11. Masa lalu

412 45 7
                                    

"Hanya ada rasa benci untukmu, brengsek!"

-Jifa

*****

2 tahun lalu.

"Assalamu'alaikum!" ucap Ridan saat berada didepan rumah Jifa.

"Eh nak Ridan, ada apa ya nak? Silakan masuk nak," tanya Rina dan mempersilakan Ridan masuk.

"Enggak tan, saya mau ngajak jalan Jifa doang. Saya minta izin buat ajak Jifa jalan," Ridan meminta izin kepada Rina dengan sopan.

"Boleh kok, tante panggil sebentar ya Jifanya," Ridan menyeringai dengan senyum devilnya, ia sudah merencanakan sesuatu untuk Jifa.

"Ngapain si lo kesini!" Jifa tidak akan bersikap baik kepada Ridan setelah disakiti hatinya.

"Sayang gak boleh gitu sama nak Ridan," Jifa memutar bola matanya malas, Rina menasehati Jifa tetapi Jifa hanya menganggap Angin lalu.

"Ck, terus aja belain!" Jifa sudah malas adu mulut dengan Rina, tidak akan ada selesainnya.

Jifa berlalu dan menuju kekamar untuk berganti baju dan lebih memilih ikut dengan Ridan, walaupun sebenarnya malas tetapi dalam hati ia sangat senang.

"Yaudah ya tan, saya sama Jifa berangkat dulu" Ridan mencium tangan Rina dengan sopan dan berlalu keluar rumah.

"Silakan tuan putri," ucap Ridan dengan senyum manisnya dan membukakan pintu mobil untuk Jifa

'plis jangan senyum kaya gitu ke gue! Gue bakal susah move on!' batin Jifa.

"Basi!" Ridan tidak menyerah, ia langsung berlalri kearah pintu pengemudi.

Saat didalam mobil dan sudah jauh dari daerah rumah Jifa, Ridan tertawa puas telah berhasil menculik Jifa dan membawanya keluar kota.

"Hahahah... Bodoh! Cewe manis kau sekarang akan menjadi penikmatku sayang. Hahahah dasar gadis bodoh!" Jifa mulai ketakutan saat Ridan berbicara seperti itu.

Ia mengambil handphone yang berada di dalam tasnya dan menelpon El untuk membantunya, tetapi handphone itu sudah dirampas terlebih dahulu dan dibuang ke jok belakang.

"Kamu tidak akan bisa kabur gadis manis," Jifa merasakan keringat dingin mulai bercucuran di keningnya, ia benar-benar ketakutan sekarang. Ridan menyentuh dagu Jifa dan ditepis olehnya.

"Jangan sentuh gue brengsek!" ucap Jifa penuh penekanan.

"Hahahahah...! Aku memang laki-laki brengsek sayangku" Jifa mungkin berpikir jika Ridan sudah mulai gila.

Mobil yang dipakai Ridan sudah di modif dengan berbagai tombol, seperti sekarang ini Ridan memencet tombol untuk stir yang bisa mengarahkan sendiri.

Ridan menoleh kearah Jifa, ia mengambil dagu Jifa, dan memajukan wajahnya kehadapan Jifa sambil menyeringai seperti devil.

"Kamu gak bakal bisa lari lagi, karna km milik ku sayang!" Setelah itu Ridan mencium bibir Jifa untuk beberapa detik membuat Jifa merasa dirinya sudah tidak pantas lagi.

CUP!

"BAJINGAN KAU RIDAN!!!!" Jifa segera menampar Ridan dengan sangat keras.

Jifa menangis dalam diam, emosinya sudah tidak tertahan lagi. Ia sangat ingin membunuh Ridan sekarang juga.

'Abang tolong Jifa disini, Jifa takut' batin Jifa.

Saat Ridan ingin melakukannya lagi, tiba-tiba mobilnya mnegerem mendadak karan alarm otomatis yang dipakai untuk mendeteksi bahaya yang datang.

Jif(A)thalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang