Pagi menyambut hari Bianca seperti biasanya. Jam menunjukkan pukul 5 pagi. Masih cukup pagi buat bikin teh anget, batin Bianca.
Gadis bertubuh cukup bongsor itu beranjak dari kasurnya lalu pergi ke kamar mandi untuk cuci muka lalu pergi ke dapur untuk memasak air panas.
"Oiya, kak Yuvin kan nginep."
Bianca meninggalkan teko alumuniumnya yang dipanaskan lalu pergi ke kamar tamu untuk mengecek keadaan Yuvin. Saat ia membuka pintu, Bianca bisa melihat Yuvin masih terlelap dengan tubuh yang tengkurap.
"Hmm kebiasaan emang mas-mas satu ini" Bianca berjalan menghampiri Yuvin lalu mengguncang lengan berbisep kuat yang terkulai lemas itu.
"Kak Yup bangunn. Udah hampir setengah 6 nih."
"Emm.. bentar.. ngantuk.." Jawab Yuvin malas.
Bianca tidak tinggal diam. Gadis itu kembali mengguncang Yuvin, tapi kali ini tubuh besar Yuvin ia guncang sekuat tenaga.
"Kak Yopen ayo bangunn jangan males ginii aishh!"
"Bentar, Bi.. lima menit lagi hum."
"Astaga susah banget bangunin bayi gede kaya gini."
Bianca akhirnya duduk di lantai kayu kamar tamu itu dengan tubuhnya yang menghadap wajah Yuvin yang sedikit mengerenyit karena diganggu tidurnya.
Gadis itu mulai berpikir tentang hal yang selama ini menjadi pengganggu di dalam kepalanya. Ya, tentu saja itu. Yuvin yang selalu berucap jika ia akan serius dengan Bianca. Mengapa hal ini menjadi gangguan besar di pikiran Bianca?
Karena perkataan adalah hal yang semu sebelum bukti terungkap.
Tangan Bianca iseng menyentuh hidung bangir Yuvin. Lancip ya, kaya perosotan, batin gadis itu. Eh tapi masih lebih perosotan DK Seventeen njir wkwk.
Bianca mengelus hidung pacarnya itu sampai si doi terbangun perlahan.
"Eh ya ampun maaf kak! Keganggu ya tidurnya?"
Yuvin cuma diam sambil natap Bianca dengan tatapan tajam. Aduh mampus, batin Bianca. Sepertinya Yuvin memang benar-benar terganggu.
"Maaf ya kak.. aku ke dapur lagi aja deh--"
"Lagi."
"Hah?"
"Elus hidungku, lagi."
Bianca nurut aja diminta Yuvin buat ngelus hidungnya lagi. Tapi bukan wajah judes yang Bianca dapat, justru senyuman dalam pejaman mata yang Bianca lihat. Aduh adem ya.
"Nanti kalo kamu udah sama aku sering-sering gini ya."
"Apaan sih kak, kan kamu sekarang lagi sama aku."
Yuvin membuka matanya "Lain, Bi." lalu tersenyum.
Tuh kan. Ini yang membuat Bianca jadi tambah pusing. Ingin berharap tapi takutnya zonk. Ya siapa yang tidak ingin dinikahi kekasihnya. Bianca sudah melewati masa awal 20 tahunnya. Sudah sangat pantas ia memikirkan hal-hal yang visioner dan berhubungan dengan komitmen.
Bianca ngarep kalau Yuvin ngomong kaya gitu menjurusnya ke hal 'itu', tapi Bianca itu orangnya harus ada bukti konkrit kalau Yuvin memang ingin 'itu'
"Kan, mulai lagi ngomong tanpa buktinya.." Bianca menoleh ke arah lain, berusaha untuk tidak menatap Yuvin. Entah kenapa Yuvin merasa jika Bianca memang sedang menunggu sesuatu yang penting darinya. Sangat penting sampai-sampai Bianca bisa berubah mood secepat ini.
"Tunggu ya, Bi. Bentar lagi kok--"
"LIAAA CERETMU GOSONG!"
Lah iya ding. Bianca masak air, tapi kematengan.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Care [Song Yuvin]
Short StoryBianca, bulan kecil Saturnus bertemu dengan Altair, si bintang tampan yang tak peduli dengan apapun kecuali dirinya sendiri. Hingga semesta menuntun mereka untuk bertemu, Altair merasa ada yang berbeda dengan dirinya.. Local names, well-known casts...