Bagian 15

8.9K 416 2
                                    

Pagi harinya menjadi hari yang sibuk buat Ais karena Arkan ingin melihat pesawat akhirnya ia menemani Andre hingga Bandara dan sambil menunggu check in mereka sarapan di Lounge yang ada di bandara. Menatap wajah Arkan yang cerah ceria dan tak henti berceloteh membuat Ais melihat betapa anaknya sangat memuja ayahnya.

Saat panggilan terakhir pesawatnya terdengar Arkan terlihat memeluk ayahnya dengan erat, setelah peluk cium dan salam sayang Andre berjanji akan pulang esok sebelum ashar sudah sampai rumah lagi.
Ais sempat kaku sejenak saat Andre berpamitan dan mengecup keningnya sekilas setelah ia mencium tangan Andre, mulai sekarang ia harus membiasakan ritual ini karena sepertinya Andre tidak canggung lagi menampakkan kasih sayangnya, meski Ais sempat risih pada awalnya namun senyum manisnya terkembang menghantarkan sang suami safar.

Drrt....drrrt....Ada pesan masuk, dari satpam rumahnya Andre .

[ Ibu, ada tamu untuk bapak, sudah saya sampaikan kalau bapak baru tindak luar kota tapi berkeras ingin menemui ibu ]

[ Ndoro sepuh baru tindak kajian bersama bu Yanti, tadi dihampiri temannya]

Siapa ya ? Karena selama ini Ais tidak pernah berhubungan dengan teman temannya Andre dan ada urusan apakah ? Ais baru ingat kalau hari Rabu, mama ada liqo dengan teman temannya sehingga rumah kosong.
Sepanjang perjalanan pulang dari bandara berbagai macam pertanyaan berkecamuk dipikiran Ais , nyaris terlupa untuk membalas pesan itu, hingga getar pesan itu kembali terdengar.

[ Dos pundi bu? Ibu bersedia menemui ? Kalau tidak akan saya sampaikan ]

[ Laki laki atau perempuan pak? ]
[ Kalau laki laki suruh pulang saja, biar urusannya nanti sama pak Andre ]

[ Perempuan bu, wajahnya mirip sekali dengan pak andre ]
[ Ya pak, akan saya temui ]

Haah, perempuan mencari Andre ? Siapakah dia? Karena setahunya Andre anak tunggal.

Perjalanan pulang itu terasa lambat dan lama, apalagi Arkan tertidur sejak beberapa saat yang lalu, supir Andre memang cenderung pendiam dan jarang sekali berbicara kecuali jika ia ditanya.
Saat mobil masuk kehalaman rumah, dari jauh Ais bisa melihat tamu yang duduk diteras. Seorang gadis mungil mengenakan jilbab biru muda yang panjang dengan kepala tertunduk, sepertinya berkomat kamit membaca sesuatu. Sambil menggendong Arkan dibahunya, Ais perlahan turun dari mobil dengan hati berdebar.
Apakah gadis ini anak Andre?
Kepala gadis itu mendongak dari apa yang dibacanya, dan Ais menarik nafas panjang setelah mendengar suara tarikan resluiting dari mushaf quran yang ditutup. setelah menyerahkan Arkan kepada mbok Minah yang tergopoh gopoh menyambutnya dengan permintaan tolong akan menidurkan Arkan di kamarnya , Ais menguatkan hati menemui gadis yang ada diteras rumah mama.

"Assalamualaikum...."

"Walaikumussalam..."

"Siapa ya ? "

"Nama saya Arsalana kak, biasa dipanggil acha, saya adiknya mas Andre ."

"Hah," Ais bengong karena tidak menyangka akan mendapatkan tamu yang mengaku adik suaminya.

" Oh,....bagaimana ini ya cha, saya juga tamu disini, Andre baru safar mungkin baru besok sore kembali, kalau Acha mau menunggu bakda dhuhur nanti mama pulang."

"Ya kak, kalau kakak tidak keberatan saya ingin menunggu mama."

"Acha sekarang tinggal dimana? "

"Sementara ini masih dirumah papa kak, sendirian karena papa meninggal 7 hari yang lalu , saya menjalankan wasiat papa karena mas Andre sekarang wali saya, saya hanya ingin memberikan 2 surat yang ditulis oleh ayah saya untuk mama dan mas Andre."

Ais menarik nafas panjang, sempat bingung apa yang harus dikatakan karena biar bagaimanapun posisinya dirumah ini adalah menantu, dan ia tidak ingin mencampuri urusan keluarga suaminya. Untuk menghubungi Andre dia tidak punya keberanian karena takut membebani Andre, semoga langkahnya membolehkan Acha menunggu mama tidak membuat mama murka.

Saat derum mobil rombongan teman kajian mama sampai di teras, Ais tidak kuasa menahan debaran jantungnya, dia berharap semua baik baik saja, karena hari ini tanggung jawab menjaga mama ada dipundaknya.

Acha sudah selesai makan siang bersama Arkan dan Ais, bahkan Arkan pun sudah mulai asyik berceloteh tentang mainannya kepada Acha.
Saat suara salam mama terdengar dipintu, Ais berdiri dari kursi dan mama menatap gadis cantik tinggi semampai yang tengah bermain dengan cucunya.
setelah menatap dengan seksama, mama menarik nafas dan menghembuskannya dengan cepat dan Alhamdulillah mama tidak histeris meski berseru kaget karena melihat kemiripan gadis itu dengan Andre.

"Assalamualaikum bu Ayu," kata Acha dengan sopan.
"Waalaikumussalam ,....siapa ya?"
"Saya Arsalana bu, biasa dipanggil Acha, saya di amanahi ayah saya Rahmat yang meninggal 7 hari yang lalu untuk menyerahkan surat untuk bu Ayu dan mas Andre," jawab Acha dengan lancar.

"Mas Rahmat sudah meninggal?" tanya mama dengan mata yang berkaca kaca kemudian karena tiba tiba badannya limbung Ais dan Acha spontan memeluk dan membimbing mama untuk duduk di kursi.

"إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَِـــــــــــيْهِ رَاجِـــــــــــعُونَ

اَللّـــــــــــهُمَّ اغْفِرْلَه وَارْحَمْه وَعَافِه وَاعْفُ عَنْه وَأَكْرِمْ نُزُلَه وَوَسِّعْ مَدْخَلَه وَاغْسِلْه بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ وَنَقِّه مِنَ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الدَّنَسِ وَأَبْدِلْه دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِه و زوجاً خيراً من زوجه وَأَدْخِلْه الْجَنَّةَ وَأَعِذْه مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَتِهِ وَمِنْ عَذَابِ النَّارَِ "

"Aamiin yaa rabbalalamin," jawab Acha dan Ais bersamaan.

Acha kemudian mengulurkan 2 buah surat bersampul tebal yang di sampulnya tertulis nama mama dan Andre.

Mama menaruh amplop surat yang tertulis nama Andre dan merobek sampul surat yang tertulis namanya.

___untuk Ayu___

Saat kau membaca surat ini aku pasti sudah tidak ada didunia ini.
Aku ingin minta maaf atas semua khilaf dan salahku padamu, rasanya tidak pantas aku meminta maaf setelah apa yang aku lakukan padamu.
Aku tidak pernah datang ke rumahmu karena terlalu pengecut dan sangat malu untuk meminta maaf padamu, apalagi seiring berjalannya waktu kau sangat luar biasa dalam membesarkan Andre.
Andre menjadi Anak yang sangat luar biasa dan bersama surat ini aku sertakan foto yang aku ambil secara sembunyi sembunyi, kadang secara tidak sengaja dan terkadang memang dengan sengaja saat aku merindukan Andre.
Terkait dengan warisan kau bisa menemui pengacaraku, tanyakan lewat Acha.
Dan acha adalah adik sebapak dengan Andre , saat ini Andre adalah walinya Acha, aku titip Acha karena dia sudah yatim piatu saat ini, ibunya adalah wanita yang kunikahi jauh sesudah kita berpisah, dokter memvonisku kanker getah bening dan ibu Acha adalah perawat yang merawatku meski takdir berkata lain , ibunya Acha meninggal saat melahirkan Acha.

Sekali lagi aku minta maaf atas semua yang aku lakukan padamu....maafkan aku.

Rahmat

Mama terdiam memandang akhir surat yang berisi tanda tangan dan menoleh menatap wajah anak tirinya.

Nb :
Tindak : Pergi
ndoro sepuh : sebutan hormat untuk majikan yg lebih tua
dos pundi. : Bagaimana
kajian : mengaji

Menantu Pilihan Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang