Bagian 7

10.2K 472 2
                                    


"Bunda, om yang itu masih tinggal disini?"

Ais terbangun saat anaknya mendorong dorong tubuhnya dan ia pun membuka mata. Ais baru bisa tertidur dini hari tadi, mata Arkan terlihat besar diwajah kecilnya, perlahan Ais duduk kemudian menarik Arkan kepangkuannya, merasakan perutnya menegang saat diingatkan tentang penghuni baru dirumahnya.

"Bunda sudah memberitahu adek bahwa om Andre akan tinggal sementara dengan kita kemarin, adek ingat? " Ais bertanya sambil mengantuk.

Arkan mengangguk kemudian bertanya,"Tapi dimana rumahnya? "

Ais tersenyum masam, anaknya itu tidak tahu bahwa ayahnya punya sederet rumah yang tersebar di beberapa kota.

"Dia tidak punya rumah disini, ... Nah sekarang anak sholeh sebelum sholat subuh masih ada waktu sebentar, Bunda sholat lail dulu ya. "

"Okey bunda," jawab Arkan sambil mencium pipi Ais dengan sayang.

Saat mengambil air wudhu tanpa sengaja Ais menengok kearah kamar kerjanya dan sepertinya memang digunakan oleh Andre, ada laptop yang masih menyala dan Andre tampak serius disana. Andre terlihat hommy mengenakan kaos tanpa kerah dan celana pendek kotak kotak, Ais ingat itu adalah pakaian favorit Andre saat santai. Ah, mereka tampak seperti keluarga yang normal.

Saat adzan subuh terdengar karena belum tahu letak masjid terdekat Andre memutuskan untuk sholat dirumah, dengan tangan mungil Arkan menggandeng tangannya.

Ais sudah separuh jalan melepaskan mukena saat Arkan menarik tangannya,"Bunda, mau sereal."
Sambil menggendong Arkan, Ais mengambil sereal yang ada di lemari makan.
Beberapa hari terakhir ini Arkan sangat suka makan sereal, dan Ais harus mengeluarkan bugdet tambahan untuk itu, namun setidaknya Ais bersyukur Arkan memiliki napsu makan yang sehat.

"Bunda, apakah om itu akan mengambil serealku? " tanya Arkan dengan mata polosnya.
Ais ingin tertawa membayangkan Andre makan sereal, tapi menjawab dengan tegas,"Namanya om Andre, dan dia tidak suka sereal. "

Mata Arkan berbinar bahagia sambil memeluk kardus serealnya, kemudian berbisik keras keras ditelinga Ais," Bunda, om itu kesini. "
Ais menegakkan bahunya secara spontan, sadar bahwa dia sebenarnya belum siap berhadapan dengan Andre dalam kondisi saat ini.
Sambil tersenyum Ais berbalik dan menyapa Andre dengan basa basi,"Selamat pagi, apakah tidurmu nyenyak? "

Andre tersenyum kecil meski tidak tulus sambil menjawab," Tidurku sangat nyenyak seperti sebatang pohon. "

Arkan berkomentar,"Tapi pohon tidak tidur."

Andre menatap putranya dan Ais memperhatikan sesuatu dimata dan diwajah suaminya itu melembut.

Andre mendekat ke meja tempat kursi Arkan duduk,"Jadi harusnya aku tidur nyenyak seperti apa? "

"Kata bu Yanti adek bayi selalu tidur nyenyak, kemarin adek diajak bu Yanti melihat adek bayi dirumah ujung dekat sekolah," jawab Arkan malu malu karena menjadi pusat perhatian dan ia mulai menggeliat tidak nyaman di kursinya.

"Okey, berarti harusnya aku tidur seperti adek bayi, " ulang Andre sambil tersenyum bersahabat pada Arkan.

Arkan masih malu malu dan menghindari tatapan Andre tapi rasa penasarannya mendominasi dan bocah itu menatap Andre dengan mata disipitkan,"Om, mau kemana?"

Andre menatap marah pada Ais mendengar panggilan Arkan.
Ais menatap Arkan,"Namanya om Andre, adek," kata Ais pura pura tidak melihat pandangan marah Andre sambil menowel pipi Arkan yang chubby.

Tetapi Arkan sudah sibuk menyendok sereal dalam mangkuknya tanpa menyadari ketegangan antara ayah dan ibunya.
Ais berbalik kearah kompor dan bertanya sambil lalu,"Apakah kau ingin kopi ndre?"

Menantu Pilihan Mama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang