Hope u girls, enjoy it.... ^^
Rama melirik sekilas pada wanita yang duduk di sampingnya sambil memejamkan mata. Lalu kembali memperhatikan jalanan di depan.
"Kamu tidak pura-pura pingsan dan berencana menghidari saya lagi kan?" tanyanya.
Wanita itu hanya berdecak lalu bergeser sambil menyanggah kepala dengan tangan di jendela mobil. Masih tidak mau membuka mata. Rama menahan senyum sambil memandangi jalanan di depannya.
"Wulan?" panggil Rama setelah menghentikan mobil.
Wanita itu kembali berdecak. "Saya tidak sedang menghindari kamu."
"Saya tahu." Pria itu menahan senyum. "Tapi saya mau bilang kalau kita sudah sampai."
Wulan spontan membuka mata. Wanita itu memperhatikan sekeliling. Tidak terkejut karena Rama sudah pernah membawanya ke tempat itu.
"Ah, kamu mengajak saya ke cafe rooftop itu lagi." ujarnya sebelum menoleh.
Rama menggeleng. "Bukan di cafe. Tapi apartemen saya."
Wanita itu mengerjap sekali sebelum mengalihkan pandangan ke depan.
Rama kembali tersenyum lalu membuka sabuk pengamannya. "Kamu masuk duluan ya. Saya mau parkir di basement. Passwordnya lima tiga lima belas." Ujarnya memberitahu.
Wulan berpikir sejenak sebelum meraih lock belt sabuk pengamannya. Tapi Rama tiba-tiba bergeser mendekat dan menahan tangannya.
"Kamu tahu kan, saya bisa melakukan apa pun kalau kali ini kamu kabur dan menghindari saya?" tanyanya sambil tersenyum dengan tatapan mengancam.
"Hm." Gumam Wulan nyaris menahan nafas karena jarak wajah mereka bahkan tidak sampai satu inci. Pria itu nyaris mencium bibinya.
Senyum Rama mengembang. Lantas melepaskan tangannya dan bergeser mundur. "Ayo keluar." Katanya menggerakkan dagu.
Wulan mendengus. Lalu membuka pintu dan segera beranjak keluar mobil.
Selesai parkir, Rama nyaris berlari begitu keluar lift basement menuju lantai kamarnya. Pria itu buru-buru menekan sandi pintunya dan segera masuk. Senyumnya mengembang mengingat seseorang telah menunggunya.
Saat itu dia melihat Wulan sudah duduk di sofa ruang tv. Lantas menghampiri sambil melepas jaketnya. Berbeda dengan sebelumnya, wanita itu kali ini tidak menyadar dengan mata terpejam. Tapi duduk dengan tangan terlipat sambil menatapnya.
Senyum Rama kian lebar melihat tatapan tajam Wulan yang kini justru membuat jantungnya berdegup tidak teratur.
Wulan tiba-tiba berdecak. "Jangan cuma memandangi saya. Cepat kesini dan katakan apa pun yang ingin kamu tanya." Katanya tidak sabar.
Pria itu mengusap dagu sambil mendesah sebelum beranjak duduk tepat di samping Wulan.
"Oke."
Dan seperti sengaja membuat Wulan kesal, bukannya berbicara Rama justru hanya memandanginya sambil menopang dagu.
"Oke kalau tidak ada yang mau katakan saya pulang sekarang." Wulan langsung bangkit. Tapi Rama meraih tangannya dan membuatnya kembali duduk.
"Ssh... kamu tenyata tidak sabaran ya?"
"Ya. Jadi kalau kamu masih tetap diam saya benar-benar akan pulang."
Rama tertawa ringan lalu mengangguk. "Oke." Wulan hanya mendengus. Lantas mulai bertanya.
"Jadi... saya akan langsung bertanya, kenapa kamu mencium saya?"
Wulan mengangguk. " Saya melakukannya karena klien—"
KAMU SEDANG MEMBACA
Affair
ChickLitMencintainya adalah kesalahan. Itu adalah satu-satunya fakta yang Wulan sadari. Meski terlalu banyak alasan untuk tidak memiliki perasaan itu, meski tahu hanya ada penyesalan ketika rasa semu itu berakhir. Tapi Wulan tidak bisa menghindarinya, kar...