PART 7

12 4 0
                                    

Bel masuk berbunyi, ini saatnya Dela menerima kejadian yang akan terjadi saat ia masuk kelas. Seperti biasa, pasti mereka akan melayangkan tatapan sinis pada dirinya ataupun Alya, memang Dela adalah seorang penakut dan khawatiran mengenai teman yang menjauh. Tak dapat disangkal bahwa setiap orang memiliki ketakutan, sudah wajar bila seseorang takut kehilangan orang yang disayangi. Seperti yang Dela rasakan sekarang, ia sangat takut temannya menjauhinya, karena yang Dela tahu hidup tanpa teman akan sangat menyusahkan daripada hidup dengan orang yang dicintai tapi berkhianat.

Mungkin banyak orang yang dicintai dan disayanginya, tapi itu semua tak menutup keyakinan bahwa orang tersebut akan setia dan selalu ada kapanpun ia membutuhkan. Setiap prinsip orang berbeda, maka di sini Dela juga membutuhkan peran teman dalam hidupnya. Meskipun banyak orang berkata, teman bisa dicari bahkan dengan uangpun teman bisa didapat.

Tidak untuk Dela, teman dibayar untuk membantu kita itu bukan namanya teman. Mereka akan membantu karena satu alasan yang harus mereka dapati, yaitu uang bukan rasa pertemanan.

Mentalnya begitu lemah bila ia dimarahi hanya sekedar tipuan ataupun dijauhi oleh temannya. Saat ia akan masuk dengan ketiga temannya, kedelapan lelaki itu sedang menatap dirinya dan Alya sambil menggandong tasnya.

"Puas lo ngeliat kita kayak gini?" Ucap Fadilah dengan sinispada Dela.

"Kenapa sih lo nyalahin terus gue?! Perlu bukti apalagi sih? Yang..."

"ALAAH BACOT!" Fadilah langsung memotong perkataan Dela.

Sedikit rasa hancur di dalam hatinya, mungkin hatinya telah menangis, namun matanya mencoba untuk tidak mengeluarkan air mata setetespun. Ketakutan akan membuatnya semakin lemah.

"Udah sih, kenapa lo ngebahas terus ini? Lagian ini juga salah lo, yang nimbulin masalah juga lo, kenapa lo ngambek ke orang lain? Terus kenapa lo yang ngerasa tersinggung? Harusnya lo mikir kesalahan lo dimana?!" Bentak Alya yang kini kemarahannya telah membumbung tinggi.

Dela hanya bisa terdiam, dia tidak bisa berbicara apapun. Kemampuan berdebatnya memang lemah dan pertahanannya mungkin bisa dibilang lumayan.

Dela ingin segera mengakhiri ini, dia ingin segera pulang. Di sekolah ini, dan di kelas ini, begitu juga dengan suasana kelas ini, Dela tidak menyukainya. Seketika semuanya berbeda. Tidak seperti biasanya. Biasanya mereka begitu ceria. Tidak ada masalah apapun. Tapi semenjak mereka naik kelas 11, berbagai masalah mulai menghampiri kelas ini.

Seolah-olah kelas ini terkena karma dari seseorang yang tidak menyukai kelas ini. Lantas kini Dela harus apa? Apakah Dela harus diam?

Terkadang diam adalah suatu pilihan yang tepat, ketika pembicaraan hanya akan membuat suasana menjadi sangat kacau. Batin Dela.

Fadilah dan kawannya sudah pergi dari pandangannya, tubuhnya serasa melemas setelah kejadian ini terjadi lagi. Rasanya Dela sudah lelah bila menghadapi masalah ini terus menerus.

Terkadang di dalam hatinya terbesit ingin pergi dari sekolah ini, jika tidak, ia ingin keluar dari sekolah ini dan tidak melanjutkan sekolah. Sudah dibilang, Dela memiliki mental yang lemah. Dela tahu, disetiap hidup akan ada yang namanya masalah dan cara penyelesaiannya untuk membuat kita lebih dewasa dalam menghadapi semuannya. Tapi Dela tidak ingin merasakan yang namanya permasalahan.

________

War :
Dela, XI IPS 2
Wajahnya terlihat takut saat Fadilah memberi ultimatum, KM nya nggak habis dapet masalah, sekarang kacung nya keikutan kena. Kalian yang nggak mau dapat masalah mending jauh-jauh dari dua orang itu. Lihat saja, dia nggak bisa bicara, apakah dia takut?

KONFLIK  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang