Naya #10

394 25 0
                                    

Happy Reading's
.
.
.
.
Kelas pertama tsaqib sudah selesai, sekarang ia sedang duduk dikantin sendiri menunggu kelas naya keluar.

"Assalamu'alaikum" ucap seseorang yang tiba-tiba menghampiri tsaqib dan duduk disebrangnya.

"Wa'alaikumsalam" jawab tsaqib bingung, ia tidak tahu siapa pria ini. Tapi sepertinya tsaqib pernah melihatnya.

"Masih ingat aku gak dek?" ucap pria itu.

Tsaqib menatap bingung pria didepannya.

"Aku rendi"

"Rendi?" ulang tsaqib masih bingung. "Ah iya mas reren, apa kabar" ujar tsaqib heboh seraya bangun menyalami tangan rendi

"Alhamdulillah baik, kamu sendiri gimana? Udah lama ya kita gak ketemu"

"Alhamdulillah aku juga baik mas." jawabnya. "Terakhir ketemu pas perpisahan sekolah mbak naya ya haha"

Tak lama naya datang..

"Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" jawab tsaqib dan rendi kompak.

"Baru keluar nay?" tanya rendi pada naya yang baru duduk disamping tsaqib

"Iya mas" jawab naya sangat pelan seraya menunduk

"Yasudah mas reren, kami pulang dulu ya, gak papakan ditinggal sendiri?" ujar tsaqib kemudian berdiri dari duduknya

"Ah iya santai aja, saya mau ngopi dulu disini"

"Oh oke deh, Assalamu'alaikum"

"Mari mas, kami duluan" ucap naya pelan

"Wa'alaikumsalam, iya nay"

Rendi menatap kepergian naya dan tsaqib, dalam hati ia berkata "Padahal aku niatnya mau ngobrol sama kamu nay, sampai kapan aku harus mendam rasa ini sendirian?"
.
.
.
.

"Mbak, ngerasa ada yang aneh gak sih sama mas reren?" ucap tsaqib yang sedang menyetir dan sesekali menoleh pada naya.

"Aneh gimana maksud kamu?"

"Ya aneh aja gitu, dari SMA sampai sekarang, kalo ada mbak, dia kelihatan kikuk gitu"

"Nggak ah, perasaan kamu aja kali" ujar naya

"Uhm iya kali ya" katanya "Oh iya mbak, aku sebel banget tau sama temenku, dia nanya-nanyain mbak terus, aku kan risih"

"Hustt gak boleh gitu. Siapa emang?" tegur naya pada tsaqib

"Ituloh si mahen"

"Ohh mahen, yaudah biarin aja. Lagian cuma nanya-nanya kan"

"Iyasih mbak"

Tidak lama mereka tiba dikediaman mereka, rumah megah dengan nuansa putih yang disekelilingnya dikelilingi oleh rerumputan yang dipotong halus, bunga-bunga yang mekar dengan indah, serta pohon-pohon yang sengaja ditanam itu membuat sekelilingnya menjadi teduh.

"Assalamu'alaikum..." ucap naya dan tsaqib bersamaan.

Namun tidak ada jawaban.

"Bundaa" teriak tsaqib

"Jangan teriak-teriak ih, berisik de"

"Hehe iya maaf mbak. Cari ke taman yu, siapatau ada" ajak tsaqib pada naya yang baru menegurnya.

"Yuk"

Saat mereka baru sampai dipintu belakang, dari jauh sudah terlihat bunda dan ayah mereka yang sedang bermesraan.

"Lihat mbak" tsaqib berkata pada naya sambil menunjuk orangtua mereka.

"Wahh bunda lagi apatuh" ujar naya

"Lagi pacaran mbak" kata tsaqib cekikikan "Samperin yuk"

"Heh jangan, kita gaboleh ganggu" cercah naya yang ikut cekikikan juga

Samar-samar mereka mendengar obrolan dari keduanya. Sepertinya ayah mereka sedang menggoda sangbunda.

"Bun, ayah jadi inget pas waktu kita sebelum nikah dulu" ucap adnan terkikik geli sambil mencolek dagu hilya.

"Ihh malu tau" ujar hilya malu-malu

Sampai pada akhirnya mereka membalikan badan menghadap ke arah pintu belakang, dan terlihat disana ada dua anak mereka yang sedang terkikik kikik geli, apalagi tsaqib yang sambil memegangi perut.

"Kesana yuk ah mbak" ujar tsaqib

"Yukk"

"Assalamu'alaikum ayah, bunda" ucap naya dan tsaqib lalu menyalimi tangan kedua orangtuanya.

"Wa'alaikumsalam.. Kapan pulang mbak? Dek?" tanya adnan

"Dari tadi yah" jawab naya.

"Ayah sama bunda lagi apasih tadi?" tanya tsaqib jahil lalu melirik pipi bundanya yang sudah sangat merah seperti tomat.

Hilya menyikut perut adnan.

"Uhm, enggak kok, cuma lagi nostalgia sama bunda mu" jawab adnan pada putra keduanya itu

"Ciyaaaaaa lagi mengenang masa-masanya toh" tsaqib semakin terkikik "Kapan nih adek punya adik? Udah gak sabar gendong bayi huehehe"

Pipi hilya semakin merona.

"Suruh mbakmu ajatuh cepet-cepet nikah, biar nanti ada anggota keluarga baru+dede dede gemes" kini hilya yang menjawab seakan menghilangkan rasa malu agar pipinya tidak merona kembali

"Ish bundaa" rengek naya mengerucutkan bibir sehingga terlihat sangat lucu di tiga pasang mata didepannya.
.
.
.
Tbc

Dear AnayaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang