Sembilan

15.3K 2.4K 37
                                    

"And then suddenly, you meet that one person that makes you forget about yesterday, and dream about tomorrow."

●●●●

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

●●●●

Pertemuan-pertemuan selanjutnya terjadi begitu saja. Aleysha yang ikut menangani pernikahan Evelyn juga Jeno yang selalu ada setiap kali Evelyn memintanya untuk hadir membuat intensitas pertemuan mereka kian meningkat.

"Keberatan jika aku menawarkan makan malam terlebih dahulu?"

Aleysha yang baru memasang seatbelt nya tersenyum dan menggeleng pelan. Beruntung penerangan didalam mobil sangat minim atau mungkin saja kini Jeno sudah dapat melihat bias kemerahan di kedua pipi Aleysha.

Itu memang bukan kali pertama Jeno mengajaknya makan malam. Meski seringkali, lelaki itu melakukannya karena mereka berdua sudah terlanjur bertemu. Tapi bagi Aleysha ajakan dari lelaki itu tetap terdengar mendebarkan dan spesial.

Aleysha tidak pernah memiliki pengalaman dalam hubungan percintaan. Jeno adalah lelaki pertama yang menerobos masuk kedalam hidupnya dan menginterupsi terlalu banyak tempat. Aleysha merasa sangat kewalahan karena tidak seharipun semenjak Jeno mengacak rambutnya malam itu, Aleysha mampu berhenti memikirkan Jeno.

Mungkin ia memang sudah jatuh terlalu dalam.

Dua minggu menjelang pernikahan Evelyn, seseorang datang mengetuk pintu apartment Aleysha di pagi buta di akhir pekan. Jeno berdiri dengan gagah didepan pintu apartmen, mengabaikan Aleysha yang masih mematung dengan wajah tanpa polesan make up juga piyama tidurnya yang bercorak kekanakan.

"Umm.. maaf mengganggu minggu pagimu, tapi Evelyn memintaku datang menjemput Aleysha-ssi untuk ikut gladi siang ini."

Jeno berdehem menyadarkan Aleysha yang buru-buru menyisir rambutnya dengan jemari. Gadis itu tersenyum canggung, juga menyesal karena tidak buru-buru mandi meski ia sudah terjaga sejak pukul enam pagi.

"T-tapi aku perlu bersiap-siap dulu, Jeno-ssi."

"Tidak masalah." Jawab Jeno enteng. "Aku bisa menunggu."

Aleysha mempersilahkan lelaki itu untuk masuk. Sesekali masih merutuki kebodohannya. Apartment Aleysha tidak terlalu besar namun sangat nyaman. Baru saja melangkahkan kaki menuju ruang tamu, Jeno bisa langsung mengambil kesimpulan jika gadis itu adalah tipikal yang bersih dan sangat rapih. Aleysha pandai membuat ruangan sederhana itu terlihat sangat nyaman untuk ditinggali.

"Jeno-ssi ingin minum apa?"

Jeno tersenyum tipis. "Air mineral dingin saja, terimakasih."

Aleysha mengangguk, tak lama kembali dengan segelas penuh air mineral dingin.

"Aleysha-ssi sudah sarapan?"

Aleysha mengangguk. "Jeno-ssi sudah sarapan?"

"Sudah. Tapi kebetulan aku melewati toko roti dan terpikir untuk membawa beberapa cake."

Jeno menawarkan box berukuran sedang yang sesungguhnya sudah menarik perhatian Aleysha semenjak lelaki itu berdiri didepan pintu apartmentnya. Bungkusan itu berasal dari toko roti yang cukup ternama. Aleysha pernah kesana beberapa kali dan produk mereka memang berada pada level yang berbeda dalam bidang bakery.

Aleysha menerima box dan berlalu untuk meletakkan beberapa cake diatas piring saji. Sedikit lagi terkesima akan sikap Jeno padanya yang mau repot-repot membawa buah tangan.

"Apa tidak masalah jika aku meninggalkan Jeno-ssi sebentar?"

Jeno mengangguk pengertian dan Aleysha menghilang hampir tiga puluh menit. Ia kembali dengan baju casual rapi. Mereka memutuskan untuk segera berangkat setelahnya.

Acara gladi yang diadakan di hall sebuah hotel memang diadakan sebanyak dua kali. Dua minggu dan dua hari menjelang pesta. Ini bertujuan untuk memastikan segala sesuatu yang berkaitan dengan pernikahan nanti benar-benar sudah di handle dengan baik.

"Aleysha menyukai Jeno, kan?"

Pertanyaan mendadak itu membuat pegangan Aleysha pada buku catatannya hampir terlepas. Gladi baru saja selesai. Gadis itu segera mengedarkan pandangannya, memastikan jika Jeno tidak berada disana untuk mendengar pertanyaan Evelyn dengan panik.

"Ya ampun, nggak perlu panik Aleysha." Evelyn tertawa pelan dan mengusap lengannya lembut. "Aku cuma mau mastiin aja. Kamu suka Jeno, kan?"

Aleysha buru-buru menggeleng. Namun gelagatnya yang kaku dan tidak bersuara, juga semu merah muda di pipinya membuat Evelyn tersenyum maklum.

"Nggak perlu malu, aku bisa jadi teman cerita kamu, Aleysha. Jeno emang sulit dideketin, tapi bukan berarti mustahil. Selain aku, kayaknya Jeno udah mulai nyaman sama kamu."

Kata-kata Evelyn sore itu terus menggema dalam kepala Aleysha setelahnya. Bahkan hingga kemudian Jeno menawarinya makan malam bersama, meskipun itu bukan sesuatu yang special. Hingga lelaki itu mengantarkannya pulang.

"Aleysha-ssi?"

Panggilan itu membuat Aleysha tersadar jika mobil CRV hitam Jeno sudah berhenti cukup lama, terparkir di lobby apartment aleysa.

"Kenapa melamun?"

Nafas Aleysha terkesiap mendengar pertanyaan yang Jeno lontarkan. Ia hanya tersenyum dan menggeleng, tidak bisa menjawab. Lalu semua terjadi dengan begitu cepat, Jeno memajukan tubuhnya, condong mendekat hingga Aleysha bisa merasakan aroma sabun mandi Jeno yang masih terasa segar meski mereka sudah seharian penuh berada di hall untuk persiapan pernikahan Evelyn.

Jeno berhenti sesaat, membuat kedua bola mata Aleysha yang membola terkejut terlihat lucu, sebelum suara 'klik' terdengar. Senyum bulan sabit Jeno terbit seketika, lelaki itu kemudian menghilang dari balik pintu, menyisakan Aleysha dengan debar jantungnya yang masih tidak karuan.

Beberapa saat kemudian jendela Aleysha diketuk, Jeno membukakannya pintu dan mempersilahkannya untuk keluar. sikap lelaki itu begitu gentle dan Aleysha tidak mampu menahan debar dadanya yang semakin berkecamuk.

"Aleysha-ssi pasti kelelahan seharian ikut persiapan pernikahan Eve. Jangan melamun, pergilah beristirahat." Jeno mengusak rambut Aleysha pelan. "Kalau begitu aku harus kembali. Sampai jumpa lagi, Aleysha-ssi."

Dan Jeno berlalu. Meninggalkan Aleysha dengan sejuta tanda tanya yang tak terjawab tentang perasaan lelaki itu padanya. Percakapannya bersama Evelyn tiba-tiba menelusup masuk kedalam pikiran Aleysha.

Benarkah?

Benarkan Jeno juga menaruh rasa padanya?

Tapi.. perlakuan Jeno pada Aleysha memang terasa sedikit berbeda belakangan ini.

Mungkinkah?

●●●●

Dee's note:

Nanti konfliknya part 10an keatas yaw!

With love,

Dee ☘️

[✔] Metanoia | Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang