Will be end soon. Hehe.
"Ayo kakk cepetan!"
"Kamu mau nunjukin apa sih?"
"Ada deh hehe. Liat aja entar."
Yuvin hanya bisa pasrah didorong Bian menuju sebuah tepat. Rasa-rasanya ia tidak pernah menginjakkan kaki di tempat itu karena permukaan tanahnya terasa aneh bagi lelaki itu. Ah, ada apa sih, batin Yuvin tanpa ekspresi yang berarti.
"Udah sampe." Bian melepaskan sentuhannya di punggung Yuvin "Sekarang buka penutup mata kakak."
Yuvin menuruti apa yang Bian katakan. Saat mata bulatnya mulai bisa memfokuskan diri, ia terkejut dengan apa yang ia lihat di depannya.
"Maaf ya kak.. aku gak kaya mas Gichan yang bisa kerja dari endorse ataupun mas Beni yang bisa dapet uang dari hasil jepretnya.. aku cuma bisa ngajak kak Yuvin kesini sama ngasih kue.." Bian menunduk sembari menatap kue Harvest berukuran kecil yang sedang ia pegang. Pemandangan kota Malang di sore hari membuat suasana menjadi lebih hangat.
"Aduh, gak seru ya kak? Maaf--"
Yuvin langsung memeluk gadis didepannya itu erat. Huft, untung saja kue yang Bian pegang gak jatuh. Yuvin sudah kadung kalut dengan perasaannya. Mau melakukan lebih, tapi belum halal. Hah, batin Yuvin tersiksa pwol.
"Bi.."
"Iya?"
"Kamu gak usah ngasih aku kaya gini pun gak papa.."
Bian menatap langit sore dari balik punggung Yuvin sendu. Aduh aku ambyar, batin Bian.
"kamu nemenin aku kaya gini aja aku udah bersyukur.." Yuvin kembali mengeratkan pelukannya. Ia puas karena tidak ada seorang pun yang bisa melihat mereka berpelukan seperti itu. Ya bagaimana tidak, mereka sedang berada di rooftop apartemen Yuvin yang menjulang tingginya.
"Kak.." Bian memanggil lelaki itu lembut dan Yuvin langsung melonggarkan pelukannya.
"Makasih banget.." Bian tersenyum "aku gak pernah diperlakukan kaya gini.. dan ini pertama kalinya aku ngerasa jadi manusia yang bener bener dicintai."
"Berarti aku memang yang terbaik buat kamu." Yuvin dengan pedenya mengatakan hal itu sambil menyentil hidung pesek Bian. Diusap usapnya hidung gadis itu sesaat setelah gadis itu merintih kesakitan.
"Kak.."
"Hm?"
"Sesek, hehe."
Yuvin sontak melepaskan diri dari jeratannya sendiri "Y- ya bilang daritadi, dong!"
...
Hari demi hari berlalu..
Dimana orang-orang mulai tumbuh dewasa, dan harapan-harapan mulai terkabul dan tercapai..
Layaknya awan mendung yang berjalan perlahan, mengalah kepada matahari yang ingin selalu bersinar di siang maupun malam.
Bianca Julia Inga.. gadis itu sekarang sedang KKN. Lagi-lagi bukan di desa penari, tapi di satu desa di daerah selatan Malang. Ya.. deket-deket pantai lah. Bian seneng banget soalnya dia bisa kkn di tempat kesukaan dia, dan sama temen-temen dia (yang gak toxic tentunya).
"Mana Bi, tak puterkan."
"Eh gausah, Ken. Santai mah."
"Gimana gak ragu, wong kamu muternya kaya anak kecil gak punya kekuatan gitu."
Bian cuma tersenyum kecut mendengar ucapan temannya itu. Ya, Ken sangat suka menyebut Bian dengan sebutan "anak kecil" ataupun "anak hilang". Dia bakal menggoda Bian sebisa mungkin sampai Bian jengkel dan after that, Ken bakal terkikik sambil tersenyum puas. Dan benar saja, saat Bian tersenyum kecut pun Ken sontak terkikik.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Don't Care [Song Yuvin]
Short StoryBianca, bulan kecil Saturnus bertemu dengan Altair, si bintang tampan yang tak peduli dengan apapun kecuali dirinya sendiri. Hingga semesta menuntun mereka untuk bertemu, Altair merasa ada yang berbeda dengan dirinya.. Local names, well-known casts...