Epilog

1.4K 86 12
                                    


Somi memasuki sebuah ruangan yang dipenuhi oleh lemari kaca yang setiap lemari berisi foto dan sebuah benda yang tebuat dari keramik untuk penyimpanan abu. Tempat penyimpanan abu Ayahnya, Wonwoo. Somi berdiri tepat di salah satu baris dan membuka satu lemari kaca dan meletakkan bunga yang ia bawa.

"Halo Ayah. Sekarang Somi sudah memasuki Sekolah Menengah Atas. Somi di sini baik-baik saja, Ibu juga. Ayah sudah tahukan kalau Ibu akan menikah dengan Om Daniel? Somi senang karena Ibu mau menikah dengan Om Daniel." 

Somi tersenyum ke arah foto Wonwoo seorang diri. "Om Daniel sudah seperti seorang Ayah buat Somi selama ini. Bahkan teman sekolah Somi mengira kalau dia adalah Ayah Somi," tawa Somi yang terdengar masih nada sedih. "Ayah tahu enggak, kalau nanti Somi akan memanggil Om Daniel dengan sebutan Papa, karena kalau Ayah itu untuk Ayah Wonwoo."

Lima belas menit Somi berdiam diri dan menceritakan bagaimana Daniel selalu ada untuknya dan Jennie, Ibunya. Somi senang Ibunya bisa kembali ceria tidak seperti dulu. Ia juga tahu dari Daniel bahwa dia dan Ibunya adalah mantan kekasih yang saling mencintai. Awalnya ia tidak mempercayai karena sayang Jennie yang ia tahu adalah Wonwoo, Ayahnya. Namun, saat ia membaca surat yang ditulis oleh Wonwoo, ia percaya akan itu.

"Sebelum Somi pulang, Om Daniel pernah berkata kepada Somi. Kalau Ayah dan Om Daniel punya tempat tersendiri di hari Ibu. Begitupun dengan Somi, tapi kata Om Daniel kalau bagian Somi lebih besar karena Somi adalah anaknya," katanya yang kemudian melihat ponsel miliknya. "Ayah, Om Daniel sudah di bawah. Somi harus pulang dulu. Om Daniel bilang dia tidak bisa bertemu dengan Ayah. Katanya setelah acara pernikahan nanti dia akan ke sini bersama Ibu, sama Somi juga tentunya," katanya yang langsung membereskan perlengkapannya. "Somi akan datang lagi saat pernikahan Ibu dan Om Daniel selesai dan seperti biasa Somi akan datang setiap bulan untuk jenguk Ayah. Dadah Ayah. Somi sayang Ayah."

***

Setelah mengantar Somi menuju tempat lesnya. Daniel segera bergegas menuju ke tempat Jennie. Dari kejauhan ia dapat melihat Jennie yang sedang duduk diam dengan meminum teh miliknya. Hampir sepuluh tahun lamanya ia menemani Jennie mengurus Somi hingga sekarang. Dan tiga bulan lalu, ia memtuskan untuk melamar Jennie tepat disaat upacara kelulusan Somi. Tentunya Somi membantu dirinya melakukan rencananya. 

Perasaan gugup saat itu terbalaskan dengan Jennie berkata dengan lantang. Daniel tahu bagaimana perasaan Jennie saat itu. Sepeninggalan Wonwoo, Daniel lah yang selalu bersamanya untuk menjaga Somi. Ia melakukan seperti apa saat pertama kali bertemu dengan Jennie dulu.

Daniel turun dari mobilnya. Ia berjalan mendekat ke arah Jennie. "Sudah lama menunggu?"

"Tidak. Tidak lebih dari tiga puluh menit aku menunggu di sini," katanya dengan memandang tajam.

"Ayolah. Aku harus memutar menuju tempat les Somi karena jalannya ditutup," kata Daniel merajuk.

"Kenapa teleponku dimatikan? Selingkuh lagi? Sudah mau menikah masih saja selingkuh."

"Itu anakmu sendiri yang mematikan telepon. Dia bilang jangan terlalu banyak bertelepon. Katanya kalau kebanyakan bertelepon nanti mau di rumah atau di mana-mana selalu bertelepon," Daniel berkata persis seperti apa yang dikatakan Somi. "Masa iya aku berselingkuh dengan calon anakku sendiri?"

"Bisa saja. Itu ada berita akhir-akhir ini, mengenai kasus seorang Ayah yang menghamili anak tirinya," kata Jennie yang memalingkan mukanya. Ia tersenyum jahil. "Apalagi kalian berdua begitu dekat."

"Come on Jennie. Aku tidak mungkin melakukan itu. Aku masih waras tidak memacari anak di bawah umur. Jennie dan Somi itu berbeda di hatiku. Jennie akan menjadi istriku dalam satu minggu ke depan dan Somi akan menjadi anakku dalam satiu minggu ke depan. See! berbeda bukan?"

I DONT CARE (Kang Daniel x Kim Jennie) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang