Bagian 12

9.2K 460 2
                                    

"Bundaaa...."

Ais terbangun oleh suara rengekan Arkan, karena memang sejak dulu meski Arkan telah terbiasa tidur dikamar sendiri saat usia 3 tahun, Ais tetap membiarkan pintu kamarnya terbuka.
Itu dulu saat Arkan hanya berdua dengannya namun sekarang ada Andre dan sepertinya esok pagi Ais perlu menyampaikan adab masuk kamar orang tua saat malam kepada Arkan agar tetap mengetuk pintu sebelum masuk.

Dulu mereka hanya berdua, dan mengingat kejadian semalam muka Ais memerah lagi, apalagi saat melihat ke bantal sebelah dan melihat Andre tertidur pulas disana.

Saat melihat tangan mungil Arkan dipipinya, Ais tersenyum spontan meraih dan mencium anaknya.

"Dedek mimpi? "

Kepala kecil itu mengangguk.

"Dedek boleh bobok sama bunda dan Ayah?"

"Boleh sayang," jawab Ais menempatkan posisi Arkan ditengah antara dirinya dan Andre, tidak sampai seperempat jam Arkan sudah tidur nyenyak, Ais bangun dan beringsut untuk sholat malam hingga tanpa sengaja menengok kearah Andre dan tersenyum karena pose tidur ayah dan anak itu bisa persis. Perlahan mengambil gawai nya kemudian memotret mereka berdua, sebuah kenangan yang mungkin akan jadi moment lucu saat Arkan besar nanti.

Ais sudah selesai membaca alkahfi saat Andre bangun tidur, berjalan dibelakang istrinya kemudian mencium lembut puncak kepala Ais sebelum akhirnya menghilang di kamar mandi.
Sambil tersenyum Ais menutup Qur'an nya kemudian mulai membangunkan Arkan untuk persiapan sholat subuh, meski tidur lagi setelah wudhu tapi Andre tetap menggendong anaknya untuk sholat subuh di masjid.

Saat keluar dari masjid handphone Andre berbunyi nyaring dan saat melihat kelayar ada foto mama minta persetujuan VC, sempat dag dig dug untuk mengangkat namun tetap harus diangkat karena Andre sudah hampir 2 minggu tidak mengirim kabar kepada mama.
Saat memencet tombol hijau , Arkan membuka mata dengan malas meski tangan kecilnya masih merangkul leher Andre.

"Assalamualaikum Ma," sapa Andre sambil tersenyum lebar karena dia tahu dari dulu mama selalu memaafkan kesalahannya saat melihat senyumnya.

"Waalaikumussalam ndre, kamu kemana saja? " jawab mama disana masih memakai mukena, sepertinya mama juga baru saja sholat subuh.

"Kabar baik mam, maaf belum sempat telpon mama," dan saat itulah wajah Arkan berbalik menghadap kedepan dengan malu malu.

Wajah mama terlihat terkejut saat melihat wajah Arkan, Alhamdulillah mama tidak histeris seperti di sinetron sinetron itu, kemudian terlihat wajah mama menelengkan kepalanya seakan mencari sisi yang jelas untuk bisa melihat wajah Arkan.

"Arkan, ini oma Ayu, ...oma Ayu ini Arkan cucu oma. Ayo ucapin salam buat oma,"ujar Andre pada anaknya yang sambil malu malu menyapa Omanya.

Meski dengan wajah bertanya, tapi mama membalas salam Arkan, kemudian mulai menanyai anak yang andre katakan sebagai cucunya.
karena tidak mungkin menanyakan keberadaan Arkan saat didepan anaknya , mama sepertinya memutuskan untuk menutup VC itu, meski setelah itu seperti perkiraan andre mama akan tetap menanyakannya di lain kesempatan.

Ternyata tidak menunggu lama setelah itu untuk mendengar rentetan bunyi ping saat gawainya mulai masuk saku, Andre tersenyum dan berniat akan menjawabnya saat sudah sampai dirumah Ais nanti.

Saat meletakkan Arkan ditempat tidur, Andre langsung membuka pesan yang masuk, berderet dan semuanya dari mama.

[Ndre, kamu baru nggak pulang 2 minggu kok tahu tahu mama bisa punya cucu?]

[Tapi wajahnya memang mirip banget sama kamu]

[Mama pengin kenal cucu mama]

[Mama pengin ketemu cucu mama]

[Ajak main kerumah ya]

Masih ada tulisan online sedang mengetik disana dan Andre hanya mengetik sebaris pesan mengiyakan semua permintaan mamanya, sisa ceritanya bisa disampaikan nanti saat bertemu, yang penting sekarang Andre perlu persetujuan Ais agar mau menemani Arkan datang menemui Omanya.

Ais hanya terdiam saat sarapan tadi Andre berkata bahwa siang nanti habis sholat jumat mereka akan berkunjung kerumah mama, omanya Arkan.
Ada rasa bersalah dalam hatinya karena dulu pernah pergi tanpa pamit pada mama, wanita luar biasa yg memilihnya untuk putra semata wayangnya.

Apa nanti yang akan dikatakannya?
Bagaimana nanti dia akan menghadapi mama?

Beragam kemungkinan memenuhi kepalanya, ada banyak hal namun yang harus dia siapkan saat ini adalah hatinya.

Saat tengah menata baju Arkan untuk dimasukkan dalam travel bag entah mengapa tiba tiba Ais mengajak bu Yanti turut serta dalam perjalanan luar kota ini, berharap perjalanan mereka akan menjadi perjalanan refreshing juga untuk bu yanti apalagi Arkan sepertinya memang tidak bisa berpisah dengannya.

Setelah menempuh perjalanan selama lebih dari 3 jam, akhirnya mobil Andre memasuki halaman rumah mama. Ais mengumpulkan serpihan kenangan 4 tahun yang lalu saat melewati jalan sama yang dia lewati secara berbalik.

Dulu ketika pergi ia tidak sempat berpamitan kepada mama, karena mama memang aktif di berbagai kegiatan sosial, akankah mama menerima dirinya dan Arkan, menantu dan cucunya?

Beragam kekhawatiran nampak diwajah Ais, saat sebuah tangan yang lebih besar mengenggam tangannya, perlahan ia menoleh dan menatap mata teduh Andre yang berusaha menenangkannya.
Ais tersenyum dan berharap senyum itu sampai hingga matanya.

"Aku takut mama tidak akan menerimaku," bisik Ais dengan khawatir.

Dan genggaman tangan Andre sedikit menjawab keresahan Ais dengan ketenangan.

Tidak banyak yang berubah selama 4 tahun ditinggalkan, hanya Anggrek yang menghias halaman samping yang jumlahnya semakin beragam.

Halaman samping yang berisi koleksi anggrek Mama tampak terawat, meski rumah itu terlihat sepi.

Saat pak Hardi satpam yang biasa bertugas di pos dekat pintu gerbang berlari untuk menyambut, Andre tersenyum lebar karena melihat wajah pak hardi yang sumringah cukup menjadi awal yang bagus bahwa mama baik baik saja.

Andre masih membuka bagasi saat pintu rumah terbuka dan bu Yanti tengah menggendong Arkan sudah separuh jalan menuju teras.
Setelah mengucap salam ada jeda sejenak sebelum akhirnya terdengar desahan dan pekikan gembira.

Ais melongo melihat pengasuh anaknya itu berpelukan akrab dengan ibu mertuanya dengan Arkan berada di tengah tengah mereka. Dan Ais semakin melongo saat sang mama mertua dengan gesit justru yang menyongsong dan memeluknya terlebih dulu.

Hilang sudah kekhawatiran dalam hati Ais dan lewat matanya Andre mengerling jail sebelum akhirnya menghilang dibalik pintu membawa koper dan travelbag mereka.

"Ais, apa kabarmu nduk ?" Tanya mama setelah puas memeluk dan mencium menantunya itu.

"Kabar baik mam, maaf Ais dulu pergi nggak pamit," jawab Ais sambil tertunduk .

"Yang penting sekarang sudah pulang kerumah, bawa bonus cucu buat mama, ganteng persis seperti Andre kecil dulu," jawab mama sambil tersenyum setelah mengibaskan tangan kemudian merangkul bahu menantunya itu saat masuk rumah .

"Gimana ceritanya bisa ketemu sama bu Yanti? Yanti ini sohibnya mama waktu SMP dulu, sejak lulus smp sampai sekarang tidak pernah ketemu.....Masyaa allah, hari ini ketemu lagi," cerocos mama dengan gembira.

Ais mendesah lega melihat kegembiraan yang tercipta karena kehadirannya dirumah ini. Mama begitu energik dan gembira bahkan setelah 4 tahun berlalu .
Mereka menghabiskan sore dengan bercengkerama menghilangkan rindu didada, hingga waktu maghrib dan isya dihabiskan di rumah saja.

Saat selesai makan malam , Arkan mulai menguap dan merengek pada Ayahnya untuk bonus cerita hari ini.
Kamar Arkan berada disebelah ruangan kamar Ais dengan pintu penghubung ditengahnya.
Meski sempat membuka namun belum sempat menata isi kopernya, mata Ais sudah terkantuk kantuk . Ais sudah setengah tidur saat merasakan sisi lain tempat tidurnya melesak oleh beban, dan matanya terlalu berat untuk dibuka, saat ada tangan lebar yang membawa kepalanya dilekukan bahu yang nyaman, Ais bahkan sudah tidak punya tenaga untuk protes. Semua terasa teramat nyaman seakan pulang ke kampung halaman yang menentramkan.

Menantu Pilihan Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang