꾸꾸

1K 157 17
                                    

Hari ini libur, dan Jimin harus periksa rutin. Ditemenin sama si kakak, mereka ke Rumah Sakit tempat Jimin pengobatan. Dokter yang biasa dipanggil dengan Dokter Jin itu adalah orang yang sudah Jimin anggap Kakak sendiri. Dokter muda lulusan Harvard University dua tahun lalu itu sudah jadi Dokter pribadi Jimin.

Oh, kabar baik. Jimin mau untuk kemoterapi setelah dibujuk oleh si kakak. Dasarnya bucin, dibujuk sama kakak kesayangan sudah pasti mau. Beda cerita kalau yang bujuk Taehyung, sudah pasti Jimin menolak mentah-mentah.

Jadi, pemeriksaan rutin kali ini, Jimin akan kemoterapi juga. Pertama kali untuk Jimin memulai kemoterapinya, dan sekarang ia harus melakukan itu setiap seminggu sekali.

Sampai di Rumah Sakit, mereka menuju ruangan khusus Dokter Jin. Taehyung tidak ikut, tentu karena Jungkook yang melarang. Dan Mama Jimin bilang, ia mendapat telepon meeting dari klien. Dikarenakan sang Mama yang sudah percaya penuh kepada Jungkook, maka ia membiarkan anak kesayangannya pergi periksa dengan Jungkook.

"Selamat pagi, Dokter Jin."

Membuka pintu kaca khas ruangan Dokter, Jimin menemukan Dokter pribadinya itu sedang membaca berkas dengan kaca mata bulat yang lucu. Jika dilihat, Dokter Jin itu cukup manis ya. Pikirnya.

"Oh, Jimin. Selamat pagi, boncel."

"Dokteeeer!"

"Bercanda." Khas, tawa Dokter Jin itu sangat khas. Jimin bahkan hafal.

"Wah wah~ Apa ini? Kau membawa kekasihmu, huh?" Dokter itu menurunkan kaca matanya sebatas hidung, meilirik Jungkook dari atas hingga bawah.

"Oh! Kau yang kemarin menangis kan?" Jari telunjuknya mengacung tegak pada wajah Jungkook yang terperanjat kaget.

"H-hah? A-ah, iya."

"Astaga, Jimin. Dia benar kekasihmu?" Dokter itu tertawa lantang.

Dan Jimin mengangguk kaku. "Ya, Kak Seokjin kenapa sih?"

"Astagaa... pacarmu ini sungguh. Dia cengeng sekali." Dan kali ini tawanya lebih keras dari yang sebelumnya.

Jungkook menunduk, mendekatkan bibirnya pada telinga Jimin dan berbisik pelan. "Sayang, dia kenapa?"

Dan Jimin membalas dengan berbisik. "Gak tau kak, kumat kali."

"Kak Seokjin sudah. Jimin kan mau periksa."

"Hahaha iya iya, baiklah sebentar." Dokter itu menghapus air matanya yang keluar karena tertawa. Perutnya sedikit keram karena terlalu keras tertawa.

"Oh ya." Dokter itu balik badan setelah tadi hendak masuk ke sebuah ruangan. "Kau sudah setuju kemoterapi kan? Jadi ini akan sedikit lama karena kau juga kemoterapi. Hei kau, siapa namamu? Juki?"

"Jungkook."

"Oh ya, Jungkook. Tunggu diluar selama Jimin periksa dan kemoterapi ya, itu akan lama. Jadi, kau bisa bermain gundu atau mabar bersama suster-sustet disini. Mereka jago pubg loh." Dan ia sedikir berbisik pada kalimat terakhir.

"Ah iya, baiklah."

"Ayo Jimin, ikut aku."

"Hm."

Setelah melihat sang Dokter yang sudah masuk ke sebuah ruangan, Jimin akan menyusul, sebelum si kakak menahan tangannya dan memegang lembut bahunya.

"Semangat ya sayangnya Jungkook. Cium dulu sini biar semangat."

Cup cup

Cium dua pipi mochi si kesayangan, kemudian Jungkook cium lembut bibir si pacar dengan lumatan pelan dan halus.

"Kakak."

Dan Jungkook total gemas lihat si pacar yang lagi malu-malu, apalagi dengan pipi merah yang kentara. Dan dia cuma bisa kekeh kecil.

"Sana masuk, kakak tungguin disini ya. Dadah~"

"Dadah~"

______________

Sembari nunggu sang pacar, seperti kata si Dokter, Jungkook mabar pubg dengan beberapa Suster dan Dokter yang kebetulan gak ada jam kerja.

"Dok, Dok. Hei tolongin saya dong ini! Aduh... saya dikepung ini woy!"

"Aduh mas, minta sama Suster sana. Saya sibuk ngelawan musuh ini."

"Sus, tolongin saya dong!"

"Gak bisa mas, kita jauhan. Saya gak dikawasan mas ini."

Masih dengan gencet-gencet handphonenya, dia ngedumel dalam hati.

"Eh bangsat! Siapa yang nembak gue?! Anjir."

"Mas, bahasanya aduh. Lagi di Rumah Sakit ini." Suster itu kembali negur walau kedua tangannya sibuk gencet-gencet handphonenya.

"Eh asu! Mas Jungkook dimana? Saya tinggal lawan satu lagi ini. Masnya dimana? Anjing, ini musuh satu kebal amat woy!" Dokter yang diketahui bernama Yugyeom itu misuh-misuh walau tahu dia seorang Dokter.

"Astagfirullah, kalian berdua ya. Bahasanya gak dikontrol." Suster itu balik negur lagi.

"Disini, dok. Saya disini."

"Mana, mas? Oh itu? Oke mas, udah keliatan. Saya bantuin."

Dan mereka berdua sibuk untuk ngelawan musuh di game mereka, sedangkan sang Suster justru sibuk ngedumel dalam hati karena tiba-tiba ada musuh dua orang dihadapannya.

"Eh anjing! Kalian ngapain didepan gue jancuk!" Lihat, Susternya misuh juga kan? Dasar.

"Akhirnya gak dikepung lagi."

"Makasih sama saya dong, mas. Udah dibantuin ini."

"Iya iya. Makasih, dok."

"Masnya sama Dokter. Giliran dong, bantuin saya ini. Saya dikroyok!" Suster yang biasa dipanggil Seulgi itu teriak kesel.

"Ah anjing! Ditembak gak mati lagi!"

"Sabar mbak, mbaknya dimana ini. Mainnya kejauhan ah."

"Susternya sih ah, jauh jauh sendiri."

"Kok nyalahin saya?!"

Dan sampai Jimin selesai kemoterapi dan pemeriksaan, mereka menghabiskan waktu untuk mabar.

_______________

Diriku sebenernya gk main pubg. Jadi gak mudeng apa bedanya sama ML dan heronya disana apa aja.

Apalagi fasilitas nya😂

Jadi maap ya klo salah2, bisa krikit di kolom komentar. Cuma ya gimana ya.. klo pas temen2 ku lagi pada mabar, pasti misuh2 dan ngomong gtu😂

Sorry Love 》꾹민 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang