Juna menyantap bekal makan siangnya sambil berulang kali menghela napas panjang. Dia tidak habis pikir kenapa acara makan siangnya yang biasa tenang kini berubah rusuh. Pasalnya, Calla membawa serta Raihan dan Meysha. Gadis itu membawa bekal yang lumayan banyak dan bisa dia bagi-bagi. Katanya buatan Bi Mumun. Calla tidak mau bekalnya berakhir dibawa pulang lagi seperti tempo hari. Mereka makan siang di gazebo taman yang biasa dipakai oleh Juna.
"Kamu sering bawa bekal?" tanya Meysha pada Calla.
Calla menggeleng. "Enggak juga. Tadinya coba-coba ikutan Juna. Ternyata lebih seru makan bekal sendiri daripada di kantin."
Meysha manggut-manggut, lalu menoleh pada Juna di sebelahnya. "Jadi kamu sering bawa bekal?"
"Dia selalu bawa bekal dari dulu. Juna sudah pandai memasak sejak SMP." Calla menyahuti.
"Wah, kalian sudah berteman selama itu?" Meysha melongo takjub.
Calla menjawabnya dengan anggukan sambil tersenyum.
"Tapi ngomong-ngomong ...." Meysha kembali berujar, " ... kenapa nama panggilan kamu Juna? Kenapa enggak Rafka atau Arjuna?"
Juna tertegun. Nasi yang hendak dia masukkan ke dalam mulut mengambang di udara. Secepat kilat ingatannya kembali ke masa lalu. Ketika pertanyaan yang sama dilontarkan padanya, lalu seseorang menjawab, "Karena dia gak bisa nyebut huruf R."
"Memangnya itu penting?" Suara Raihan mengalihkan perhatian Juna. "Orang-orang juga gak peduli nama panggilan kamu Meysha atau Delisa."
"Divya. Meysha Divya." Meysha menunjukkan papan namanya dengan wajah kesal.
"Ya, pokoknya itulah." Raihan kembali makan seolah tidak punya salah apa-apa.
Meysha berdeham. "Lain kali aku juga mau bawa bekal, ah." Cewek itu seperti sedang mengalihkan pembicaraan.
Calla mengacungkan jempol ke wajah Meysha. "Nanti kita makan bareng lagi."
"Iya, bawa yang banyak." Raihan menimpali, lalu mendapat delikan dari dua teman ceweknya.
"Juna, kenapa kamu diam saja? Kamu gak sariawan, kan?" tanya Meysha heran.
Juna berdeham. Kedua pipinya kini mengembung. Dia mau menjawab, tetapi kesulitan.
"Ah, ya sudah. Makan sajalah," kata Meysha terkekeh.
"Ngomong-ngomong ... kenapa Anonim memberikan kita petunjuk?" tanya Calla membuat teman-temannya menoleh kompak.
"Anonim?" Meysha mengangkat alis.
"Orang yang menaruh surat di lokerku itu."
Meysha manggut-manggut, lalu mendesah. "Itu, sih, bukan petunjuk namanya. Dia cuma bilang hello sama welcome. Enggak membantu sama sekali."
"Dia belum ngasih surat lagi?" tanya Raihan memandang Calla.
Calla menggeleng. "Enggak ada. Lagian kenapa tanya aku? Siapa tahu malah ada di loker kalian sekarang."
"Jun, apa di kelas kamu ada sesuatu yang mencurigakan?" tanya Meysha menoleh pada Juna.
Juna terdiam sejenak. "Misalnya?"
"Seperti ... desas-desus buruk tentang sekolah ini."
Juna menghela napas. "Desas-desus mah pasti ada."
"Tapi akan tertutupi dengan citra baik sekolah ini." Raihan menambahkan.
"Tahu kenapa sekolah ini namanya Wijayamulya?" Raihan mencari posisi duduk ternyaman sebelum kembali bercerita. "Wijayamulya itu nama lain dari bunga wijayakusuma."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMOUS CODE [TAMAT]
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] SMA Wijayamulya dihebohkan dengan kerusakan tugu di hari pertama sekolah. Empat orang siswa terjebak dalam kesalahpahaman dan dituduh sebagai pelaku. Juna, Raihan, Calla, dan Meysha harus menangkap pelaku sebenarnya jika ingin m...