28. Menuju hari - H

291 16 0
                                    


6 bulan kemudian

Kini pertunangan Jifa dengan Athala sudah berjalan selama 6 bulan. Athala dan Jifa semakin sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing yang membuatnya jarang bertemu belakangan ini.

Saat ini Jifa sedang berjalan menuju kantin rumah sakit dengan suster Mika yang menemaninya. Karena, ingin membeli beberapa cemilan dan minuman untuknya. Namun, saat mereka sudah dekat dengan pintu kantin.

Beberapa petugas rumah sakit ini mendorong bangsal yang berisikan seorang laki-laki paruh baya. Jifa dan Mika berlari menuju petugas tersebut. Ia melihat salah satu petugas rumah sakit menyumbat perut korban dengan kain di bagian kiri agar darah tidak terus keluar.

"Bawa dia keruang operasi segera!" ucap Jifa sambil menggantikan salah satu petugas yang menyumbat perut korban agar darah tidak terus mengalir keluar.

"Baik dok." para petugas dan Jifa segera menuju ruang operasi.

"Mika siapkan ruang operasi segera." Mika mengangguk dan segera menjalankan tugas yang diberikan oleh Jifa.

Saat Jifa sudah berada diruang operasi, ia segera menyuruh perawat lainnya untuk menyiapkan alat dan segala keperluan lainnya untuk memulai operasi. Mereka mengangguk dan segera melakukan apa yang Jifa suruh.

Kini Jifa melepas jas dokter dan telihat ada bekas darah. Ia segara mencuci tangan menggunakan sabun dan sikat sampai siku. Sama halnya dengan Mika yang melakukan apa yang dilakukan Jifa sekarang.

Setelah selesai, Jifa memencet tombol pada dinding bagian bawah agar pintu ruang operasi terbuka. Ia segera dipakaikan jas dan sarung tangan steril yang biasa dipakai saat ingin membedah. Jifa berjalan menuju korban yang akan ia operasi.

"Berapa tekanan darahnya?" tanya Jifa kepada salah satu dokter ahli anestesi.

"90/60 mmHg dok." jawabnya sambil melihat kearah monitor yang berada di hadapannya.

Tekanan darah yang rendah, tidak ada pilihan lagi. Akhirnya Jifa meng-operasi pasien tersebut sebelum pasien tersebut mengalami gagal jantung akibat darah yang terus mengalir keluar.

"Pisau bedah." pinta Jifa kepada asisten bedah utama dan dengan sigap asisten bedah utama memberinya pisau bedah.

*****

Athala Pov

Kini gue sedang berada di rumah sakit, dimana Jifa berkerja. Gue datang ketempat kerjanya tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Gue berjalan menuju lift dan menekan tombol dengan angka 3. Dimana ruangan Jifa berada disana.

Namun, saat pintu lift tertutup. Gue melihat ada tangan yang membuat pintu lift kembali terbuka. Terpampang jelas seseorang yang gue kangenin belakangan ini. Gue melihat, Jifa yang menggunakan jas dokter dengan bekas darah yang berada di sana.

"Mika, habis jam makan siang, saya ada jadwal?" tanyanya kepada suster Mika.

"Ibu hanya menjenguk pasien diruangan 309." dan Jifa mengangguk mendengar ucapan Mika.

Jifa belum menyadari, kalau gue ada di belakangnya. Saat gue sedang memerhatikan Jifa dari belakang, tiba-tiba Mika melihat kearah gue dan dia ingin menyapa gue. Namun, gue lebih dulu menaruh satu jari di depan mulut gue.

Dan akhirnya Mika mengerti apa maksud gue. Gue tersenyum, lalu ia kembali membalikan badannya agar Jifa tidak mencurigainya. Pintu lift terbuka, Jifa dan Mika berjalan keluar dan menuju ruangannya.

Gue mengikutinya dari belakang dengan hati-hati agar Jifa tidak mencurigai gue. Saat ia sudah masuk kedalam ruangannya dan pintu ruangannya ingin tertutup, gue dengan cepat masuk kedalam ruangannya sebelum pintu itu tertutup.

Jif(A)thalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang