-10. Alya

37 3 0
                                    

Tringgg....

Bunyi itu berasal dari alarm dinakas Pedro. Dirinya selalu menyetel alarm tepat saat jam 5 pagi, itu karena ia tidak ingin kesekolah telat.

Pedro bangun perlahan lalu merentangkan kedua tangannya keudara, hari ini rumahnya sangat sepi karena Ayahnya ada pekerjaan di Kalimantan dan terpaksa Bundanya harus juga ikut.

Pedro berjalan keluar kamar, biasanya jika sudah jam 5, pembantu Pedro sudah datang dan sedang memasak membantu Bundanya.

Ia menuruni tangga dengan cepat saat mendengar suara panci jatuh, mungkin. Setelah sampai didepan dapur ia terkejut saat melihat kakak semata wayangnya itu sudah dengan seksama mengerjakan pekerjaan dapur.

"Woi!" panggil Pedro sedikit berteriak.

Alya, Kakak Pedro itu menoleh dan tersenyum sambil melangkahkan kakinya menghampiri sang adek.

"Awal banget kamu bangunnya,"

"Lo sejak kapan disini?" memang semenjak Alya memasuki kuliah semester 4, Ia sudah bulat dengan keinginannya untuk pindah rumah yang jaraknya dekat dengan kampusnya.

"Tadi setelah sholat subuh,"

"Dengan alasan apa lo?" lagi, Pedro itu jika berkaitan dengan orang yang disayang-nya maka ia akan sangat sangat spesifik. Bukannya kenapa, ia sangat khawatir bagaimana kakaknya itu pergi sendiri menggunakan mobil di subuh hari.

Sedangkan Alya mengerti, walaupun nada bicara sedikit kasar tapi lelaki itu khawatir.

"Udahlah, kamu mandi setelah itu sarapan! Nanti perginya bareng kakak aja soalnya Bi Nah lagi halangan ga bisa datang."

"Oke! Awas aja masakan lo kagak enak,"

"Kalo gak enak, kenapa?"

"Ya tetep gue makan sih!" jawab Pedro sambil nyengir dan berlalu meninggalkan kakaknya.

"Heleh, begaya lu Ndro!" Teriak Alya, Alya itu memang sering memanggil Pedro dengan sebutan Ndro dan itu sangat dibenci Pedro.

**********

"Makasih Billy! Nanti pulangnya gue sendiri aja, dijemput Mami." ucapnya setelah turun dari motor trail si Billy, setelah tadi malam mereka makan memang Billy memaksa untuk berangkat bersama.

"Setelah lo dijemput baru gue pulang, nanti kalo Mami lo tiba tiba gak bisa jemput gimana?" Billy memang banyak alibi.

Gaby hanya mengangguk sambil tertawa, "Iya deh, iya!"

"Lo kalo mau masuk, masuk aja dulu. Gue nunggu temen temen gue!"

"Temen temen?"

Baru saja Billy ingin menjawab, tapi sudah dipotong dengan bunyi klakson mobil hadapannya. Dan itu membuat Gaby langsung memutarkan tubuhnya.

Kaca jendela mobil fortune itu terbuka, menampilkan sosok yang didambakannya kini. Pedro dengan seseorang gadis cantik di samping kanannya yang duduk dikursi kemudi.

"Hai, Alya!" panggil Billy. Billy memang sudah dekat dengan Alya.

"Hai juga, Bil!" jawabnya setelah keluar dan berjalan menghampiri mereka bersama.

"Tumben lo ngantar nih bocah,"

Alya terkekeh, daripada teman Pedro yang lain, Alya memang sangat dekat dengan Billy.

"Pedro lagi manja, minta dianterin!" sahutnya mengejek.

"Eh, Boong lu!" sambung Pedro tak terima, kakaknya ini memang kadang suka lupa dunia jika bersama Billy.

Sedangkan Gaby hanya tersenyum kecut saat melihat interaksi mereka, ternyata saingannya bukan cuma Cyntha tapi juga Alya, gadis dihadapannya ini.

Alya berhenti terkekeh setelah menyadari bukan hanya Billy tadi yang ia hampiri.

Alya mengulurkan tangan kanannya, gadis dihadapannya ini mempunyai daya tarik sendiri bagi Alya. Rasa ingin bersahabat itu muncul padahal Alya juga seperti Pedro jika berteman dekat.

"Alya, kakak Pedro."

Gaby tersenyum kikuk saat Alya mengenalkan dirinya sebagai kakak lelaki yang kini sedang menatapnya tajam, Ia langsung saja menerima uluran tangan itu dan juga membalas memperkenalkan diri.

"Gabriella, panggil aja Gaby!"

Alya mengangguk lalu menyubit lengan Pedro, "Nanti pulang kamu bareng dia ya kerumah!"

Pedro yang mendengar langsung saja menoleh, "Kenapa?" Ini hal jarang bagi Pedro jika kakaknya meminta begini.

"Mau temenan aja sama dia, nanti kamu mau gak?"

"Mau! Pulang nanti juga gak ada kegiatan dirumah,"

"Nah, dia aja mau! Yaudah kakak pake taksi aja pulang, kamu bawa mobil nih!" ucapnya menyerahkan kunci mobilnya itu. Setelahnya ia langsung saja memesan taksi online melalui aplikasi.

"Tumben," celetuk Billy, padahal tadi ia ingin mengantar Gaby pulang.

"Gak usah deh, Lo itu gak bisa diam dirumah! Mau pake apa lo kalo mau keluar?" berbeda dengan Billy, Pedro kini mati mati-an memutar otaknya untuk mencari cara agar dirinya tak pulang dengan Gaby.

"Ah! Banyak alasan kamu Ped. Gue itu minta kamu antar dia kerumah bukan suruh kamu nemenin kita juga! Setelah kamu pulang bareng dia aku juga langsung ajak dia jalan," jelas Alya, Alya itu salah satu gadis ribet menurut Pedro. Dan Alya itu sangat sangat keras kepala terhadap yang diinginkannya.

"Lagi pula, ngantar dia kerumah gak bikin dia langsung jatuh cinta kok sama lo!" Lanjutnya.

Jleb...

Seketika semua terdiam setelah mendengar ucapan Alya, Gaby benar benar canggung sekarang.

"Eh kayaknya gak bisa deh, gue ada janji sama temen," kali ini Gaby benar benar seperti orang bodoh, tadi saja bilangnya gak ada kegiatan sekarang malah mati mati-an cari cara.

"Benerkan Bil?" lanjutnya yang sebelumnya sudah menyenggol lengan Billy.

Billy hanya mengangguk, "Kapan kapan deh gue sama dia datang, makanya jangan tinggal jauh jauh!"

Alya hanya merengut sedangkan Pedro tersenyum puas, tanpa harus ia berfikir lebih jauh lagi ternyata.

"Awas aja kagak! Gue sampai minggu depan nih disini, pokoknya kalian harus datang nanti kerumah!" ucapnya terkesan memaksa.

Billy tertawa, Alya ini memang beda.

"Iya Al, Nanti kesana kok!"

"Udah deh, Lo bagusan langsung pulang aja. Gue udah mau masuk nih." Usir Pedro, alasan agar kakaknya itu tidak memaksa Gaby lagi.

"Iya deh, gue pulang! Nanti kalo pulang telfon gue ya, gue jemput." Sahutnya lalu benar benar beranjak meninggalkan mereka bertiga yang canggung.



**********

Hollaaa! Sorry update lama ya. So i hope you like this part.

GabriellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang