13. Feeling

136 20 0
                                    

"Kamu ngapain disini? Kamu tau darimana--"

"Bang Miko mendadak gak bisa dateng ke sini, kak. Jadi dia minta tolong aku buat kesini."

Yuvin langsung menarik Bian masuk ke dalam apartemennya. Bian hanya bisa pasrah saat Yuvin menariknya untuk duduk di sofa ruang tengah. Yuvin duduk disampingnya sembari mengeluarkan semua rasa capeknya dengan cara menghela napasnya panjang.

"Kak Yuvin keliatan pucet. Kakak sakit?"

Yuvin tersenyum. Bukan karena ingin terlihat kuat, tapi karena suara Bian yang seminggu ini ia rindukan "Ya seperti yang kamu liat sekarang."

Bian cuma ngangguk ngangguk kaya anak kecil. Karena sadar, gadis itu langsung ngebuka kotak kotak yang Miko titipin ke dia.

"Kak, ini dari bang Miko.." Ucap Bian sambil nata kotak kotak itu rapi "maafin bang Miko ya kak, tadi dia mau kesini nganterin ini tapi mendadak dipanggil dosen. Jadinya aku yang diminta tolong anterin."

Yuvin gak memberi respon apapun. Yang Bian bisa dengar hanya suara napas Yuvin yang teratur. Saat gadis itu menoleh, ia bisa melihat wajah Yuvin yang mengkerut karena pusing yang dia rasakan.

"Kak.. makan dulu ya."

"Hm.."

"Mau aku ambilin obat? Biar kak Yuvin gak repot-repot jalan.."

Yuvin pengen banget jawab Bian, tapi sakit kepalanya bikin dia gak bisa ngomong apapun.

Bian tanpa permisi pergi ke arah pantry dan mengambil alat makan yang ada disana. Pas gadis itu balik, Yuvin masih setia dengan posisinya yang bersandar dan mendogak sembari memijit pelipisnya yang nyeri.

"Kak Yuvin.."

Sifat Bian yang gampang gregetan mulai muncul. Yakali itu cowok bener bener susah makan kalo lagi sakit? Sesusah apapun Bian sakit, dia masih mau makan karena dia tau kalo dia gak makan obat mana mau bekerja.

Bian yang udah gregetan langsung aja ngedeket ke arah Yuvin.

"Altair Maydena Narendra, ayok makan."

"Kak, bang, mas, bro, woi, makannn."

"Ya ampun ternyata selama ini aku bukan jadi babunya tapi jadi Ibunya omoo."

Yuvin mesam mesem sendiri dengerin Bian nyeloteh gak jelas di sampingnya. Gak lama, Yuvin menegakkan duduknya lalu menoleh.

"Iya aku makan.. sabar dong.."

Dengan lemas, di makannya makanan dari Miko. Bian sebelumnya dapet chat dari Miko kalau Yuvin harus minum obat yang dikasih sama dokter. Bian gak tau obat mana yang Miko maksud tapi Bian pikir ia akan menanyakannya nanti kepada Yuvin.

"Kak, kata bang Miko abis makan disuruh minum obat. Obatnya mana ya? Biar aku ambilin."

"Hm, itu dikamar. Di nakas deket kasur."

Gadis berambut pendek itu meluncur ke kamar Yuvin. Pas masuk kesana, Bian gak terlalu heran dengan isinya. Gimana mau heran, gadis itu udah nebak sejak dari ojol jika kamar Yuvin bakalan sama kaya sifat Yuvin. Sama sama monoton.

Bian ngambil plastik zip yang berisi obat obatan di nakas yang Yuvin maksud. Pas Bian mau balik, ponsel Yuvin mendadak menyala dan menampilkan pesan yang Bian bisa lihat ternyata dari seorang yang--

Ting tong!

Bian langsung keluar menuju ruang tengah. Gak lupa gadis itu memberikan obat kepada Yuvin hingga pikiran Bian dituangkan dalam sebuah pertanyaan.

"Kak, ada yang nge bel tuh."

"Bentar."

Yuvin gak minta tolong Bian buat bukain pintu. Pas Yuvin buka pintu, raut wajahnya berubah terkejut bercampur malas.

I Don't Care [Song Yuvin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang