Bagian 10

9.5K 407 1
                                    

Ais berdiri sambil menggigit pensil yang dia pegang, kebiasaan jelek saat dia tengah berpikir keras yang hingga saat ini belum bisa ia hilangkan.

Menyusun anggaran untuk pengajuan proposal di salah satu lembaga pemerintah perlu keahlian khusus, karena pembayaran di belakang perlu diperhitungkan dampak kenaikan harga bahan pokok dan berapa yang harus ikut ditangguhkan karena seringnya pembayaran mundur. Pada saat seperti ini Ais merasa bersyukur dengan bantuan Andre mengasuh Arkan, setidaknya Ais bisa lebih berkonsentrasi terhadap pekerjaan bahkan beberapa malam terakhir Ais mulai bisa membaca buku tentang gizi, hal yang dahulu menjadi sesuatu yang mewah baginya.

Ketenangan itu terusik saat mendengar cekikikan dan suara langkah kaki berkejaran. Arkan berlari mengelilingi ibunya sambil tertawa diikuti oleh Andre yang pura pura kelelahan mengejarnya.
Arkan bersembunyi dibelakang lutut ibunya, mau tak mau Andre berada didepan Ais dan tangannya berusaha menjangkau Arkan, Ais terjebak ditengah tengah permainan Arkan dan Andre dan hanya bisa ikut tertawa.
Saat Arkan tiba tiba lari keluar ruangan, Ais hilang keseimbangan dan terjerembab kebelakang, meski Andre sigap meraihnya namun karena beban yang tidak seimbang akhirnya Ais tetap terjatuh kebelakang, beruntung posisi kepalanya berada dalam pelukan Andre sehingga tidak terlalu menyakitkan.
Selama beberapa saat dunia seakan berhenti berputar, waktu seakan terhenti dan Andre hanya terpaku memandang wajah cantik yang ada didepannya, wajah ibu dari anaknya, wajah yang selalu hadir dalam mimpinya selama 4 tahun terakhir dan membuatnya bangun pagi dengan tubuh berkeringat, mendamba dan selimut yang kusut terlilit dibadannya.
Ais bahkan tidak berpikir saat tiba tiba Andre menciumnya, bukan ciuman kepemilikan, ini adalah ciuman pemujaaan, ciuman lembut, selembut sayap kupu kupu namun efeknya cukup membuat dinding pertahanan yang Ais bangun selama ini runtuh secara bersamaan.
Ais merasa dicintai, getar semangat menjalar ke leher dan lengannya, membuat bulu kuduknya meremang dan momen itu menghilang saat ada suara kecil yang bertepuk tangan sambil melongokkan kepala mungilnya diatas mereka, muka Ais merona merah padam.

"Horeeee, Ayah mencium bunda," terdengar suara cadel Arkan diatas mereka.

Dengan kikuk sambil tersenyum malu Ais bangun kemudian mengusap dan menepuk nepuk siku serta badannya untuk menghilangkan debu sambil memeriksa adakah bagian tubuhnya yang terluka.

"Lagi...lagi...lagi..." seru Arkan sambil meloncat loncat lucu.

Ais hanya tersenyum dan semakin salah tingkah saat melirik ke arah Andre sudah duduk santai dan masih sempat tersenyum jail padanya sambil meraih Arkan dengan tertawa.

"Hehehe, bunda masih bekerja Arkan, nanti lagi mainnya sama bunda ya, " jawab Andre sambil berdiri kemudian berjalan melewati Ais dan dengan sengaja mencium pipi Ais membuat Arkan tergelak kegirangan.

Bahkan saat suara tawa kegirangan itu sudah menjauh, Ais masih memegangi dadanya untuk meredakan debar jantungnya, sambil tersendat menarik napas panjang berharap debar dan desir aneh yang ada diperutnya segera menghilang. Konsentrasinya sepertinya sudah menghilang bersamaan dengan kejadian yang baru saja terjadi.
Cepat atau lambat Ais harus mengakui sekuat apapun ia berusaha menghindari Andre, hatinya tidak pernah bisa berbohong bahwa rasa itu masih ada. Mungkin dia perlu memulai rekonsiliasi dengan suaminya. Dimulai dari perutnya, dulu seingatnya Andre sangat suka dengan soto betawi, berjalan menuju lemari es, adakah bahan untuk membuat soto betawi spesial rekonsiliasi,
bisik hati Ais dengan jail sambil tersenyum mulai memilah bahan untuk memasak makan malam.

Adzan maghrib terdengar persis saat Ais selesai menyiapkan makan malam, terdengar celotehan riang Arkan sebelum mengucap salam karena setelah Andre tahu masjid terdekat dia selalu membawa anaknya sholat berjamaah dimasjid, setelah mandi dan sholat maghrib dirumah, Ais melanjutkan tahsinnya sendirian, hal yang dulu selalu ia lakukan berdua dengan Arkan, saat ini rumahnya terasa lengang dan sepi.
Saat suara salam Arkan terdengar masuk rumah, Ais mengusap matanya yang tiba tiba basah, bergegas melipat mukena dan menyongsong buah hatinya.

Saat menyendok nasi, Arkan dengan mulut penuh makanan bergumam,"sop susunya bunda memang..." sambil mengacungkan jempol kearah ibunya.

"Namanya soto betawi sayang, " jawab Ais dengan penuh kasih.

Andre memandang dengan takjub saat melihat porsi makan anaknya, sambil tersipu malu Ais menjawab,"Ayrkan selalu makan lebih lahap jika pakai menu ini. "

Bahkan menu favorit antara anak dan ayahnya ini juga sama.

Tiba tiba tangan Andre menangkup tangan Ais," Terimakasih sudah menjaga dan merawat anakku. "

Ais menatap mata Andre,"Arkan anakku juga, dan memiliki keluarga adalah hal yang selalu aku impikan selama ini."

Tersadar kata katanya bisa bermakna ganda Ais menambahkan," Maksudku aku tidak akan memaksamu untuk andil dalam keluarga itu ndre, punya Arkan sudah lebih dari cukup buatku."

"Benarkah? Kau tidak ingin punya anak lagi? "

Ais menggeleng," punya anak lagi bukan prioritasku saat ini, Arkan sudah lebih dari cukup bagiku, mimpiku adalah punya bisnis catering yang peduli dengan menu sehat, karena saat ini catering lebih pada lezatnya makanan, belum ada yang fokus pada kebutuhan menu sehat. Aku masih ingin menjadi ahli gizi, jika nanti tabunganku cukup.... Aku ingin kuliah lagi. "

Ais menarik tangannya dan tersadar dia telah mengungkapkan terlalu banyak isi hatinya pada Andre, sambil mengerjap dan menarik napas panjang Ais meletakkan tangannya yang tadi dalam tangkupan Andre diatas pangkuannya.

Andre merasa bersalah dengan ungkapan hati Ais, seandainya dulu tidak ada foto sampah itu, seandainya dulu andre mempercayai Ais mungkin saat ini Ais sudah lulus kuliah.
"Tapi sekarang aku disini Ais, kau bisa mulai kuliah lagi, aku akan mendukungmu secara finansial dan tugas mengasuh Arkan bisa kita bagi bersama. "

Ais tersipu malu,"Aku bisa mengusahakannya sendiri suatu saat nanti. "
"Nah Arkan, suara adzan isya sudah terdengar, mau sholat dirumah sama bunda?Hari ini bunda yang cerita ya? "

"Ayah sudah janji sama Arkan untuk mulai membacakan komik Muhammad Alfatih hari ini jika Arkan mau sholat isya di masjid, bunda boleh ikut... ya Yah?" Jawab Arkan sambil memandang Ayahnya.
"Tentu saja boleh, " jawab Andre dengan mata yg masih memandang Ais.

Setelah pulang dari masjid, Arkan ingin digendong ibunya dan merengek saat diantar ke tempat tidur dan itu berlanjut hingga saat season bercerita Arkan tidak mau melepaskan tangan Ais namun badannya bersandar pada tubuh gagah Ayahnya, akhirnya Ais mengalah ikut naik ketempat tidur dan ikut mendengarkan cerita.
Andre tersenyum melihat muka cemberut Ais yang pasrah tapi tak rela itu, saat tangannya digenggam Arkan.
Saat membacakan cerita bahkan belum separuh buku, justru Ais yang lebih dulu tertidur.
Sambil menempelkan tangan dimulut dengan lucu Arkan menyuruh Ayahnya untuk bercerita dengan pelan.
Saat Arkan tertidur, Andre sudah beringsut turun dari tempat tidur tapi karena tangan Arkan memegang kausnya akhirnya Andre menyerah tertidur disamping Arkan.

Ais terbangun saat terdengar alarm dari jam digital yang ada dimeja.
Sempat bingung saat membuka mata, karena merasa tidak berada dikamarnya, setelah mengingat kejadian malam sebelumnya,...ah, ia tertidur di kamar Arkan.
Perlahan Ais menatap anaknya dan terkejut melihat Arkan dalam versi 30 tahun yang akan datang, belum lagi kaki hangat yang melintang diatas tubuhnya seperti tanaman merambat, perlahan Ais merona sambil menyingkirkan kaki Andre yang melintang protektif diatas badannya. Menuju kamar mandi mengambil air wudhu untuk sholat lail malam ini.

Andre terbangun saat merasa ada yang menggeser kakinya, namun pura pura tidur kembali, saat terdengar suara kaki yang sudah mulai menjauh barulah ia benar benar terjaga. Malam ini mereka utuh seperti sebuah keluarga yang bahagia, Ais sudah mulai melunak dan Andre tersenyum karena itu.

Melewatkan sholat subuh dimasjid dengan bahu menggendong putra kecilnya, Arkan perlu dibiasakan untuk sholat subuh berjamaah dimasjid agar kelak setelah besar itu menjadi goodhabbit untuknya, agar kelak saat di yaumul hisab bahunya dan tangannya dapat bersaksi bahwa ia telah mengajarkan anaknya untuk selalu bertaut dengan masjid, kapanpun itu.
Saat pulang dari masjid pikiran Andre menerawang, mamanya benar tentang menantu yang ia pilihkan untuknya.
Terimakasih mama, ucap Andre dengan syukur dalam hati dan baru teringat kalau sudah hampir 2 minggu Andre tidak berkirim kabar kepada Mamanya.
Akankah mamanya senang sekarang sudah menjadi oma?

Menantu Pilihan Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang