1.4K 201 21
                                    


"Lana, boleh mama minta tolong?"

"Tentu ma, emangnya ada apa?"

"Bisa paksa jimin buat kemo? Mama.. mama cuma khawatir. Dia, hiks-"

"Sebentar ma, ada apa? Nanda collapse.... lagi?"

"I-iya hiks-"

Bagai tersambar petir. Taehyung benar-benar merasa dunianya dibalik secara paksa. Ini tentang nandanya, jiminnya, malaikatnya... taehyung hanya terlalu mencintai jimin. Itu sebabnya ia bahkan benar-benar marah tempo hari ketika jimin jatuh di tangga perpus kota.

"Lana usahain ya ma. Hiks, jiji gak pernah mau nurutin lana.. lana ngerasa gagal banget jadi sahabat jiji. Lana.. lana bener-bener gak mau jiji pergi. Lana usahain ya ma... hiks"

Jiji, sebuah panggilan yang benar-benar berarti untuk taehyung. Panggilan yang ia simpan jika ia bisa menjadi pendamping jimin. Nama yang benar-benar ia ingin ucapkan ketika ia bangun tidur dan jimin berada disampingnya. Jiji-

"Sekarang nanda dikamar, ma?" tanyanya lirih.

"I-iya. Dan dia bener-bener gak mau buka pintu. Mama.. mama khawatir banget lanaaa! Jimin terus teriak dari tadi.. mama.. mama takuuut. Dan dia kunci pintunya walaupun mama udah paksa buka.. hiks"

Dengan secepatnya ia lari kekamar jimin. Menaiki tangga tanpa khawatir ia akan terjatuh. Karena dipikirannya sekarang hanya ada- nanda, nanda, nanda, dan nanda.

"Nan.. nandaa! Buka pintunyaa. Naaaan..."

Taehyung berusaha mendobrak pintunya ketika ia kembali mendengar teriakan kesakitan jimin. Dia khawatir. Astaga, ini seperti ia akan kehilangan nyawanya.

"Nandaaa! Buka pintunya!"

"Se...sak. junaa hhh t-tolong. J-junaa" jimin melirih.. meminta tolong pada taehyung walaupun ia tahu taehyung tak akan mendengarnya karena itu terlalu pelan. Jimin meringkuk dilantainya, tanpa alas karpet sekalipun. Baju yang ia kenakan tak dapat menghalau dinginnya lantai, pil obat sudah terceceran disekitarnya, dia... benar-benar merasa bahwa ini adalah ajalnya.

Brak

Pintu itu terbuka. Menampilkan taehyung dengan keringat yang bercucuran. Begitu juga dengan bagian bisepnya yang terlihat berwarna ungu.

Taehyung segera berlari menuju tubuh ringkih jimin. Menepuk pelan pipi jimin yang sudah berwarna merah karena tercampur darah. Hidungnya mimisan hebat.. mengeluarkan begitu banyak darah yang sungguh, siapapun akan merasa ngeri ketika melihatnya.

Mama jimin menghampirinya, derai air mata sukses membuat siapapun akan merasa iba pada ibu satu ini. Lagipula, siapa yang akan biasa saja ketika anak semata wayangnya tengah menghadapi ajalnya didepan matanya sendiri.

Tidak ada.

Taehyung segera membopong jimin menuju mobil yang sudah mama jimin siapkan. Menerima kunci mobil dari mama jimin, taehyung mengemudikan cepat mobilnya menuju rumah sakit yang sudah 3 tahun ini menjadi rumah kedua jimin.

Jimin dibelakang, dengan kepala bersandar pada paha sang mama. Masih dengan darah yang mengotori sebagian besar wajah dan baju putihnya. Tak sadarkan diri. Karena ia terlalu lelah melawan penyakitnya.

Taehyung didepan benar-benar gemetar. Seluruh tubuhnya menegang. Ini adalah collapse terburuk jimin. Ia tidak pernah melihat jimin semenderita ini. Sungguh.

Lima belas menit perjalan mereka sampai dirumah sakit. Taehyung mengambil alih jimin dari mamanya. Membopongnya dengan berlari menuju pintu rumah sakit itu.

Suaranya menggelegar, taehyung berteriak keras menyuruh para perawat mengambil bankar dan membawa jimin untuk segera dioperasi.

"Dokter, tolong... hiks.. saya mohon. Selamatkan jiji, dok. Saya.. saya bener-bener minta tolong.."

"Saya mohon agar anda tenang. Berdoa kepada tuhan dan percaya kepadanya. Doa kan juga agar teman anda bisa kembali normal. Saya akan berusaha."

"Dok, saya mohon sekali.. hiks.. jimin adalah satu-satunya harta saya. Saya mohon selamatkan anak saya. Berapapun itu. Saya akan membayarnya... saya mohon, dok"

Taehyung dan mama jimin benar-benar sedih. Menangis dengan perasaan yang tak pernah tenang sebelum dokter itu kembali keluar dengan kabar baik.

Jiminnya..

Jimin mereka..

Semoga tuhan menolongnya untuk kali ini.

Sedang disisi lain. Jungkook benar-benar resah. Ia tak pernah segelisah ini, bahkan ketika ia hendak ujian dipagi hari.

Hendak mengambil handphonenya yang berada di meja belajar. Namun kakinya tiba-tiba tersandung meja nakas. Mengeluarkan sedikit darah dari ujung ibu jarinya.

Jimin...

Nama yang tiba-tiba terlintas dibenaknya.

Ada apa dengan jimin.. kenapa.. kenapa aku merasa terjadi sesuatu dengannya..

_________________________

Gak ngefeel iya kan?

Iyaa, karena ini spontan bgt nulisnya.

Huhuhu maaaf T•T


Sorry Love 》꾹민 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang