Tiga Lima

17.5K 2.4K 290
                                    

"If you knew everything that was going to happen next—if you knew in advance the consequences of your own actions—you'd be doomed. You'd be ruined as God. You'd be a stone. You'd never eat or drink or laugh or get out of bed in the morning. You'd never love anyone, ever again. You'd never dare to."


●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●

"Mau kemana?"

Jaemin sudah berdiri di depan ruangan Jeno yang terbuka. Niat awalnya hanya ingin menawarkan makan siang bersama. Tapi belum sempat membuka pintu, Jeno justru sudah keluar dengan keadaan rapih dan terlihat buru-buru.

"Oh, Jaemin. Aku tidak bisa menemanimu makan siang ini."

Tepukan dua kali Jaemin terima pada bahunya.

"Ah ya, aku juga belum pasti akan kembali pukul berapa. Jadi jangan cari aku di kantor."

Jaemin sudah kepalang bingung saat memutuskan menahan lengan Jeno sebelum ia menghilang dari kantor.

"Sebentar, memangnya kau mau kemana?"

Ada jeda sesaat sebelum Jeno tersenyum tipis, membuat Jaemin semakin penasaran.

"Menemani Aleysha kontrol kehamilan."

Dan Jeno berlalu, meninggalkan Jaemin yang perlahan mengukir senyum bangga bercampur tak percaya.



●●●●



"Sudah membaca beberapa hal yang saya sarankan, Bapak Jeno?"

"Sudah dok." Jeno mengangguk dan tentu saja menciptakan kerutan pada kening Aleysha.

"Baca apa dok?"

Dokter Anna tersenyum masih sembari memeriksa buku kontrol kehamilan Aleysha. Salah satu tangannya menggenggam bolpoin sementara yangan yang lain masuk ke dalam kantung jas putih yang ia kenakan.

"Saat membuat appointment Bapak Jeno bertanya mengenai beberapa hal." Terdengar suara 'klik', Dokter Anna meletakkan bolpoin ke atas meja lalu melanjutkan, "Hari ini kita berencana melakukan scan anomali untuk mendeteksi ada atau tidaknya kelainan pada janin. Ayo, Ibu Aleysha. Kita periksa terlebih dahulu kondisi si kecil."

Aleysha berdiri dengan wajah kebingungan. Dorongan Jeno pada pinggulnya lah yang membuat Aleysha melangkah dan duduk di pinggiran ranjang periksa. Dokter Anna tampak mempersiapkan banyak hal di depannya sementara Aleysha yang masih kebingungan hanya mampu menatap Jeno yang kala itu berdiri di ujung ranjang.

Jeno tersenyum melihat kecemasan dalam wajah Aleysha, berusaha menenangkannya dengan gerakan bibir membentuk kalimat 'its okay'. Ketika Dokter Anna memberi instruksi untuk berbaring, Jeno segera berpindah ke sisi ranjang.

[✔] Metanoia | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang