Bagian 3

10.5K 573 9
                                    

Ais hanya sempat membereskan kudapan yang tersisa untuk diserahkan ke bagian pantry kantor, setelah memberi arahan kepada 2 orang karyawan paruh waktunya dalam menyiapkan hidangan utama untuk buffet makan siang, Ais mengikuti arahan Bu Asti untuk menunggu di ruangan yang telah disiapkan.

Menunggu diruangan yang nyaman membuat angan Ais kembali pada awal perkenalannya dengan Andre, mereka hanya sempat bertemu sekali saat dikenalkan dan pertemuan kedua terjadi saat Ais sudah sah menjadi istri Andre.

Hampir seluruh rumah Andre memiliki furniture bernilai tinggi seperti yang ada diruangan ini, mungkin karena yang punya rumah memang memiliki bisnis dibidang ini sehingga rumahnya menjadi showroom kecil dari hampir semua koleksi yang ada diworkshop Andre.

Melewati pacaran halal dan berbulan madu adalah hal terindah yang pernah terjadi dalam kehidupan Ais, karena disana Ais merasa utuh menjadi seorang anak, istri, menantu dan kekasih yang disayangi.

Melewatkan 3 bulan pertama menjadi istri Andre, Ais mengisinya dengan ikut kursus cooking dan garnish, banyaknya waktu yang Andre habiskan utk mengurusi bisnisnya tidak menjadi masalah karena Ais sangat pandai membawa diri.

Saat mulai awal kuliahpun menjadi awal yang sibuk bagi keduanya, Ais tidak tau apa asal muasalnya hingga suatu sore Ais dihakimi oleh Andre dengan setumpuk foto yang menjadi fitnah untuknya....

Andre meragukan kesetiaannya.....

Ais menarik nafas panjang, seakan peristiwa ketika ia menjelaskan semuanya kepada Andre dan dibalas dengan sikap Andre yang kian acuh padanya, hal yang seakan baru terjadi kemarin dan bukan 4 tahun yang lalu.

Kondisi itu pulalah yang membuat Ais nekat kabur dari rumah Andre hanya membawa baju yang ada dibadannya dan cincin platina polos yang bahkan masih ia pakai hingga kini, dia terlalu sedih, terlalu sibuk untuk melindungi hatinya yang porakporanda untuk membuka hatinya kembali.

Beruntung Ais memiliki teman yang sangat pengertian seperti sari, yang membantunya melewati masa tersulitnya dengan bersama sama membuat bisnis catering dengan membuka open order pesanan dari tetangga sekitar, meski saat ini kepemilikan catering sepenuhnya diberikan kepada Ais karena sari mengikuti suaminya tinggal di Australia.

Ais mondar mandir diruangan itu karena merasa gugup, untuk apa Andre ingin berbicara dengannya sekarang setelah sebelumnya hampir 4 tahun ia mengabaikan dirinya? Tidak masuk akal dari sudut pandang Ais, karena jika 4 tahun yang lalu laki-laki itu menolak menerima penjelasannya, apalagi sekarang, tentu nya rentang waktu 4 tahun sudah terlalu lama utk membuat Andre akhirnya menerima penjelasnnya saat ini.

Ais menoleh dan berbalik saat mendengar suara salam dibelakangnya, dan nafasnya tersekat saat melihat Andre begitu dekat untuk dijangkau, begitu dekat untuk disentuh. Pria ini sangat tinggi, terlihat begitu gelisah dengan gelombang dominasi, orang yang terbiasa dituruti kemauannya.

"Apa kabar Ais, " kata Andre lembut.

"Kabar baik," jawab Ais singkat sekedarnya saja, dia masih mencari motif apa yang membuat Andre menemuinya, jangan biarkan hatimu menggelembung bangga Ais, jika dulu dia bisa menjungkirbalikan duniamu, saat ini pun dia dalam posisi yang lebih kuat untuk membuat hudupmu berantakan, bisik hati Ais.

"Apa yang kau lakukan disini. "

"Seperti yang kau lihat ndre, aku sedang bertahan hidup, " jawab Ais sinis sambil mendongak menatap Andre.

"Hati hati dengan jawabanmu Ais, " kata Andre secara perlahan sambil meletakkan kertas dimeja.

Kontrak itu, pikir Ais tersadar.

Ais disini karena membutuhkan kontrak itu.

"Aku tidak berhutang jawaban padamu..... Aku sudah menjelaskan semua padamu sebelum aku pergi, dan aku tidak pernah melakukan hal seperti tuduhan keji yang kau lemparkan kepadaku."

Andre ingin menjawab aku tahu, namun bibirmya terasa kelu tanpa sadar membenarkan bahwa seringkali manusia membutuhkan penutup dari kondisi emosi yang sebenarnya, dan ia membutuhkan dorongan untuk menghadapi Ais.

"Tapi kau lari bersembunyi Ais, dan itu tidak menyelesaikan masalah, itu membuat masalah baru, " jawab Andre lelah.

"Mungkin itu bukan penyelesaian masalah terbaik, namun aku yakin itu sangat membantumu, " jawab Ais keras kepala.

"Jadi ndre, karena sekarang kontrak itu keputusan nya ada padamu seperti kata Bu Asti, apakah aku bisa tahu jawabannya sekarang? Masih banyak yang harus aku kerjakan hari ini," Ais mulai tidak sabar karena sepertinya kontrak kerjasamanya tidak akan berjalan seperti yang ia inginkan.

"Ais ada banyak hal yang ingin aku bicarakan selain kontrak itu, bisakah kita membicarakannya sambil duduk? "

"Tidak, terimakasih. Aku tidak ingin bernostalgia dan sepertinya waktunya memang tidak tepat bagiku untuk saat ini, terimakasih pak Andre, kontrak itu bukan segala galanya, " jawab Laras putus asa sambil membalikkan badan dan bergegas keluar dari ruangan itu.

Ais tidak siap untuk duduk dan mendengar hal yang tidak ingin ia dengar seperti misalnya penghinaan berikutnya yang harus ia terima dari Andre seperti 4 tahun yang silam.

Andre hampir saja mengumpat melihat kekeraskepalaan Ais, setelah terpana karena dengan mudahnya Ais melarikan diri untuk kedua kalinya darinya, Andre meraih ponselnya, memberikan sejumlah instruksi pada asprinya untuk mengosongkan jadwalnya esok hari, mencari hotel untuk menginap malam ini dan terakhir dia menelpon Bu Asti untuk meminta alamat Ais.

Entah kenapa rasa penasaran Andre mengalahkan akal sehatnya kali ini, apa yang membuat Ais kabur kali ini, apa yang disembunyikannya?

Ais memacu sepeda motornya dengan kencang dan dia beruntung sampai dirumah tepat waktu saat karyawannya selesai bekerja sore itu, mengabarkan bahwa Arkan putranya masih tertidur hingga Ais masih sempat untuk sholat terlebih dahulu sebelum akhirnya ikut pulas sambil memeluk putranya.

Tidurnya terpenggal kacau oleh bunyi bel pintu yang tidak sabar.

Melintasi pedesaan yang asri, Andre mulai menepikan mobil sewaannya saat miss septi memberikan aba aba sudah sampai ditujuan.

Sebuah rumah mungil dengan halaman yang cukup luas dengan bangunan tambahan semi permanen yang sepertinya berfungsi sebagai dapur, ah..... Jadi disini Ais tinggal.

Andre cukup lama membunyikan bel dan tak ada aktifitas yang menunjukkan rumah itu berpenghuni, Andre sudah akan membalikkan badan saat mendengar suara kunci diputar.

"Assalamualaikum Ais, " sapa Andre saat melihat kepala mungil dengan jilbab miring muncul dipintu.

"Waalaikumusalam," jawab Ais spontan, sebelum sempat menutup pintu kembali kaki Andre sudah berada diantara celah pintu.

"Kau tidak mempersilahkan aku untuk masuk? "

"Aku tidak pernah menerima tamu di dalam rumah, silahkan duduk di teras disana lebih lapang, didalam sini agak berantakan,"jawab Ais sambil merengut, untuk apa Andre mengejarnya sampai kerumah, toh ia sudah melepaskan kontrak catering itu.

Andre sempat mencuri pandang ke dalam rumah dan sempat melihat mainan anak-anak yang berceceran.

Andre merasakan amarah naik ke dadanya, apa yang dilakukan Ais dengan banyaknya mainan anak anak itu.

Meski enggan, Andre mengikuti tangan Ais yang menunjuk kursi yang ada diteras.

Bahkan setelah duduk Andre bingung harus memulai darimana untuk berbicara, ditambah terselip rasa marah kepada Ais atas segala kondisi yang melibatkan mereka berdua.

Keheningan itu dipecahkan oleh suara tangis dari dalam rumah diikuti suara benda jatuh yang membuat Ais langsung bangkit dari kursinya, hingga satu kepala mungil muncul di pintu sambil menangis,

" Bunda....."

Nb : tahu miss septi khan ya?

Menantu Pilihan Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang