Siapa yang akan menjadi kandidatnya?" Seketika beberapa murid mengangkat tangannya begitu antusias. Hanya tiga orang yang mengangkat tangannya yakni Alya, Aditiya dan Dimas.

"Loh? Kok Dela gak ikut ngejabat?" Tanya Ibu Lily terheran.

Dela cengengesan, "nggak bu, Dela jabat jadi sekretaris aja." Jawab Dela.

"Yaudah, kamu jadi sekretaris aja."

Ibu Lily kini mempertimbangkan siapa yang akan menjadi ketua kelas dan juga wakil ketua kelas dan ini harus resmi dipilih oleh gurunya sendiri. Menurutnya, keputusan guru adalah yang terbaik. Melalui hasil voting, suara Alya dan Aditya hampir setara,

"Sesuai hasil vote, ketua kelas kita adalah Alya dan wakilnya Adit." Keputusan kini telah ditetapkan tetapi sebagian murid menentang itu semua.

"Jangan Alya bu!" Usul salah satu murid.

"Loh kenapa memangnya?" Tanya Ibu Lily kaget akan pernyataan barusan.

"Dia ngurus Khalid aja nggak bener bu! Sampe-sampe Khalid dikeluarin dari sekolah gara-gara kasus narkoba!" Balasnya tak terima.

______________________________________________

Annyeong haseyo♥
Next Chapter ya♥
Vote
Commen
Share
Update setiap hari Rabu dan Minggu
Thank You♥

KONFLIK  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang