27. 'Sayang'

230 14 0
                                    

JANGAN LUPA DENGARKAN LAGU YANG BERADA DI MULMED PARA PEMBACA KU😘

*****

Setelah sebulan berada di Jerman dan setelah pertunangan telah berlalu. Kini, Jifa sedang berjalan menuju ruangannya yang berada dilantai tiga. Jifa berkerja sebagai dokter bedah disalah satu rumah sakit yang dibawah naungan neneknya dan sekarang dialah CEO di rumah sakit Hermawan.

Jifa membuka pintu ruangannya sambil membaca berkas yang berada ditangan kirinya. Ia berjalan menuju kursi yang tidak jauh darinya. Jifa membaca berkasnya sangat serius sampai ia tidak tahu bahwa ada seseorang yang sudah menunggunya sejak lama dan duduk di sofa yang berada didalam ruangannya.

"Ekhem!" dehem seseorang tersebut. Jifa yang mendengar reflex menengok kearah deheman tersebut. Jifa hanya menatapnya sebentar dan berjalan kembali ke tempat duduknya.

"Ada apa?" tanya Jifa langsung. Ia tidak suka bertele-tele.

"Aku hanya ingin mengingatkan saja, nanti ada operasi jam 2 siang." ucap seorang cowo yang bernama Rangga. Jifa mengenalnya sudah seminggu yang lalu saat dirinya menjabat sebagai dokter bedah sakaligus CEO dirumah sakit.

Tidak ada kata ramah diwajah Jifa. Rangga adalah patnernya di ruang bedah. Ia juga mengakui kalau Rangga itu tipe idaman para wanita, namun Jifa selalu menghindar jika ia mendekati dirinya.

Ntah lah apa yang membuat Jifa risih berdekatan dengan Rangga. Setiap Rangga datang, ingin rasanya ia frontal bahwa ia tidak suka berdekatan dengannya. Namun, ia pendam dan ia sadar kalau Rangga dokter bedah yang sangat detail. Ia juga membutuhkan Rangga untuk membantunya membedah seorang pasien.

"Hmm.." Jifa menjawabnya hanya dengan deheman dengan mata yang masih fokus kepada berkas yang berada dihadapannya. Berkas yang menunjukkan data korban yang akan dioperasi nanti.

Tidak ada percakapan lagi diantara Jifa dan Rangga. Jifa menaruh berkas yang sudah ia baca, selanjutnya ia membuka macbook yang ada dihadapannya mengetik sesuatu yang akan ia jadikan laporan.

"Jika sudah tidak ada yang diomongin silahkan keluar." secara tidak langsung Jifa mengusir Rangga untuk keluar dari ruangannya.

"Oke, aku keluar. Jam makan siang aku kesini lagi." setelah Rangga keluar ia hanya bisa menghembuskan nafas kasar. Tak lama ponselnya berdering, ia melihat nama yang tertera dilayar ponselnya. Ia tersenyum dan mengangkat telpon tersebut.

"Hai sayang, nanti pas jam makan siang aku kesana ya?" terdengar suara lelaki yang sangat ia hapal dan ia sayangi.

"Yaudah kesini. Aku juga lagi pengen makan tempat biasa." jawab Jifa dengan senyum yang mengembang.

"Yaudah nanti aku jemput. Aku tutup ya, sepuluh menit lagi ada sidang. Semangat kerjanya dokter cantik." Jifa terkekeh mendengar kalimat terakhir dari Athala.

"Siap komandan." mereka berdua terkekeh satu sama lain.

"Dah sayang." telpon terputus, Jifa melihat jam yang terpasang di tangan kirinya menunjukkan pukul sepuluh.

Athala sekarang berkerja sebagai Jaksa dikantor kejaksaan yang ada berada di Jakarta. Karna, ketampananya tidak sedikit wanita yang mencoba untuk mendekatinya. Mulai dari model papan atas sampai wanita karir yang terkenal dengan kekayaanya.

Jifa melihat jam berada ditangannya. Jam makan siang masih lama. Ia bingung harus melakukan apa. Laporan yang tadi ia buat sudah selesai dan sedang diurus oleh suster Mika. Akhirnya ia bermain game di ponselnya sambil menunggu jam makan siang tiba.

*****

Athala POV

"Saya menemukan bukti ditempat kejadian, anda bisa melihat buktinya yaitu pisau yang berlumuran oleh darah. Saksi setempat mengatakan bahwa Pak Ginanjar sudah sering kali membawa wanita kerumahnya dan saksi juga tidak melihat seorang wanita keluar setelah Pak Ginanjar kembali membawa seorang wanita kerumahnya. Dan dengan adanya mayat wanita membuat bukti bahwa pak Ginanjar bersalah." jelas Rizky yang berkerja sebagai pengacara. Ia bersama Athala menangani kasus pembunuhan. Bukti yang belum jelas membuat mereka harus beberapa kali menunda persidangan dan mencari bukti ditempat kejadian.

Jif(A)thalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang