2. Pemberontakan

165 45 32
                                    

"Calla!"

Calla menoleh mendengar seruan itu. Di belakang, Raihan berlari menghampirinya.

"Pagi." Raihan nyengir lebar sekali.

Calla menjawabnya malas-malasan. "Pagi juga."

"Muka kamu kenapa kusut begitu?"

"Apa aku ada mata pandanya?" Calla menunjuk matanya sendiri. "Aku enggak bisa tidur."

"Kenapa?" Raihan terlihat heran.

"Kenapa lagi? Memangnya kamu bisa tidur nyenyak setelah apa yang terjadi?"

Raihan terlihat berpikir, kemudian mengibaskan tangan di depan wajah. "Alah, gitu doang. Pak Agus cuma menggertak biar kita mau disuruh-suruh."

"Mending kalau gitu. Kalau kita beneran dikeluarkan gimana?"

Raihan berdecak sebal. "Semuanya gara-gara si Juna."

Pandangan Calla beralih pada tugu yang sedang diperbaiki. "Lagian apa maksudnya coba merusak tugu segala?"

"Kenapa, ya? Apa ini sebuah pemberontakan?"

Calla memelotot dan menoleh pada Raihan. "Pemberontakan? Yang bener aja! Kurang kerjaan banget!"

Calla melenggang pergi lebih dulu. Di lorong kelas, dia mengenali punggung Juna. Kakinya impulsif mengejar cowok itu.

"Jun, tunggu!"

Seruan Calla hanya membuat Juna menoleh sedikit tanpa menghentikan langkah. Calla harus mencegatnya dari depan, baru anak itu mau berhenti.

"Jun, kamu serius mau menangkap pelakunya?" tanya Calla.

"Memangnya kamu mau menerima hukuman tanpa membela diri?"

Calla menelan ludah. Dipikir-pikir iya juga. Dia hanya menggaruk hidungnya tanpa bisa menjawab lagi. Juna berjalan melewatinya. Calla berbalik dan mengejarnya lagi.

"Terus gimana kalau kita gagal?" Calla bertanya lagi.

"Kita cuma perlu pergi dari sekolah ini."

"Hei!" Calla berteriak membuat kaki Juna mengerem mendadak. "Kamu enteng banget ngomongnya."

Juna menghela napas dan berjalan lagi tanpa menjawab.

"Kalau aku, sih, enggak masalah dikeluarkan. Tapi kamu? Kamu siswa terbaik," ujar Calla.

"Aku udah telanjur kehilangan predikat itu, kok."

Calla terdiam di tempatnya. Dia memandang Juna yang terus berjalan. Calla teringat perkataan Juna di ruang kepala sekolah tentang beasiswanya. Ada banyak pertanyaan di kepala Calla, tetapi urung mengutarakannya. Calla memutuskan untuk pergi ke kelas saja.
Calla sudah duduk di kursinya. Bertopang dagu dengan dahi mengerut. Ketika Raihan tiba di tempat duduknya, dia langsung membalik badan menghadap Raihan.

"Ngomong-ngomong, aku sedikit heran. Kenapa Juna tiba-tiba kehilangan ranking satu sampai beasiswanya dicabut?" kata Calla.

Raihan tiba-tiba menarik kursi mendekat padanya. "Iya, kan? Kamu aja heran. Kenapa Junanya biasa aja?"

"Iyakah? Padahal dia turun ke posisi empat."

"Apa karena akhir-akhir ini dia gak belajar dengan baik? Lagian kenapa dia harus sambil kerja segala, sih?"

Calla mendengkus. "Kamu tanya siapa? Kamu yang harusnya lebih tahu."

Raihan tidak menjawab. Dia memilih menarik kursinya kembali ke posisi semula.

"Ngomong-ngomong, aku juga kepikiran perkataan kamu yang tadi," kata Calla membuat Raihan menoleh.

"Yang mana?"

ANONYMOUS CODE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang