Calla menoleh pada Irgy. Cowok itu sudah masuk mobil dan berlalu. Namun Juna ... bagaimana ini? Calla tiba-tiba merasa takut Juna salah paham. Dia bahkan merasa gugup ketika Juna berjalan menghampirinya.
"Kamu dari mana aja?" tanya Juna membuat Calla menelan ludah. "Aku cari kamu ke mana-mana. Kamu gak jawab teleponku. Aku susulin kamu, tapi kamu keburu pergi sama cowok."
Calla gelagapan. "I-itu ... a-aku ...."
"Kamu semarah ini sama aku?"
Calla menunduk. Dia juga tidak yakin. Apakah dirinya benar-benar marah pada Juna dan teman-teman yang lain atau tidak?
"Kamu marah karena aku nyembunyiin banyak hal? Kamu mau dengar semuanya sekarang?" tanya Juna.
Calla mengangkat kepala. "Jun ...."
"Tapi gak nyaman sambil berdiri."
Calla terkesiap. "O-oh, iya. Kita ngobrol di rumah aja."
Calla berjalan cepat-cepat mendahului Juna. Ketika Calla hampir tiba di teras, Juna menahannya.
"Kita ngobrol di sana aja." Juna menunjuk bangku kayu bercat cokelat yang ada di taman.
Calla mengangguk. "I-iya."
Mereka berdua pergi ke taman dan duduk bersebelahan di bangku. Calla menoleh pada Juna. Cowok itu tampak menghela napas beberapa kali sampai akhirnya benar-benar bicara.
"Calla, sebelum aku cerita, kamu mau janji satu hal?" tanya Juna.
"Janji apa?"
"Kamu gak akan marah."
"Kenapa aku harus marah?"
Juna terdiam sejenak. "Beberapa hari ini aku terus berpikir, gimana kalau aku cerita semuanya ke kamu? Apa semuanya akan baik-baik saja?"
"Maksud kamu?"
"Aku takut kamu membenciku," ujar Juna dengan suara sedikit bergetar.
"Memangnya kenapa? Apa yang kamu sembunyikan?"
"Aku ... akulah yang menyebabkan hubungan kami jadi gak baik."
Calla paham siapa yang disebut Juna sebagai "kami". Calla tidak menyela. Dia hanya mendengarkan Juna baik-baik.
Jeda beberapa saat. Juna meremas jari-jari tangannya sendiri, tampak gelisah.
"Aku gak tahu harus mulai dari mana," kata Juna. "Aku tahu apa yang harus aku katakan, tapi saat mau keluar, rasanya seperti benang kusut."
Calla menghela napas. Mungkin karena itulah kenapa tidak semua hal bisa dikatakan. Bukan karena tidak mau, melainkan terlalu sulit untuk diungkapkan.
"Kamu gak perlu memaksakan diri kalau memang gak bisa," kata Calla pada akhirnya.
Juna menoleh.
Calla tersenyum. "Apa aku terlihat kekanak-kanakan? Maaf."
Juna menggeleng. "Enggak. Aku yang minta maaf."
Mata Calla berkaca-kaca. Dia membuang muka menghindari tatapan Juna. Rasa bersalah menggerayangi hatinya. Calla berdeham sebelum kembali bicara, mengalihkan topik.
"Ngomong-ngomong, kamu gak kerja? Bukannya ini udah telat?" tanya Calla.
"Aku izin gak masuk. Aku gak tenang kalau belum ketemu kamu."
Calla terdiam. Matanya beradu pandang dengan Juna. Dia membuang muka lagi karena tiba-tiba wajahnya menghangat.
"Aku benar-benar takut kamu jadi membenciku," kata Juna.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANONYMOUS CODE [TAMAT]
Teen Fiction[UPDATE SETIAP HARI] SMA Wijayamulya dihebohkan dengan kerusakan tugu di hari pertama sekolah. Empat orang siswa terjebak dalam kesalahpahaman dan dituduh sebagai pelaku. Juna, Raihan, Calla, dan Meysha harus menangkap pelaku sebenarnya jika ingin m...