-14. Pagi puncak

28 4 0
                                    

Matahari masih belum terlihat tetapi lapangan yang semalam diisi berkemah sudah mulai ramai. Walau masih ada 2 hari lagi disana tetapi mereka tetap tidak ingin menyia-nyiakan pemandangan seperti ini. Dipuncak bersama teman teman seperjuangan.

Begitu juga Gaby, gadis itu kini terlihat sangat bahagia. Senyum lebar yang menghiasi wajahnya mampu memberi tahukan perasaannya. Setelah semalam, Pedro mengantarkannya ke tenda tetangganya. Gaby harus menggantikan teman tenda karena hanya dia sendiri yang perempuan dikelompok itu.

"Senyum terus kayaknya, biasalah semalam berhasil buat heboh anak anak." sindir seseorang dibelakang Gaby, kini gadis itu sedang bersantai sendiri menghadap pemandangan indah yang dihiasi awan awan dan langit yang kian menerang. Tanpa menoleh pun Gaby tau siapa itu.

"Heboh gimana? Dia-kan cuma nolongin gue. Lagian dia juga yang maksa gue buat ikut."

Ashira menepuk pundah Gaby lalu ikut duduk dirumput bersama. "Heboh banget busettt, Cyntha aja gak pernah digendong sama Pedro!"

Gaby menoleh lalu tersenyum, "Kayaknya gue terinspirasi sama kata kata seseorang, dia bilang, kita gak bisa tau perasaan seseorang hanya karena perilakunya."

"Lo emang gak bisa tau sama perasaanya, tapi lo gak bisa pungkiri perasaan lo sendiri saat seseorang memprilakukan lo seperti itu. Hayolah Gab, kita temenan gak sehari dua hari. Kita temenan udah lama, gue udah tau sama yang beginian."

"Gue lagi berusaha menetralkan perasaan gue Ash. Gue akui, gue seneng sama yang semalam, tapi gue juga bimbang Ash, sebelumnya Pedro kasar sama gue tapi kenapa semuanya tiba tiba berubah?" tanya Gaby yang sebenarnya pertanyaan itu seharusnya tertuju pada dirinya sendiri.

Ashira menautkan jemarinya dan Gaby, "Gue berusaha untuk jadi pawang lo. Awalnya gue gak suka dengan keputusan lo yang tiba tiba pindah sekolah hanya karena Pedro, tapi sekarang, gue dukung lo. Gue yakin lo bisa ngilangin trauma lo. Gue percaya." ucap tulus Ashira berhasil membuat Gaby menitikan air mata. Ashira selalu ada untuknya. Kapanpun dan dimanapun ia membutuhkannya.

******

Pedro berjalan beriringan bersama teman temannya. Guru memberi mereka waktu bebas pada pagi hari sebelum masuk ke kegiatan inti. Walaupun kegiatan inti tetap berujung permainan lagi.

Mereka hanya berjalan jalan saja tanpa berniat duduk, tapi semuanya berhenti berjalan ketika mendengar pertanyaan dari Billy.

"Lo semalam darimana sama Gaby, Ped?"

Pedro menilik mata Billy yang terlihat terganggu, "Jalan aja gue sama dia, kenapa?"

"Kalau memang lo gak punya niat buat serius sama dia lebih baik jangan deketin dia Ped!" sentak Billy yang berhasil membuat teman mereka sendiri terkejut. Sebelumnya, Billy tidak pernah bermasalah dengan Pedro hanya karena masalah sepele.

Pedro menarik nafas dalam sehingga terdengar suara hembusan, menatap tajam lawan bicara. "Apapun itu, mau gue serius atau enggak, gue bisa nguasain Gaby dengan cepat." ucapnya sombong yang ternyata membuat dirinya sendiri merasa tertantang untuk membuktikannya.

"Lo gak bisa seenaknya gitu Ped! Lo sama Cyntha udah lama dekat, tapi apa kalian punya kepastian hubungan? Lo gak mikir perasaan Cyntha?" kini bukan Billy yang menjawab, tetapi Uray.

Pedro mengibaskan tangannya diudara, mengartikan ia kini sedang malas berdebat.

"Udahlah, masalah cewek jangan sampai buat kita pecah." ucap Anggara yang sedari tadi hanya mencerna dalam diam.

Setelah mendengarkan Anggara yang jarang berbicara tegas itu langsung membuat mereka semua terdiam. Pedro sadar, gak seharusnya ia lampiaskan ketidak senangan dirinya kepada orang lain.

"Gue gak tau apa masalah kalian, tapi cobalah berfikir dewasa dalam memutuskan sesuatu." lanjut Anggara, entah kenapa dirinya tiba tiba bisa menjadi sebijak ini, menggantikan posisi Billy. Tapi, Anggara tidak bisa menahan ini lebih lama lagi, sejak tadi malam tepatnya setelah Pedro membawa Gaby ke tenda disebelah. Ia merasakan Billy yang sedang menahan amarah.

Tanpa banyak bicara, tiba tiba Pedro pergi. Mereka hanya diam pasrah menatap kepergian Pedro. Pedro selalu memilih menjauhkan diri untuk berfikir jika memiliki masalah.

******

Suara dari teriakan para anggota osis berhasil membuat Pedro terbangun dan mengumpat secara bersamaan. Diganggu saat tidur adalah hal yang sangat dibenci Pedro.

Pedro mengusap wajahnya kasar, ia mengambil Hpnya dan memastikan bahwa penampilannya harus tetap sempurna. Baru saja ia akan keluar dari tenda, tetapi tertahan ketika gadis yang membuat pertikaiannya dengan Billy terjadi. Gadis itu juga sama terkejutnya seperti Pedro, bahkan lebih parah sampai menutup mulutnya sendiri agak tidak berteriak.

"Ngapain disini?" tanya Pedro dengan wajah khas baru bangun tidur.

Gaby menahan tawanya saat melihat wajah Pedro. "Baru bangun tidur ya, kamu?" bukannya menjawab pertanyaan Pedro, malah balik bertanya.

Pedro hanya diam, membuat gadis didepannya sedikit canggung. "Aku mau nyimpan Hpku disini, kan tasku disini."

Pedro tetap bergeming, bukannya mendengarkan apa yang dikatakan Gaby, Pedro malah memikirkan hal lain. Dirinya yang merasa tertantang dengan yang dikatakannya kepada Billy tadi. Gaby yang semakin bingung melambaikan telapak tangannya dihadapan wajah Pedro.

Pedro tersadar, terkejut saat telapak tangan Gaby dihadapannya, sontak saja ia langsung mengambil tangan Gaby dan memulai aksinya. Pedro mengecup punggung tangan Gaby setelah berada didalam genggamannya.

Gaby terdiam, speechless. "Kamu?"

Setelah mengecup punggung tangan Gaby, Pedro masih saja menggenggam tangan Gaby sambil mengusap tangan gadis itu. "Biasa aja, semalam gue gendong dan buat heboh lo diam aja, seneng?"

Gaby menarik tangannya dan keluar begitu saja melupakan niat awalnya ketenda. Sedangkan Pedro masih terkekeh melihat reaksi gadis itu, sama seperti gadis lainnya yang pastinya malu malu, tapi gadis itu mengaplikasikan malunya dengan perilaku yang berbeda dan menggemaskan baginya.

Kini, satu hal yang membuatnya sedikit mengetahui tentang Gaby. Gadis itu hanya tamengnya saja yang membuat orang lain takut melawannya tapi didalam, dia sama seperti yang lain.

******

Thank you semuanya! I really love you guys!

GabriellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang