Chapter XXXI (Ending)

1.5K 79 25
                                    


Suara tangis Somi mengiringi proses kremasi Wonwoo. Pagi ini, Wonwoo menghembuskan napasnya untuk terakhir kali. Somi tidak henti-hentinya meminta untuk mengeluarkan Wonwoo dari sana.

"Keluarin Ayah dari sana. Ayah kepanasan," kata Somi yang terus menarik kerah baju Jennie. "Ibu... Hiks... Ibu... Ayah... Ibu... Ayah... Ayah kepan... Hiks... San... Di sana..."

Jennie terus memeluk Somi. Tidak seharusnya ia membiarkan Somi untuk melihat Wonwoo dikremasi. Namun, Somi terus menangis semenjak dia tidak bisa melihat Wonwoo, Ayahnya. "Ayah tidak kepanasa sayang. Ini proses penyembuhan Ayah," bohong Jennie.

Somi menggeleng. "Itu ada asap sama api, Ibu," Somi kembali meronta.

"Jen. Serahkan Somi kepadaku, biar aku yang menemaninya di luar," pinta Daniel. Melihat Somi yang terus menangis dan meronta, membuat Daniel berinisatif mendekat. "Somi mau ikut Om sebentar enggak? Tadi Om lihat ada es krim di sana," kata Daniel menunjuk pintu keluar.

"Sudah Daniel, tidak apa. Biarkan saja Somi bersamaku."

Daniel menggeleng. "Tidak seharusnya Somi melihat ini. Dia masih belum belum cukup umur untuk menerimanya. Kamu tidak bisa memaksanya," kata Daniel. Ia kembali melihat Somi dan berkata, "Somi mau es krim enggak? Nanti keburu kehabisan."

Somi menghapus air matanya. Ia mengangguk dan merentangkan tangannya ke arah Daniel. "Beli buat Ayah juga?" pinta Somi.

Daniel mengangguk. "Tentu kita beli buat Ayah dan Ibumu juga." Daniel meraih Somi ke dalam pelukannya. "Aku akan membawanya agak lama. Kabari aku bila prosesinya telah selesai."

Jennie mengangguk. Ia tersenyum ke arah Daniel dan melihat Somi yang  berada di pelukan Somi. Pandangannya tidak bisa ia alihkan dari punggung Daniel yang mulai hilang dibalik pintu. "Terima kasih, Niel." Sepeninggalan Daniel dan Somi, anaknya. Jennie akhirnya bisa meneteskan air matanya. Semenjak Somi terus meronta dan menangis, Jennie hanya dapat menahan air matanya saat melihat proses kremasi yang ada di depan matanya.

"Kenapa Daniel bisa ada di sini?" tanya Jennie. Tangannya mengeluarkan sepucuk surat yang ia terima sesaat sebelum Wonwoo menghembuskan napas terakhirnya. "Apakah semua ada di sini?"

Jennie perlahan membuka surat yang ada digenggamannya. Ia membuka surat tersebut secara perlahan. Ia dapat melihat dengan jelas tulisan Wonwoo, suaminya.

Untuk yang terkasih, Jennie istriku.

Saat kamu membaca surat ini, berarti aku sudah tidak ada di sisimu dan Somi lagi. Aku tidak tahu apakah aku dapat memberikan surat ini kepadamu secara langsung atau tidak. Bila, aku bisa memberikan surat ini kepadamu secara langsung. Maka, aku sangat berterima kasih kepada Tuhan karena dapat memberikan surat ini kepadamu tanpa seorang perantara.

Jennie. Terima kasih aku ucapkan melalui tulisan dalam surat ini. Terima kasih karena telah menjadi penyemangat hidupku hingga akhir, Terima kasih karena sudah menghadirkan malikat kecil seperti Somi. Kalian berdua adalah salah satu alasan aku untuk hidup selain kedua orangtuaku. Tapi, aku juga tidak ingin mereporkan siapapun. Oleh karena itu, satu tahun lalu aku memustuskan untuk mengakhiri semua check up yang kulakukan dan meminta dokter untuk tidak mencarikan pendonor lain. Sejujurya aku sudah lelah dengan ini semua, mengulang pengobatan dan operasi secara terus menerus. Aku hanya tidak ingin menjadi beban. Dan aku yakin Tuhan memberikan kesembuhan terbaiknya melalui jalan terakhir ini.

Aku ingin menyampaikan sesuatu kepadamu lagi, semoga Daniel tiba sebelum aku pergi untuk selamanya. Semenjak aku memutuskan untuk mengakhir pengobatanku, aku berusaha mencari keberadaan Daniel. Hingga akhirnya aku menemukannya enam bulan lalu, itu berarti adalah tiga bulan sebelum aku meneluis surat ini.

I DONT CARE (Kang Daniel x Kim Jennie) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang