10. Sebuah rencana

479 43 6
                                    

"Hatiku kembali berdebar setelah dia."

-Jifa

*****

Setelah membisikan ucapan selamat malam, Athala berjalan keluar dari kamar Jifa dan menutup pintu kamar Jifa dengan pelan agar tidak terganggu. Kemudian, Athala turun kebawah dan ingin segera pamit kepada orang tua Jifa, karena jam menunjukan pukul 10 kurang.

"Tan, sama pamit pulang ya." pamitnya kepada Rina yang habis dari dapur.

"Eh udah mau pulang? Gak mau makan atau apa dulu?" tanya Rina kepada Athala dengan ramah.

"Gak usah tan, udah malam juga. Takut diomelin bunda juga kalo kelamaan, saya kan keluar dari pagi tan." tolak Athala dengan lembut kepada Rina sambil tersenyum sungkan.

"Oh yaudah, bilangin ya dapet salam dari calon mertua. Hati-hati ya Athala." Athala mengangguk dan terkekeh mendengar penuturan Rina yang menyebut dirinya adalah 'calon mertua'.

Setelah Athala sampai rumah. Ia langsung menuju kamarnya. Ia sudah merasa lelah dan membutuhkan istirahat secepatnya. Athala berjalan menuju kamar mandi untuk membersihkan badannya terlebih dahulu, karena sudah merasa lengket dan gatal.

Tak membutuhkan waktu lama bagi Athala untuk membersihkan dirinya. Ia segera memakai baju yang ia rasa nyaman untuk tidur. Athala merebahkan tubunya dia ranjang miliknya. Memejam matanya dan memutar ulang kejadian hari ini dengan Jifa.

Hari yang membuat ia merasa sangat bahagia, karena bisa berduan dengan orang yang ia suka. Ralat, mungkin sekarang Athala sudah mulai sayang kepada Jifa. Setelah itu Athala terbang kealam mimpi dan mengistirahatkan tubuhnya yang sudah lelah seharian ini.

*****
Jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi, namun Jifa masih enggan untuk membuka matanya. Ia masih ingin terlelap dalam mimpinya. Jifa tidak menggubris ucapan Rina, ia kembali menarik selimutnya.

"Jifa bangun sayang, ada Ridan dibawah!" Rina terus berusaha membangunkan Jifa yang belum mau membuka matanya.

"Iya Mom, aku mandi dulu!" akhirnya Jifa bangun dan berlalu menuju kamar mandi.

Setelah setengah jam ia berada di dalam kamar mandi, akhirnya turun untuk menemui Ridan yang berada di ruang tengah.

"Hai..." Ridan antusias untuk mengajak Jifa pergi.

"Hmm, kenapa? Jalan? Gak bisa!" ucap Jifa to the point dan langsung berdiri dan meninggalkan Ridan yang diam dengan ucapan ketus dari Jifa.

"Maaffin gue Jif. Itu udah lama kejadiannya," Ridan tidak putus asa membujuk Jifa untuk memaafkannya.

"Iya dulu banget, sampe lo lupa pernah nyakitin gue!" Jifa tetap dengan prinsipnya, bahwa ia tidak akan jatuh cinta kepada Ridan lagi. Ia juga sudah muak dengan drama yang Ridan bikin jika bertemu dengannya.

"Pliss gue minta maaf," Ridan terus memohon agar Jifa mau memaafkannya. Walaupun ia juga tau, kalau hasilnya akan nihil.

"Pergi! gue sibuk!" setelah berucap seperti itu, Jifa meninggalkan Ridan menuju kamarnya. Ia tidak peduli apa yang dilakukan oleh Ridan.

'Liat aja gue bakal bikin lo takluk lagi kedekapan gue Jifa' batin Ridan saat berjalan keluar dari rumah Jifa.

*****

"Ahhh anjing!!!" kesal Ridan terhadap sikap Jifa.

"Napa si napa?" tanya Adnan teman Ridan yang sedari tadi sedang asik merokok.

"Mantan sok jual mahal anjing! Liat aja gue bakal bikin rencana biar dia kembali ke pelukan gue!" Ridan berpikir cukup keras untuk merencanakan sesuatu yang bisa membuat Jifa celaka.

"Ati ati, lo tau kan nama marga Hermawan itu terkenal, pasti banyak mata-matanya. Lo yakin mau bikin rencana yang bikin Jifa celaka?" Adnan tidak yakin dengan rencana yang Ridan buat untuk mencelakai Jifa.

Yang Adnan tau tentang Jifa, ia termasuk kalangan orang terpandang. Jifa juga merupakan anak karate tingkat nasional. Orang tuanya sangat terkenal dengan cabang dimana-mana.

Sikap dingin, sinis, dan juteknya membuat orang lain ingin mendekatinya karna penasaran dengannya. Tetapi, semua itu mustahil. Karena, omongannya yang terlalu to the point dan menusuk. Ridan segera menghubungi seseorang yang ia percaya untuk menjadi mata-mata sekaligus untuk melancarkan aksinya.

"Halo, dimana lo sekarang?"

"..."

"Ketempat biasa, gue pengen ngomong sama lo!"

"..."

"Gc njing gak pake lama!"

Ridan mematikan telponnya secara sepihak. Emosinya yang tidak terkendali membuatnya ingin menghabisi orang yang berada didekatnya. Ridan segera melajukan motor ninjanya membelah jalan raya untuk pergi bersenang-senang.

Sekarang ini ia hanya ingin berkunjung ke club yang ada didaerah Jakarta. Jika sedang seperti ini, Ridan selalu melampiaskannya kepada wanita yang ada di club tersebut.

*****
"Kamu masih marah dengan Ridan?" tanya Rina kepada Jifa yang beada di ruang tamu dan duduk disebelahnya.

''Hmm..." Jifa hanya menjawabnya dengan deheman.

"Kalian ini sudah dewasa, masih aja marah seperti anak kecil. Cobalah untuk memaafkan,'' Rina mencoba untuk merayu Jifa agar memaafkan Ridan. Walaupun Rina dulu sakit hati atas sikap Ridan kepada anaknya dulu, namun gak ada salahnya kan untukmemaafkannya mungkin ia sudah berubah.

''Hmm..." gumam Jifa dan berlalu dari ruang keluarga. Ia sudah malas jika sudah membahas hal yang paling ia benci. Apalagi ini menyangkut hati yang pernah luka oleh seorang yang dulu sangat ia cintai dan banggakan.

Setelah berada dikamar, Jifa terus memikirkan ucapan Rina untuk memberi maaf kepada Ridan. Ia belum sepenuhnya percaya dengan kata-kata Ridan, ia masih sakit hati dengan sikapnya 3 tahun yang lalu. Walaupun sudah lama tetapi Jifa belum bisa melupakannya.

*****

"Nih ya sebagai temen yang baik gue cuman mau bilangin ke lo buat hati-hati nyari musuh. Lo nangisin dia aja lo udah masuk rumah sakit, apalagi lo nyelakain dia men?" Adnan ragu dengan rencana yang disusun oleh Ridan. Ridan sudah kembali dari club.

Dan bukan maksud Adnan tidak mendukung keputusan Ridan. Tetapi, yang Ridan dapat bukan hanya babak belur di sekitar wajahnya dan masuk rumah sakit. Ia juga bisa dimasukan kedalam jeruji besi, karna percobaan pembunuhan.

Bagaimana tidak, seluruh keluarga yang bermarga Hermawan pasti punya banyak mata-mata di sekelilingnya. Jifa yang selalu di overprotektif oleh kedua orang tuanya dan kakaknya selalu susah untuk mencelakainya.

Dulu Ridan pernah merencanakan untuk menculik Jifa. Tetapi, saat di tengah jalan ia dijegat oleh mobil sport milik Elgio. Elgio yang melihatnya tidak tinggal diam. Ia langsung menghajar Ridan dengan membabi buta dan mengakhirkan Ridan masuk UGD.

"Iya nanti gue pikirin lagi," setelah itu Ridan pergi keluar dari gedung tua itu. Dan berddiam diri didepan pintu gedung tua dengan sebatang rokok yang ia nyalakan.

"Kalo lo mulai dengan mereka, lo juga harus berani untuk bertanggung jawab." nasihat Adnan.

"Hmm..."

"Yeh, di kasih taunya malah begitu ama yang tua. Dikasih tau ama yang tau biar tau malah sok tau. Hadeh." Adnan segera meninggalkan Ridan yang masih fokus kepada rencana yang ia buat.

*****






Selasa, 31 Maret 2020

Jif(A)thalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang