"Sometimes, happiness comes when we least expect it.
●●●●
Aleysha menggeliat ketika sinar matahari mengusik tidurnya. Bunyi alarm yang sudah terulang beberapa kali membuatnya harus bangun dan meraih ponsel yang terletak di atas nakas untuk menghentikan suara gaduh di pagi hari. Namun begitu menatap layar ponsel, tubuhnya seketika luruh kembali ke atas ranjang.
Semenjak memasuki trisemester kedua, salah satu kebiasaan yang begitu Aleysha sesali adalah ia menjadi sangat amat mudah untuk tertidur dan kesulitan untuk bangun.
Seperti pagi ini saat jarum jam sudah menunjuk angka delapan, ia baru saja terjaga. Satu yang Aleysha yakini dengan pasti adalah, bahwa Jeno sudah tidak lagi ada di apartment. Lelaki itu tentu sudah beranjak menuju kantor. Atau mungkin sudah berada di dalam ruangannya.
Seketika saja Aleysha merasa begitu buruk. Menjadi istri, seharusnya ia bisa menjalankan peran-peran kecil dalam rumah meski Jeno tidak meminta apapun darinya. Karena jika pernikahan ini hanyalah sebuah bentuk tanggung jawab bagi Jeno, maka bagi Aleysha pernikahan ini tetaplah sebuah ikatan sakral yang harus ia jalani dengan sepenuh hati.
Aleysha tidak pernah tau akan sejauh mana rumah tangga mereka berlabuh. Yang jelas, selama layarnya masih dapat dikembangkan juga angin masih berbaik hati menuntun mereka untuk terus melaju, maka Aleysha tidak akan menyerah dan berdiam diri saja.
Mungkin ia tidak punya banyak waktu. Mungkin, Jeno akan meminta perpisahan padanya setelah anak mereka lahir. Karena memang lelaki itu hanya berjanji untuk bertanggung jawab memberikan status pada calon anak mereka. Karena Jeno tidak pernah berjanji untuk membesarkannya bersama, atau memikul tanggung jawab lainnya usai si calon bayi lahir.
Tapi itu bukan masalah besar. Aleysha hanya harus berpasrah diri mengikuti alur takdir yang akan menuntun keduanya pada sebuah ujung. Tidak lagi ingin menuntut ini itu pada Tuhan karena sudah terlalu lelah berharap meski itu pada sang pencipta sekalipun. Namun selama itu pula, Aleysha akan tetap berusaha perlahan dengan caranya sendiri untuk menghidupkan suasana pernikahan yang selalu ia impikan.
Aleysha buru-buru melangkah menuju kamar mandi setelah gejolak perutnya terasa semakin mendesak untuk dikeluarkan. Butuh waktu hampir sepuluh menit bagi Aleysha untuk kembali ke atas ranjang, lalu menyadari jika ia harus segera berkemas karena sudah memiliki appointment dengan dokter siang ini.
●●●●
Donghyuck menggenggam map biru dan membolak-balik, membaca keseluruh isi demo di tangannya sambil sesekali mengetukkan pensil yang ia genggam pada pelipis di dalam studio perusahaan. Menilai juga menimbang-nimbang beberapa bagian yang perlu ia revisi sebelum mengajukan demo ini pada atasannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Metanoia | Jeno Lee
RomancePerjalanan bersama dua hati yang patah, entah akan bermuara kemana.